Beranda / Romansa / Satu Hari Dua Akad / Hinaan Tak Henti

Share

Hinaan Tak Henti

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Raisa

"Bu, ada anak kecil di sini. Jangan bicara tidak baik seperti itu."

"Maaf, ibu hanya kaget."

"Ibu istirahatlah, pasti lelah."

"Kamu bawa anaknya ke sini, ibunya mana?"

"Ada, dia sedang sakit. Nanti aku ceritakan, jangan dulu emosi, Bu."

Ada rasa terharu dan juga malu karena maa Dirga menenangkan ibunya. Mungkin dia kasihan melihat kondisiku yang sungguh mengkhawatirkan ini.

Lagi lagi aku tertidur tanpa sadar, sudah pasti efek dari obat. Saat bangun, sudah ada makanan di atas nakas. Berbeda dengan makanan tadi pagi yang bahkan belum kusentuh sama sekali.

Aku sepertinya harus meminta bantuan bi Ida untuk mengoleskan salep di punggungku. Sudah pasti disana juga ada luka lebam karena sakitnya jelas kurasakan.

Baru saja berpikir untuk meminta bantuannya. Bi Ida datang membawakan baju ganti untukku.

"Mbak, bibi bantu ke kamar mandi ya."

"Bi, nanti saya minta tolong oleskan salep di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Satu Hari Dua Akad   Dibuat Viral Anak Sendiri

    Antara Setia dan DustaBab 32POV Dirga"Wah, keren. Anaknya yang melabrak pelakor.""Ini pelakor juga murahan sekali, cantiknya dipakai untuk menggoda suami orang.""Biar tahu rasa dilabrak anak selingkuhannya tuh.""Tapi sepertinya aku kenal anak ini?"Mereka bergosip sampai tidak sadar dengan kehadiranku."Ini anaknya pak Dirga."Jantungku seakan berhenti berdetak. Mereka tadi membicarakan anak yang melabrak pelakor dan mengatakan itu anakku. Sejenak otakku masih berproses untuk berpikir.Mika.Aku langsung berjalan mendekati mereka dan merebut ponsel yang menjadi tontonan. Wajah kaget mereka tidak kupedulikan.Mataku membulat melihat rekaman video itu. Mika dan Raisa. Tanganku mengepal melihat ini, tidak kusangka Mika masih menyimpan dendam pada Raisa padahal Shanum sendiri bahkan sudah memaafkan.Tak peduli tatapan mereka, aku langsung kembali masuk ke ruanganku. Tindakan Mika sungguh diluar dugaan. Mungkin saat Raisa berada di rumah ibu, wajar Mika marah tapi ini seolah sengaja

  • Satu Hari Dua Akad   Kehilangan Sosok Berharga

    Antara Setia dan DustaBab 34POV DirgaBugh!Satu kali tinjuan yang dilayangkan om Agus tidak membuatku tumbang tapi sudut bibirku terasa perih.“Bajing*n! Siapa yang mengajarkanmu menjadi pengecut seperti ini, Dirga?!” teriaknya dengan wajah merah padam, tangannya masih mengepal.Dia adalah sosok pengganti ayahku, kakak kandung ayah. Selama ini om Agus memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Memberikan kasih sayang yang sama dan tidak pernah pilih kasih. Sangat wajar dia marah dan kecewa padaku.“Kenapa diam? Bicara!”Bugh!Tubuhku sedikit mundur saat kepalan tangannya menghantam perutku. Aku hanya diam menerima semua kemarahannya. Meski usianya sudah tidak muda tapi jangan ditanyakan seberapa besar tenaganya karena dia seorang pensiunan TNI. Sangat menjunjung yang namanya kesetiaan apalagi di keluarga besar kami tidak pernah ada yang namanya kasus perselingkuhan seperti apa yang kulakukan. Aku sudah siap mendapatkan kebencian dari mereka karena ulahku juga nama baik keluarga jadi

  • Satu Hari Dua Akad   Menebus Kesalahan

    Setelah selesai masa iddah Raisa. Dirga mendatangi orang tua Raisa untuk meminta langsung wanita itu pada orang tuanya. Ia datang untuk kedua kalinya, dulu berniat untuk menjadikan Raisa yang kedua namun semuanya ternyata tidak sesuai dengan rencana. Sekarang Dirga sudah sangat yakin untuk menikahi Raisa, bukan semata-mata karena cinta tapi karena Mazaya juga. Tidak adil rasanya jika Mazaya harus merasakan dampak buruk dari perbuatan orang tuanya, ia anak yang tak berdosa dan ia pun memiliki hak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya yang lengkap.Mereka tidak berharap kebahagiaan setelah ini namun berharap hidup mereka lebih tenang setelah masalah yang datang silih berganti. Keduanya sudah mendapatkan pembelajaran yang penting dari apa yang sudah dilakukannya di masa lalu.Tidak ada yang pernah bisa menebak jalan hidup seseorang seperti apa. Bahkan Raisa dan Dirga pun tidak menyangka mereka bisa kembali bersama namun dengan jalan yang jauh dari kata mudah, jalan yang berliku penu

  • Satu Hari Dua Akad   Kebencian Yang Tak Luntur

    POV Raisa“Kamu pikir aku sudah memaafkanmu? Mama memang terlalu baik karena memberi hati pada manusia licik sepertimu. Sampai mati pun aku tidak akan sudi memaafkan wanita murahan yang sudah menghancurkan hidup keluargaku!”Hatiku mencelos mendengar penuturan Mika yang seperti belati itu. Hari ini dia tinggal di sini karena Mbak Shanum sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri sedangkan Mika tidak mungkin tinggal bersama dengan ayah tirinya. Dia juga sebenarnya yang meminta tinggal disini selama Mbak Shanum pergi, bukannya berpikir buruk. Aku hanya tidak ingin dia membuat ulah.Meski berat tapi aku harus tetap menerima, bagaimanapun aku ingin memiliki hubungan baik dengannya. Mbak Shanum dan Mika jelas berbeda, Mbak Shanum pemikirannya sangat dewasa dan memaafkanku dengan kelapangan hatinya namun Mika yang usianya hanya berbeda beberapa tahun lebih muda dariku pikirannya masih sempit.“Sa … Raisa.”Suara Mas Dirga memanggil, aku buru-buru keluar dari kamar yang ditempati oleh

  • Satu Hari Dua Akad   Sahabat Lama

    Semenjak Mika tinggal di rumah Mamanya Mbak Shanum, rumah ini memang lebih adem rasanya karena biasa dia yang membuat rusuh. Bukan aku tidak suka padanya tapi aku takut habis kesabaran dan bicara kasar padanya karena itu akan membuat Mika semakin tidak suka padaku.“Mas tidak bekerja?”“Ini tanggal merah, sayang. Kamu lupa.”Aku menepuk jidat, “Maaf, aku tidak melihat tanggal,” sahutku.“Oh ya, kamu sudah dengar kabar baik dari Shanum belum?”Keningku berkerut, “Kabar baik apa, Mas?”“Shanum hamil.”Mataku melebar seketika, “Ha-hamil, Mas?”Mas Dirga mengangguk, “Iya, kemarin saat aku menjenguk Mika di rumah Mama Kanaya, mereka sedang bahagia mendengar kabar kehamilan Shanum.”“Alhamdulillah ….” Aku benar-benar ikut bahagia mendengarnya.Sudah sepuluh tahun lebih Mbak Shanum menunggu hadirnya buah hati dan sekarang doanya terjawab. Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Meski dari pemeriksaan medis mengatakan Mbak Shanum tidak akan bisa punya anak tapi kalau sudah

  • Satu Hari Dua Akad   Tidak Mengenaliku (POV Aini)

    “Mbak Ai, bersihin dulu ruang kerja suami saya ya. Dia ada di dalam kok, jadi nggak usah sungkan. Saya pergi dulu.”Bu Nella pergi begitu saja setelah memberikan instruksi. Langkahku terayun menuju ruang kerja milik suami Bu Nella, selama satu bulan bekerja di sini. Hanya ruangan itu yang belum pernah aku bersihkan karena Bu Nella melarangnya, dia bilang tunggu suaminya kembali dari luar kota.Aku pun belum pernah melihat suami Bu Nella. Di rumah ini sama sekali tidak ada foto yang dipajang, bahkan di kamar pribadi Bu Nella pun tidak ada satupun foto.Tok! Tok! Tok!“Masuk.”Deg!Suara itu. Mirip sekali dengan suara suamiku.Aku menggeleng mencoba untuk membuang halusinasi ini, mungkin karena terlalu merindukannya sampai bisa begini. Bertahun-tahun aku tidak bertemu dengan suamiku yang sedang melakukan pengobatan ke luar negeri, aku hanya bisa mengetahui kabarnya dari ibu mertuaku yang sering mengirimkan foto-foto Mas Bian. Semoga saja Mas Bian segera pulih. Ibu mertuaku mengatakan Ma

  • Satu Hari Dua Akad   Kukira Koma Ternyata Mendua

    “Sayang, kok kamu makan nggak nungguin aku sih?”Aku terhenyak mendengar suara Bu Nella. Kenapa Bu Nella pulang saat waktu tidak tepat begini.Padahal aku ingin melayangkan banyak pertanyaan, tidak peduli nanti Mas Bian menganggapku lancang, kalau memang amnesia kenapa bisa ingat mantan istri. Apa Mas Bian memiliki istri yang sudah diceraikannya?Kenapa teka-teki ini semakin membuat mumet. Tapi aku harus bertahan untuk mencari tahu kebenaran, pantang bagiku pergi sebelum tahu faktanya. Kalau memang Mas Bian terbukti bersandiwara maka tidak ada alasanku masih bertehan.“Aku lapar banget,” jawab Mas Bian.“Mbak, kenapa berdiri saja. Ayo duduk, ikut makan.” Bu Nella menepuk pundakku.“Terima kasih, Bu. Saya permisi ke belakang soalnya Lyla menunggu di sana.”“Sudah bangun dia.”“Iya, Bu. Saya permisi.”Langkahku terayun meninggalkan meja makan, kasihan Lyla menungguku terlalu lama. Tapi dia masih anteng dengan mainannya, semua mainan itu diberikan oleh Bu Nella. Saat pertama kali bekerja

  • Satu Hari Dua Akad   Hampir Ketahuan

    Tubuhku diputar menghadapnya. Mas Bian menangkup kedua pipiku, menatapku begitu dalam dan mendaratkan bibirnya di atas bibirku membuat lututku langsung lemas seketika.“Sayang, kamu di mana?”Mas Bian buru-buru menjauhkan wajahnya dariku. Matanya membulat sempurna, dia menatapku lalu melangkah mundur.“Mas lagi apa di dapur?” Bu Nella datang mendekat.Sepertinya Bu Nella tidak sempat melihat apa yang tadi terjadi.“Ta-tadi aku mau ambil minum sebelum ke kamar,” jawabnya.Aku masih berdiri mematung, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.“Aku kira kamu ketiduran di ruang kerja jadi aku menyusul ke sana tapi malah nggak ada,” ujar Bu Nella.Mas Bian melangkah ke depan kulkas dan mengambil botol air mineral sebelum melangkah pergi begitu saja tanpa melirikku. Disusul Bu Nella yang juga meninggalkan dapur.Apa yang tadi sebenarnya terjadi, itu bukan mimpi. Itu nyata tapi kenapa dia melakukan itu? Kalau hanya memeluk dari belakang tadi bisa saja dia pikir aku ini Bu Nella karena

Bab terbaru

  • Satu Hari Dua Akad   Akhirnya Bisa Bahagia

    “Gue tahu lo kecewa sama Mama. Lo beneran nggak mau nemuin Mama?” tanya Bisma.“Daripada gue marah-marah ke Mama mending nggak dulu.” Bian masih merasakan kekecewaan yang mendalam.“Sekarang Mama nggak pura-pura lagi, gue sendiri yang nemuin dokternya. Mama bener-bener kena stroke.”Bukan Bian yang kaget tapi Aini yang membuka mulutnya dengan lebar saking kagetnya mendengar kabar soal ibu mertuanya. Kemarin mereka menganggap Bu Liana itu pura-pura tapi nyatanya memang terkena serangan jantung hingga membuatnya terkena stroke.Bukan hanya tidak bisa berjalan, Bu Liana juga tidak bisa bicara sama sekali.“Mas, kita lihat Mama ya,” pinta Aini, ia masih memiliki hati.“Sayang ....”“Mas, aku nggak mau kamu terus menjauhi Mama. Mungkin dengan kejadian ini Mama menyadari apa yang pernah diperbuatnya itu sebuah kesalahan. Aku nggak mau kamu jadi anak durhaka, Mas.” Aini menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca.Aini sudah menganggap Bu Liana sebagai ibunya meski perlakuan Bu Liana jauh da

  • Satu Hari Dua Akad   Sandiwara Mama Mertua

    “Mama kok bisa di sini?” Aini langsung berdiri menghampiri ibu mertuanya yang ada di ambang pintu, duduk di kursi roda.“Mama sudah keluar dari rumah sakit dan mau melihat Lyla,” ujar Bu Liana tapi pandangan matanya menghunus pada Nella yang tidak kalah tajam menatap Bu Liana.“Bukannya dokter bilang kalau Mama-”“Mama nggak tenang kalau ada di rumah sakit takutnya kamu didatangi orang bermuka dua ini,” potong Bu Liana tanpa mengalihkan pandangan dari Nella.Nella menyeringai, ia tahu Bu Liana kini mulai melakukan permainannya. Nella tidak akan langsung masuk tapi mengambil ancang-ancang.“Mbak Ai, kalau begitu aku permisi dulu ya. Lain kali aku main lagi,” pamit Nella.“Loh, kenapa?”“Bawaannya panas di sini. Ada yang terbakar tapi bukan api,” ucap Nella dengan senyum penuh arti, ia beralih pada Lyla yang sibuk dengan mainannya, “Lyla, Tante pulang dulu ya. Nanti main lagi ke sini.”“Tante, Lyla masih mau main

  • Satu Hari Dua Akad   Perdebatan Sengit

    "Mas, ayo kita lihat Mama.""Kamu di sini aja, biar Mas yang kesana." Bian menahan Aini untuk tidak ikut."Tapi, Mas-""Nurut ya. Besok baru kamu boleh nengokin Mama. Aku juga sekalian ke pasar habis dari rumah sakit jadi kami mending nggak usah ikut.""Ya udah, semoga Mama nggak kenapa-kenapa."Aini merasa khawatir pada ibu mertuanya. Meskipun Bu Liana sering berbuat jahat tapi Aini tidak sampai hati jika harus senang atas berita yang didengarnya. Ia tetap menghormati Bu Liana sebagai ibu mertua."Mas berangkat ya." Bian langsung pergi setelah taksi online yang dipesannya datang.Alamat rumah sakit sudah dikirimkan oleh art Bu Liana. Bian mengubah tujuan langsung ke rumah sakit, terpaksa ia harus memesan mobil itu sampai nanti pulang lagi karena tidak ingin ribet apalagi harus menunggu lagi. Bian pun tidak akan lama di rumah sakit, hanya melihat kondisi ibunya setelah itu pulang."Nyonya di dalam, dari tadi men

  • Satu Hari Dua Akad   Karma dan Bahagia

    POV Author“Aish! Kenapa juga aku harus memohon kayak gini, macam nggak ada cowok lain.” Nella melemparkan ponselnya sembarang arah lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia baru saja membaca ulang pesan yang kemarin malam dikirim pada Bian.Menjatuhkan harga diri, pikir Nella.Nella bukan wanita yang haus akan cinta, ia memang marah dan kecewa saat tahu ternyata ibu mertuanya itu menipunya metah-mentah. Mengatakan jika Bian tidak pernah menikah padahal nyatanya sudah menikah bahkan memiliki anak dari Aini.Tidak hanya marah pada Bu Liana tapi pada Bian dan juga Aini karena merasa dibohongi, ia merasa seperti orang bodoh karena hanya ia sendiri yang tidak tahu soal fakta besar ini.Setelah tahu fakta, Nella menurunkan orang kepercayaannya untuk mencari tahu soal apa yang terjadi sebenarnya, apakah memang kesengajaan. Nella tidak mau salah membenci orang.Tidak bisa dipungkiri jika ia merasa nyaman bersama dengan Bian tapi bicara

  • Satu Hari Dua Akad   Masih Harus Berjuang

    “Tadi pas aku lewat denger suara orang nangis, aku kira Lyla yang nyariin Mbak Ai ternyata aku salah,” jawab Mas Bian sambil tertawa.Aku pikir dia akan membongkar semuanya.“Salahnya apa?”“Ternyata Mbak Ai yang nangis.”Ya ampun, kenapa Mas Bian malah mengatakan itu.“Terus kamu nyelonong saja begitu? Ih, nggak sopan banget sih. Mbak Ai pasti marah.”“Tadi saja aku langsung diusir, aku hanya khawatir Lyla kenapa-napa.”“Syukurlah kalau Lyla nggak apa-apa. Tapi kamu itu bikin malu, Mas. Main masuk ke kamar orang saja.”Sekarang bisa bernapas lega saat mendengar suara langkah kaki mereka menjauh. Salahku memang karena lupa mengunci pintu kamar, besok malam aku harus mengunci pintu agar Mas Bian tidak main masuk ke dalam kamar dan kepergok seperti tadi, untung saja Bu Nella percaya kalau tidak akan semakin bahaya.Aku bangun lebih pagi berniat membersihkan halaman belakang setelah selesai memasukkan semu

  • Satu Hari Dua Akad   Memilih Menjauh

    “Sayang.”aku berjengit mendengar suara Mas Bian. Menoleh menatapnya menyembulkan kepala di celah pintu kamar mandi.“Kenapa, Mas?”“Kalau mau pesan makan sekalian kopi ya.”“Ya ampun, kamu cuman mau bilang itu doang keluar kamar mandi?” Aku geleng-geleng kepala dengan tingkah Mas Bian.“Iya.” Dia menjawab sambil tersenyum lebar lalu masuk lagi ke dalam kamar mandi.Dia tidak menyadari raut wajahku jadi tidak khawatir. Biarkan nanti Mas Bian membaca sendiri pesan dari Bu Nella. Aku jadi penasaran bagaimana reaksi Mas Bian nanti. Apa dia akan mengikuti keinginan Bu Nella atau tetap dengan pendiriannya untuk tidak ikut campur lagi dengan urusan ibu mertua.Tapi mendengar sampai membawa-bawa hukum, ngeri juga sebenarnya. Tapi jika memang Bu Nella dan keluarganya merasa tertipu itu hal wajar, aku saja marah saat Mas Bian diberitahu kalau aku sudah meningga

  • Satu Hari Dua Akad   Fakta Terungkap

    POV AiniTangisku pecah saat Mas Bian menarikku ke dalam pelukannya.Mas Bian percaya ini aku, istrinya. Buku nikah dan kalung ini yang memperkuat. Meski tanpa dua hal itu Mas Bian seharusnya merasakan kehadiranku, aku saja masih bisa mengingat suaranya meski bertahun-tahun tidak berjumpa seharusnya ia pun sama.“Aini ... Aini ....” Dia terus memanggil namaku dengan suara yang bergetar.“Iya, Mas. Ini Aini, istri Mas Bian.” Tanganku melingkar dengan erat di punggungnya. Menyalurkan kerinduan yang bertahun-tahun ditahan.“Maafin Mas, Aini. Dalam kondisi Mas yang seperti ini Mas susah sekali percaya pada orang.”Mas Bian menceritakan soal kenapa dia menganggapku sudah meninggal. Sudah pasti ibu mertuaku dalangnya, tega sekali beliau melakukan itu. Menghancurkan kehidupan anaknya sendiri hanya karena ego.Dengan kondisi Mas Bian seperti ini wajar Mas Bian mudah percaya apalagi bagi dia pasti tidak mungkin ibunya berbohong apalagi soal hal sebesar ini tapi siapa yang menyangka jika ibu me

  • Satu Hari Dua Akad   POV Bian

    POV Bian“Aini meninggal, Bi.”Deg!Jantungku seperti berhenti berdetak, hatiku remuk, dunia seolah runtuh di atas kepala. Belum selesai masalahku dengan penyakit ini sekarang malah mendengar kabar yang begitu menyayat hati.“Nggak mungkin, Ma. Aini baik-baik saja, dia nunggu aku pulang pasti.”“Tolong jangan gini, Bi. Kamu harus terima, Mama tahu semua ini berat buat kamu. Ikhlaskan biar Aini tenang di sana.”Dadaku sesak, air mata tak sanggup kutahan. Ditinggalkan orang yang dicintai itu begitu menyakitkan, saat aku berjuang untuk sembuh di sini. Aini malah pergi meninggalkan luka yang begitu dalam. Aku belum sempat membahagiakannya.Mama mengatakan Aini meninggal saat aku masih koma, meninggal bersama dengan anak yang sedang dikandungnya. Sakitnya berkali lipat, anak yang belum sempat kulihat rupanya juga pergi dibawa oleh Aini.Tuhan. Kenapa seberat ini cobaan yang Engkau berikan?Kepergian Aini membuatku tak ada lagi semangat untuk bisa sembuh, tidak ada lagi wajah cantiknya yang

  • Satu Hari Dua Akad   Aku Dianggap Mati

    “Bu Nella, seb-”“Argh!” Ibu mertuaku langsung menjerit sambil memegangi dadanya.“Mama kenapa?” Mas Bian dan Bu Nella langsung panik sedangkan aku sendiri masih berdiri mematung.“Sa-kit, mungkin penyakit jantung Mama kambuh,” ujarnya dengan suara lirih.Keningku berkerut. Sejak kapan ibu mertuaku memiliki penyakit jantung, setahuku tidak punya. Beliau bahkan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.“Mungkin asam lambung Mama naik.” Mas Bian langsung buka suara.“Sakit sekali, ayo bawa Mama ke dokter.”“Mbak Ai, ambilkan kunci mobil di nakas kamar,” pinta Bu Nella.Aku pun bergegas mengambilkannya. Tidak tahu ibu mertuaku ini pura-pura atau memang sakit, takutnya jika memang sakit nanti aku yang disalahkan jika menahan dan berniat membongkar semuanya sekarang.Mereka pergi ke rumah sakit, tinggal aku dan Lyla berdua di rumah.Sekarang aku makin yakin jika ibu mertuaku memang takut aku membongkar semuanya pada Bu Nella. Lucu juga membuat ibu mertuaku ketakutan seperti ini, kalau memang

DMCA.com Protection Status