Pedang ringan menjadi begitu berat jika harus diayunkan sebanyak 2000 kali dalam satu hari.Latihan ini bertujuan agar Rawai Tingkis memiliki tebasan yang mantap, akurat dan juga kuat.Tabib Rabiah meminta Rawai Tingkis berlatih tebasan seperti ini, sampai batas waktu yang tidak ditentukan.Mungkin satu tahun, atau bahkan mungkin dua tahun lamanya.“Cukup pelajari satu gerakan sebanyak ribuan kali, daripada memiliki ribuan gerakan tapi hanya dipelajari sekali.”Di hari ke tujuh, telapak Rawai Tingkis akhirnya terkelupas. Sekarang, terlihat telapak tangan itu mulai berdarah, tapi Tabib Rabiah tidak meminta Rawai Tingkis untuk menghentikannya.“Apa itu terasa sakit?” tanya Tabib Rabiah.“Tidak juga,” timpal Rawai Tingkis, “aku masih bisa melakukan latihan, Guru.”Tabib Rabiah hanya menghela nafas panjang, karena dulu ketika dia mempelajari tekenik pedang bebas, tangannya tidak bisa digunakan selama satu bulan karena latihan yang diberikan oleh gurunya.Namun, meski demikian, Tabib Rabia
Berlatih gerakan ke dua rupanya lebih sulit dibandingkan dengan gerakan pertama, dan sama seperti latihan sebelumnya, Rawai Tingkis diminta untuk melakukan tusukan sebanyak 2000 kali dalam satu hari.Jumlah itu akan bertambah setiap bulannya, sampai mencapai 10 ribu kali dalam satu hari.Jika seorang murid memiliki sifat yang mudah menyerah atau bahkan mudah bosan, maka latihan seperti ini sangat tidak cocok bagi dirinya.Namun Rawai Tingkis bukanlah bocah seperti itu, dalam urusan berlatih, Rawai Tingkis akan menekuninya dengan penuh semangat dan serius.Dia tidak peduli berapa lama atau berapa banyak gerakan yang harus dilatihnya dalam setiap hari, karena bagi bocah tersebut, mengukuhkan pondasi adalah hal paling utama dalam dunia persilatan.Apa lagi, setiap kali dia terbayang mengenai Satria Suci yang dikatakan memiliki kekuatan yang sangat hebat, membuat dirinya tidak bisa bermalas-malasan saat ini.Sementara itu, Tabib Rabiah melakukan pengamatan terhadap Rawai Tingkis setiap ha
Saat ini, Rawai Tingkis baru saja menyelesaikan latihannya, dan memutuskan untuk keluar hanya untuk menghirup udara segara. Lagipula, belum ada gerakan lanjutan yang diberikan kepada bocah tersebut.Tabib Rabiah juga sedang keluar, entah dia pergi ke mana, Rawai Tingkis tidak tahu.Baru saja dia melewati gerbang bambu yang menjadi pagar rumah Tabib Rabiah, bocah itu melihat sosok gadis kecil sederhana yang memiliki wajah manis.Dia berjalan mendekati bocah tersebut, dengan wajah sedikit malu-malu, lalu berkata, “apa kau mengenali diriku?”Rawai Tingkis memiringkan kepalanya, lalu menggaruk rambutnya dengan pelan, “apa kau gadis yang telah menolongku?”“Hem,” angguk gadis kecil tersebut.Mendengar hal itu, Rawai Tingkis langsung tersenyum lebar, dan secara sepontan memeluk tubuh gadis kecil itu dengan erat, “aku berutang nyawa denganmu,” ucap dirinya, “kau sudah menyelamatkanku, jika saja waktu itu kau tidak ada, mungkin aku sudah lama mati.”Pelukan Rawai Tingkis membuat gadis kecil i
Beberapa minggu telah berlalu, tapi Rawai Tingkis masih berlatih keras untuk menguasai jurus tebasan bulan sabit.Dia akan memulai berlatih pada pagi hari, ketika sang surya baru naik satu jengkal di ufuk timur, lalu akan beristirahat hanya ketika penyakit kantuknya tiba.Ya, selebihnya dia tidak pernah istirahat, jika bukan karena Tabib Rabiah yang menghentikan waktu latihannya.Rawai Tingkis bahkan pernah berlatih hingga malam benar-benar larut, kala Tabib Rabiah pergi meninggalkan rumah untuk membantu kelahiran salah satu warga.Ketika Tabib Rabiah pulang, kala itu dirinya sedang tertidur dengan bersandar pada sebatang pohon, dengan pedang sebagai penopang tubuhnya.“Tiga bulan,” gumam Rawai Tingkis, “aku harus menguasai jurus ini dengan cepat!”Kegigihan dan kerja keras Rawai Tingkis membuat Tabib Rabiah benar-benar kagum. “Aku sendiri butuh waktu satu tahun untuk mengusainya dengan berlatih seperti Rawai Tingkis.”Tabib Rabiah kadang kala akan memeriksa tubuh bocah tersebut, hany
Setelah beberapa tahun berlalu, kini usia Rawai Tingkis telah menginjak 15 tahun. Selama lima tahun terakhir, dia hidup dan tinggal bersama Tabib Rabiah, dan belajar seni pedang kepada wanita tersebut.Telah banyak ujian dan rintangan yang dilewati oleh bocah tersebut, hingga akhirnya dia berhasil menguasai 5 jurus dari teknik Kilat Pedang milik Tabib Rabiah.Sejauh ini, menurut Tabib Rabiah, Rawai Tingkis sudah memiliki cukup kekuatan untuk menghadapi banyak musuhnya dalam pertarungan.Selebihnya, teknik Kilat Pedang atau juga teknik pedang bebas akan semakin berkembang seiring waktu berjalan. Kesempurnaan yang sebenarnya akan didapatkan oleh Rawai Tingkis ketika benar-benar bertarung atau dihadapakan dalam posisi hidup dan mati.Hari ini, Tabib Rabiah memasuki rumahnya dengan wajah yang begitu tegang. Kala itu, Rawai Tingkis sedang mengasah pedang, dengan ditemani lima potong ubi rebus.“Rawai Tingkis, pergilah dari sini!” ucap Tabib Rabiah.“Guru, kenapa kau tiba-tiba berbicara sep
Setelah Rawai Tingkis tiba di tempat itu, dirinya mendapati Tabib Rabiah terpojok oleh empat orang pria tidak dikenal. Satu pria telah mati dan kini tertimbun pada puing-puing bangunan rumah Sang Tabib.Namun, kondisi tubuh Tabib Rabiah benar-benar terluka sangat parah. Dia mendapatka luka besar tepat di bagian pundak, perut dan lengan kanannya.“GURU!!!” teriak Rawai Tingkis. “BAJIANGAN, APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN GURUKU?!”Wush.Rawai Tingkis menderu secepat kilat, nyaris saja melukai tubuh seorang pria yang berada di dekat Tabib Rabiah, tapi untungnya pria itu berhasil menghindari serangan tersebut tepat waktu. Dia melompat ke belakang, dan kembali berkumpul dengan tiga temannya yang lain.“Guru, aku akan mengobatimu, tunggulah-““Rawai Tingkis, kenapa kau ke sini, Nak?” tanya Tabib Rabiah. “Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi dari sini …uhuk …uhuk …kau ini…”“Guru, jangan dulu bicara, lukamu akan semakin parah.”“Bocah bodoh, kau tidak tahu apapun tetang luka, saat ini aku sudah
Teng teng teng.Rawai Tingkis telah berada di belakang tiga lawannya, dengan pedang yang telah bersimbah dengan darah.Sementara itu, tiga lawannya yang lain hanya terdiam, tidak berkutik sama sekali, hingga akhirnya mereka baru menyadari jika golok yang mereka gunakan telah terpotong menjadi dua bagian.Namun, itu bukan bagian terbaiknya. Sekarang, mereka juga baru manyadari jika bukan hanya golok yang telah terpotong dengan rapi, tapi juga lengan mereka.Ya, tebasan itu telah memisahkan lengan dari pundak musuh. Rawai Tingkis bisa saja membunuh mereka, dengan mendaratkan serangan ke bagian leher, dan mereka dapat dipastikan akan mati.Namun, ini tidak menarik sama sekali, Rawai Tingkis tidak berharap mereka mati. Tangan yang telah direnggutnya dari mereka, akan menjadi pelajaran dan siksaan sampai pembunuh itu memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.Darah mengucur deras bagai pancuran air yang ada di sawah, tapi ke tiga pria itu tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut,
Rawai Tingkis duduk termenung di pinggir pusaran, yang masih basah bertabur banyak bunga.Para warga satu persatu mulai pergi meninggalkan pusaran itu, hingga menyisakan Rawai Tingkis dan juga Selasih, gadis remaja yang setia menemani bocah tersebut.“Aku kehilangan banyak teman di sepanjang kehidupanku, tapi kematian Guruku merupakan pukulan yang paling menyakitkan …” Rawai Tingkis mulai menangis sedu sedan seperti bayi kecil, “Aku tidak sempat membanggakan Guru-““Belum, bukan tidak,” timpal Selasih, lalu meremas dua telapak tangan Rawai Tingkis. “Rawai Tingiis, aku yakin Gurumu tidak ingin melihat kau bersedih seperti ini. Hapuslah air matamu, jangan tangisi kepergiannya, karena itu akan membuat Tabib Rabiah merasa menderita. Biarkan dia beristirahat dengan tenang.”Rawai Tingkis sejenak terdiam saat mendengar ucapan Selasih. Matanya yang sembab masih menatap tanah kuburan merah itu, dan sekarang hari mulai hujan deras.“Lihatlah, kau membuat gurumu bersedih!”“Kau benar,” ucap Raw
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma