Beranda / Romansa / Sangkar Pernikahan / Kedatangan Ibu Langit ke Indonesia

Share

Kedatangan Ibu Langit ke Indonesia

Penulis: DIHNU
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Iya, Ma. Langit pasti bakal jemput Mama di bandara kok.”

Malam hari, Langit terlihat sibuk memberi tahu para maid untuk mempersiapkan kamar. Tidak lama lagi, mamanya, Aleta akan segera kembali dari luar negeri. Mamanya itu pulang karena mendapat kabar bahwa putranya akan segera menjadi seorang ayah. Mengetahui kabar itu, Aleta tidak menunda-nunda kepulangannya, dan memilih untuk mengambil tiket penerbagan pertama. 

“Ada apa?” tanya Renata kepada Langit. Wanita itu sejak tadi bersantai di ruang tengah sembari mengagumi kukunya yang baru saja habis dari perawatan. 

“Mama bakal pulang. Aku mau kalau semuanya sudah siap saat dia tiba di rumah,” jelas Langit sembari sibuk menatap layar ponselnya. 

“Apa?! Serius Tante b

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sangkar Pernikahan   Rasa Benci Aleta

    Aleta tiba di rumah bersama Langit dan Renata. Para maid terlihat menyambut mereka. Aleta meminta pelayan mengambil barang-barangnya untuk dirapikan. Wanita itu berharap agar bisa berisitirahat terlebih dahulu. Ia masih lelah karena telah melakukan perjalanan panjang.Saat Aleta berjalan menuju ke ruang tengah, ia melihat sosok Danas yang tampak berdiri menyambutnya. Menantunya itu membungkuk sekali, memberikan rasa hormat terhadap Aleta. Namun, saat Aleta melihat kehadiran Danas, amarah tiba-tiba saja muncul di dalam dirinya.Wanita paruh baya itu mencoba menghirup dan mengembuskan napas perlahan. Ia berusaha keras agar bisa menenangkan diri. Sekalipun ia tahu kalau Danas telah mengandung anak dari putranya, bukan berarti wanita itu langsung bisa menerima keberadaan Danas. Padahal, dia sudah berulang kali mempersiapkan hatinya sebelum tiba di rumah. Namun, saa

  • Sangkar Pernikahan   Renata Mengadu Pada Aleta

    Usai sarapan pagi bersama, Langit akhirnya langsung berangkat ke kantor, meninggalkan Danas dan Aleta berdua. Sarapan pagi yang dipenuhi suasana canggung itu berakhir dengan Aleta yang kembali ke kamarnya sedangkan Danas merapikan meja makan.Saat matahari sudah semakin tinggi, Renata yang tidak sempat ikut sarapan pagi bersama akhirnya terbangun. Wanita itu memakan makanan yang secara khusus disisihkan untuk dirinya. Renata menguap beberapa kali karena rasa kantuk yang belum hilang, serta tubuhnya yang terasa kaku. Nanti setelah ia sarapan, barulah kesadaran wanita itu pulih sepenuhnya.Renata menuju ruang tengah. Di sana, ia melihat Aleta yang menonton TV dengan ekspresi bosan. Wanita tua itu sepertinya tidak tahu ingin melakukan apa karena dirinya tidak memiliki kesibukan tertentu.

  • Sangkar Pernikahan   Menceritakan Keburukan Danas

    Ucapan dari Aleta terngiang di kepala Renata. Membuat wanita itu memendam kekesalan. Ia tak terima dengan perkataan Aleta.Renata harus mengalah dengan Danas? Itu adalah salah satu hal paling mustahil bagi Renata.Tidak ada kamus berhenti saat Renata sudah memulai sesuatu. Renata memaksa senyumnya saat Aleta menunjukkan salah satu tas keluaran terbaru dari brand ternama.Meski Renata tak mendapatkan jawaban yang diharapkan dari Aleta, ia tetap berusaha bersikap sopan dan baik kepada wanita yang melahirkan kekasihnya itu.Renata menunjuk tas dengan warna yang berbeda dari yang diambil oleh Aleta. "Ini saja Tante. Warnanya terlihat lebih anggun. Cocok dengan Tante, terlihat cantik dan Anggun," puji Renata.Wanita itu memang jag

  • Sangkar Pernikahan   Danas Memaksa Untuk Masak

    Renata memasukkan kantong belanjanya ke dalam bagasi."Tante, biar aku saja yang memasukkannya," kata Renata sambil mengambil plastik dan paperbag yang dipegang oleh Aleta.Padahal sudah ada sopir yang dengan sigap siaga membantu mereka. Namun, Renata dengan sikap mencari perhatiannya melakukan itu semua."Renata biar sopir saja yang melakukannya," kata Aleta saat Renata dengan cepat membawa semua barang yang ada di tangannya ke dalam bagasi.Renata menoleh sedikit ke arahnya. Tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa kok, Tante."Aleta tambah terkagum saja dengan kebaikan Renata. Aleta melipat kedua tangannya di depan dada menunggu wanita itu. Saat Renata usai memasukkan barang-barang ke dalam bagasi ia lan

  • Sangkar Pernikahan   Beritahu Langit Yang Sebenarnya

    "Itu benar, Langit, Tante Aleta sudah memaksa Danas untuk berhenti, tapi istrimu itu tetap memasak." Renata menambahi. Membuat Langit menatap Danas kesal."Maafin, Mama, Langit. Mama tidak bisa menjaga istrimu dengan benar," ucap Aleta lagi berpura-pura bersedih.Langit menatap Danas. Tak ada bantahan dari wanita itu. Seakan membenarkan aduan dari Aleta dan Renata kepadanya. Langit mengusap wajahnya kasar. Ia tak habis pikir dengan Danas yang bersikap seperti itu."Danas apa kau sudah gila?" bentak Langit. "Kau harus memerhatikan kehamilanmu. Tidak bisakah kau sekali saja tidak membangkang, hah?!"Danas terdiam. Membuat Langit tambah murka dibuatnya. Padahal di sisi hati Langit yang lain mengharapkan kata bantahan dari Danas. Namun, melihat Danas terdiam seakan mengiyaka

  • Sangkar Pernikahan   Perhatian Jagad pada Danas

    "Baiklah, lupakan mengenai Renata, mama mertuamu, dan Langit!" seru Davina membuat Danas menolehkan kepalanya kepada wanita itu. Danas menaikkan kedua alisnya. "Lebih baik hari ini kita pakai waktu kita yang berharga ini untuk bersenang-senang!" ujar Davina dengan sangat antusias. "Ini adalah waktu yang tepat untukmu kembali tersenyum, Danas. Lagipula ibu hamil tidak boleh stress. Kau harus bahagia agar anakmu merasa bahagia juga." Apa yang dikatakan oleh Davina memang benar. Danas seharusnya tidak boleh terlarut dalam kesedihan. Ia harus banyak tersenyum agar janin dalam kandungan juga bisa berkembang dengan baik. "Jadi, ke mana tujuan kita hari ini?" tanya Danas dengan nada bicara kembali ceria. Ia berusaha mengenyahkan masalah dalam rumah tangganya saat ini. "Kita shopping, berbelanja adalah salah satu hal menyenangkan yang bisa menghilangkan stress," kata Davina dengan sangat antusias. "Sepertinya kau sedang memiliki uang jajan yang banyak," go

  • Sangkar Pernikahan   Danas Gatal-gatal

    Keadaan mall tempat mereka berbelanja semakin lama makin ramai pengunjung. Beberapa barang kebutuhan bayi sudah dipilihkan oleh Davina. Meski belum tahu jenis kelamin bayi yang ada di kandungan Davina.Tangan Davina penuh dengan kantong plastik belanjaan. Danas juga membawa beberapa kantong. Meski Davina yang berinisiatif memilihkan ini dan itu, tetap saja Danas merasa tidak enak.Davina menghela napas, sambil berpikir. “Apalagi yang ingin kau beli? Untuk anakmu. Soal warna bagaimana? Rasanya warna hijau belum aku beli untuk bajunya. Apakah bayinya perempuan?” cerocosnya.“Aku juga belum tahu bayinya perempuan atau lelaki. Tapi kau memilihkan banyak warna biru,” ujar Danas sambil berjalan keluar dari toko bayi yang kesekian dikunjungi hari ini. Sebelum keluar toko Danas melihat sepasang suami istri yang sedang berbelanja, rasanya senang sekali kalau belanja begini ditemani suami.Terbersit dalam benak Danas, kalau Langit akan melakukan hal

  • Sangkar Pernikahan   Danas Masuk RS Karena Alergi

    Jagad seperti orang gila ketika sampai di depan ruang gawat darurat rumah sakit. Menggendong Danas sambil berteriak. “Tolong, Suster! Perawat!” pekiknya. Tidak memerhatikan kalau pengunjung rumah sakit mulai ramai. Hingga hampir menabrak setiap orang yang lalu lalang di depan lobi rumah sakit.Seorang satpam menghampiri Jagad sambil membawa brankar.Jagad sedikit lega, ketika ada perawat dan satpam mendorong brankar itu ke dalam ruang IGD, Davina pun ikutan merasa bersalah, ada apa dengan Danas?Jagad yang merasa seorang dokter, ikutan masuk ke dalam bilik pertolongan pertama IGD. Tapi, seorang perawat mencegahnya. “Maaf, Pak, sampai di sini saja.”“Tapi ... tapi.” Jagad benar-benar panik, harus bicara apa? Istrinya juga bukan. Lalu? Apa haknya dia bisa masuk? “Dia sedang hamil!” seru Jagad. Tidak bisa meninggalkan Danas sendirian di bilik pemeriksaan itu.“Baik, Pak, nanti kami akan hati-

Bab terbaru

  • Sangkar Pernikahan   S2-16 Rencana Langit yang Misterius

    "Kau pasti bercanda dia bertemu dengan Langit," desis Jagad, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa cerita tersebut hanya sebuah kesalahpahaman belaka.Jagad merasakan detak jantungnya cepat saat mendengar cerita Davina. Matanya terbelalak, dan kepalanya seakan dipenuhi oleh bisingan yang mengaburkan pikirannya. Zanetra, cahaya dalam hidupnya, saat ini Jagad mungkin tengah terancam oleh sosok Langit. Wajahnya pucat dan dadanya sesak saat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.“Aku tidak bohong Kak. Untung apa aku berbohong soal ini, huh?”“Ini yang aku takutkan jika aku tidak bersamanya,” keluh Jagad, wajahnya terlihat khawatir.“Kakak cepatlah ke Indonesia, kalian harus segera menikah. Kau harus segera menikah agar pria itu tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Danas.”“Jangan pernah menyebutnya dengan nama itu lagi, Davina. Namanya bukan Danas, dia Zanetra, apa kau lupa?”

  • Sangkar Pernikahan   S2-14. Aku Yakin Itu Dia

    Mata Zanetra terbelalak saat seorang pria yang tidak dikenalinya memeluknya dengan hangat. Tidak pernah ada perasaan hangat seperti yang saat ini dirasakan. Dia merasa ada getaran aneh di antara mereka, sesuatu yang sulit dijelaskan.“Danas, aku merindukanmu.” Langit semakin mempererat pelukannya seakan tidak ingin melepaskan pelukannya.Langit ingin waktu berhenti sesaat, dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Kerinduannya hampir tidak bisa dibendung, saat melihat wanita yang mirip istri, langkah kakinya tidak bisa dihentikan, akal sehatnya tidak terpakai hanya ada satu yang terpikirkan saat itu juga. Memeluk.Marvin terkejut dengan tindakan Langit, dia juga terpaku melihat sang nyonya, bukan wanita yang mirip tapi benar-benar sang nyonya-Nyonya Danas.Bagi Zanetra, ini adalah paling gila karena ada yang menganggapnya sebagai Danas bahkan sampai memeluk. Kenyamanan itu membuatnya hampir lupa diri jika pria yang memeluknya adalah pria asing.

  • Sangkar Pernikahan   S2-13. Akhirnya Bertemu

    "Kamu sudah siap, Zane?" tanya Davina sambil tersenyum hangat.Zanetra tersenyum, meskipun ada keraguan di matanya, dia hanya menganggukan kepala."Tentu saja Nona Davina. Ayo kita mulai petualangan kita!" Lisa terlalu bersemangat melebihi dua orang lainnya, seakan tidak merasakan kelelahan.Mereka berjalan melalui jalan-jalan kecil di sekitar perumahan, mencicipi makanan lezat yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Davina membimbing mereka dari satu tempat ke tempat lain, menjelaskan dengan penuh semangat tentang makanan-makanan khas Jakarta."Jakarta itu keren banget!" ujar Lisa. "Aku suka suasananya yang ramai dan penuh energi.""Iya. Jakarta memang kota yang tak ada habisnya untuk dijelajahi." Timpal Davina.Mereka berhenti di sebuah gerobak jajanan kaki lima. Davina memesan nasi goreng, Zanetra memesan bakso, dan Lisa memesan martabak. Mereka duduk di pinggir jalan sambil menikmati makanan mereka."Aku suka nasi gorengnya," kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-12 Melihat Danas

    “Wanita kemarin mirip Danas,” gumamnya. “Tapi tidak mungkin itu Danas. Huh!”Langit duduk di ujung meja panjang yang terbuat dari kayu, ruangan rapat yang terasa semakin sempit dengan setiap helaan napasnya. Wajah-wajah yang mengelilinginya tampak cemas, semua orang tahu betapa pentingnya rapat ini bagi perusahaan mereka. Dan di tengah-tengah kesibukan itu, Langit merasa sepertinya ada yang tidak beres.Dia merenung dalam-dalam, pikirannya terusik oleh seorang wanita yang baru saja ia lihat di bandara beberapa hari yang lalu. Wanita itu sangat mirip dengan istrinya. Meskipun dia tahu bahwa itu hanya kebetulan, namun hatinya terasa begitu berat.“Pak!” Maarvin berbisik, dia bahkan lupa jika dirinya saat ini tengah berada di ruang rapat. Terlihatsemua orang di dalam ruangan menegang, takut membuat kesalahan dan menjadi pelampiasan kemarahan Langit."Lanjutkan saja," kata Langit, berusaha menenangkan diri. "Saya hanya sedi

  • Sangkar Pernikahan   S2-15. Buna Baru

    Langit menghela nafas panjang saat menarik pegangan pintu rumahnya. Harinya telah berlari begitu cepat, meninggalkan jejak kelelahan yang merambat di setiap serat ototnya. Seiring langkahnya merangkak masuk ke dalam ruangan yang tenang, seberkas senyum kecil menghampirinya dengan langkah-langkah gemulai."Papa!" seru Cahaya dengan riang.Langit tersenyum dan memeluk Cahaya dengan erat. Rasa lelahnya seketika hilang ketika melihat senyum putri kecilnya."Cahaya!" serunya, merasakan hatinya menghangat hanya dengan melihat putri kecilnya itu. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian?"Cahaya, dengan balutan gaun merah muda yang menggemaskan, merengkuh lehernya dengan gembira. Langit merasakan segala kekhawatiran dan kecemasan yang menjeratnya sepanjang hari itu, mulai mencair seketika. Dia menggendong Cahaya dan berjalan menuju ruang keluarga, tempat kemudian ia duduk di sofa dan menaruh Cahaya di pangkuannya."Daddy pulang, ya?" tanya Cahaya, mata cokelatnya yang lucu menatap taj

  • Sangkar Pernikahan   S2-11. Penyebab Hilang Ingat

    Suara dentingan pisau terdengar beradu, aroma rempah-rempah dan daging yang dipanggang menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Zanetra, dengan wajah penuh konsentrasi, berdiri di depan kompor sambil mengaduk adonan yang sedang dimasak.Saat sedang asik memasak, Zanetra merasa sentuhan lembut di pinggangnya. Langkah Jagad yang pelan membuatnya mendekati Zanetra tanpa terdengar. Dengan lembut, dia melingkarkan tangannya di pinggang Zanetra, membuatnya melompat kaget.Tubuhnya mendadak bergetar, dan ia hampir saja berteriak histeris. Tapi, saat ia melihat wajah lelaki yang memeluknya dengan erat, rasa terkejutnya berubah menjadi senyuman hangat.“Kak Jagad, kau membuatku kaget!” serunya, sambil melepas spatula yang dipegang.Jagad mengendus apa yang sedang dimasak, dagunya diletakan di atas bahu wanita itu, sambil mempererat pelukan, Jagad tidak lupa mengambil kesempatan mencium lembut leher Zanetra."Kau kembali lebih awal!" seru Zanetra. "Aku pikir kau akan pulang terlambat malam

  • Sangkar Pernikahan   S2-10. Zane Bersiap ke Indonesia

    Mobil berhenti tepat di studio Zanetra, senyuman pria yang mengantarnya terlihat tulus. “Masuklah,” ucap Jagad. Saat Zanetra melangkahkan kaki masuk, “Zane …” Panggilan itu mampu membuat Zanetra menghentikan langkahnya. “Tidak. Masuklah. Hari ini aku pulang telat, kalian tidak perlu menungguku malam malam.”Zanetra menganggukan kepala, ia segera masuk ke ruang pribadi miliknya.“Menikah, ya,” gumamnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa. Ada perasaan yang tidak bisa dia katakan pada orang lain. Dia mengangkat tangan ke atas, melihat cincin yang tersemat di jarinya.Kenapa dia begitu gelisah? Bukankah Jagad selalu ada untuknya? Bahkan studio fashionnya dibuat oleh Jagad sebagai hadiah telah berjuang sembuh. Apa hanya karena dia berada di titik karir sampai dia belum ingin menikah? Kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-9. Lamaran Jagad

    Danas duduk di sebuah studio desain di Zurich, Swiss, fokus pada potongan kain sutra yang terbentang di depannya. Rasa gembira meluap dalam dirinya karena karyanya yang indah. Dalam tiga tahun terakhir, dia telah berhasil membangun nama Zanetra sebagai desainer terkenal. Meskipun dia tidak ingat lagi namanya yang sebenarnya, dia menikmati hidupnya sebagai Zanetra.Studio miliknya dipenuhi dengan karya seni yang indah, dari gaun pengantin mewah hingga pakaian haute couture yang memukau. Ia dikelilingi oleh sekelompok asisten dan penjahit yang setia, yang membantu mewujudkan kreasi-kreasinya yang brilian.Kehidupan Zanetra bukan hanya tentang karirnya yang gemilang. Cinta pun telah memasuki hatinya dengan indah. Jagad, pria yang dulu dia tidak ingat selain dari nama yang diucapkannya, telah menjadi bagian integral dari hidupnya. Mereka telah menjalin hubungan yang erat selama dua tahun terakhir, dan akhirnya, Jagad telah melamar Zanetra. Mereka akan segera menjadi suami

  • Sangkar Pernikahan   S2-8 Pertemuan

    S2-8 PertemuanLangit duduk di ruang kerjanya yang terletak di ujung mansion yang masih dalam proses renovasi. Dia memeriksa beberapa rencana terbaru untuk proyek renovasi yang telah memakan banyak waktunya dalam beberapa bulan terakhir. Mansion tua itu begitu besar dan penuh potensi, dan Langit merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk menghormati kenangan istrinya, Danas.“Bagaimana renovasi taman?” tanya Langit pada Marvin. “Jangan sampai bunga-bunga yang dirawatnya rusak.”“Semuanya dikerjakan sesuai dengan keinginan Anda, Tuan. Ah, karya-karya Nyonya sudah saya beli dari beberapa orang.”“Kau tidak melewatkan sketsa pakaian ‘kan?”“Tidak.”“Dia sangat ingin jadi desainer.”“Seluruh karya Nyonya ada di ruangan itu

DMCA.com Protection Status