Home / Romansa / Sangkar Pernikahan / 12. Sedikit Perasaan Aneh

Share

12. Sedikit Perasaan Aneh

Author: DIHNU
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil Langit berhenti di depan sebuah gedung, dengan beberapa orang yang siap untuk menyambutnya. Langit menatap Danas, membuat tubuh gadis itu menegang. Seakan perlakuan pria itu padanya, membekas, dan membuat tubuhnya bereaksi ketika pria itu mengeluarkan suara berat miliknya.

“Ingat, jangan lakukan sesuatu yang membuatku malu, atau kau tahu akibatnya,” ancam Langit. Danas mengangguk pelan.

“Bagus, jadilah anak baik, atau kau akan tau akibatnya,” bisik Langit, lagi-lagi membuat Danas merinding dengan kalimat terakhir yang diucapkan Langit.

Seseorang telah membuka pintu mobil, membuat Langit turun lebih dulu. Pria itu, seketika berdiri di dekat pintu mobil, sambil mengulurkan tangannya.

Ada keraguan ketika Danas mencoba untuk meraih tangan kekar itu, bahkan Langit tersenyum padanya, membuatnya sedikit takut. Dia jelas tahu jika pria itu terpaksa tersenyum, untuk menutup segalanya, dan tidak ingin mendapatkan gosip tentang hubungan mereka yang tidak baik-baik saja.

Langit memberikan isyarat agar tangannya harus segera diraih oleh gadis itu, membuat Danas sigap walaupun tangannya gemetar.

“Hati-hati, kau akan jatuh,” kata Langit dengan lembut.

Danas terdiam sejenak, hatinya berdegup dengan suara Langit yang pelan, walaupun dia tahu pria jelas bersandiwara.

“Andai kau bisa seperti ini padaku, di saat hanya kita berdua? Atau, bolehkah aku menghentikan waktu sejenak, aku ingin menikmati saat-saat seperti ini. Moment yang jelas, sangat tidak mungkin akan terjadi lagi.”

Kini tangan Danas memegang lengan tangan Langit, mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam gedung tempat pesta di adakan.

“Jangan pernah berfikir, jika aku benar-benar tertarik padamu.”

Danas menelan salivanya, dia seperti dibawa terbang dan dilepas dari ketinggian begitu saja. Dirinya terlalu berkhayal lebih tentang apa yang terjadi.

“Aku tahu, kok!”

“Baguslah, jika kau sadar diri.”

Beberapa pasang mata melihat ke arah Danas yang tengah menggandeng tangan Langit. Terdengar beberapa bisik-bisik, sekali lirik dari Langit membuat mereka terdiam.

Langkah kaki mereka terhenti di sebuah pintu berwarna merah. Dua orang yang berada di depan pintu, kini membukakan pintu untuk mereka.

Semua orang menatap ke arah pintu, mereka ingin tahu siapa yang datang.

Long dress yang dikenakan oleh Danas, seketika membuat semua orang menatap ke arahnya. Beberapa orang yang tengah memegang gelas, mengurungkan niat untuk menyesap minuman milik mereka.

“Siapa gadis yang bersama dengan tuan Langit?” bisik seseorang.

“Dia istrinya!”

“Wah, cantik sekali. Pasangan yang serasi.”

“Aku bahkan tidak pernah tahu jika Mr. Langit telah menikah,”

“Dia menggelar acara pernikahan tertutup, hanya beberapa orang yang diundang olehnya, jadi wajar tidak banyak yang tahu jika dia telah menikah.”

“Oh, begitu rupanya!”

Tatapan tertuju pada Danas seorang, seakan pesona gadis itu menarik perhatian semua orang yang berada di ruangan itu. Sejenak ruangan itu menjadi hening, karena kedatangan Langit.

Gaun satin, dengan belahan dada, dengan tali yang mengait di bahu membuat tubuh bagian atas gadis itu terlihat.

Langit melirik ke arah Danas, kemudian seketika melepaskan jas miliknya ketika menyadari jika beberapa pria hidung belang menatap ke arah istrinya itu.

“Lain kali, jangan menggunakan pakaian terbuka seperti ini. hanya aku yang boleh melihat tubuhmu,” kata Langit sambil memakaikan jas itu pada Danas.

Semua pria yang memandangi Danas dengan aneh kini tertunduk, tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka, karena tatapan pria itu begitu dingin, hazel mata miliknya yang begitu mengintimidasi lawan, sangat kuat hanya dengan tatapannya saja, semua orang begitu takut padanya.

“Jika masih ada yang menatap istriku dengan tatapan seperti itu, tatapan mata aneh dan nakal, seakan ingin menelanjangi istriku, aku tidak segan-segan membuat perusahaannya bangkrut.”

Semua orang tidak ada yang berani membantah ataupun mengomentari apa yang dikatakan oleh pria bermata Hazel itu. Bagi mereka semua, Langit sangat penting, tidak sedikit yang bersilat lidah untuk mendapatkan hati pria itu dan membuat pria itu menjadi investor perusahaan.

Sejenak Langit memandang Danas. “Hari ini memang dia begitu mempesona,” batinnya.

Tanpa dia menyadari jika dia pun mulai mengakui kecantikan istrinya itu. Pakaian dipakai oleh Danas memang mencetak postur tubuh gadis itu, apalagi long dress yang digunakan berbahan satin membuat semua mata menatap ke arah Danas.

Deretan minuman yang tengah berjajar di atas meja, beberapa cake sebagai pelengkap begitu tertata rapi, beberapa orang pelayan memberikan minuman yang dibawa oleh mereka kepada para tamu undangan.

Danas mengambil minuman jus, dia tidak berani untuk mencicipi wine ataupun bir yang ditawarkan untuknya.

Pesta yang tengah berlangsung, sangat mewah dan besar, apalagi peresmian sebuah perusahaan cabang di mana Langit menjadi investor.

Pria itu tengah mengobrol dengan beberapa orang, sesekali melirik ke arah Danas yang tengah berdiri sendiri di dekat balkon, jas miliknya masih dipakai oleh gadis itu, ketika angin menghampiri rambut Danas akan tersibak, memperlihatkan leher jenjang milik gadis itu.

Sebagai keturunan Jawa, bermata Amber Danas tampak berbeda dengan yang lainnya. Bagaimana tidak, warna matanya begitu cantik, seperti tembaga.

Beberapa orang pria menghampiri Danas, membuat Langit yang sejak tadi memperhatikan istrinya, memilih untuk meninggalkan kliennya dan menarik Danas ke pelukannya.

“Apa kau tidak tahu, jika begitu bahaya berdiri di balkon sendirian, dengan pakaian seperti ini?”

Glek!

Danas menelan salivanya, suara pria di depannya meninggi, namun ada sebuah getaran kekhawatiran di sana.

“A-aku hanya tidak betah di dalam, terlalu berisik.”

“Tapi, aku tidak bisa melihatmu. Bagaimana jika pria tadi berbuat yang tidak baik padamu?”

Melihat Danas yang tengah tertunduk, membuat Langit mendengkus kemudian menarik pergelangan tangan istrinya untuk ikut dengannya.

Baru saja mereka berada di dalam, lampu padam membuat semua orang di dalam bertanya-tanya dengan apa yang tengah terjadi.

Terdengar sebuah alunan lagu yang kini menggema mengisi seisi ruangan yang tengah gelap itu. Sebuah lampu dinyalakan, membuat ruangan tampak remang-remang.

Semua mata tertuju pada Langit dan Danas yang tengah berada di tengah. Seorang pembawa acara memberikan arahan, jika para pasangan diberikan kesempatan untuk berdansa di tengah ruangan. Tidak ada yang terjadi beberapa saat, antara Langit dan Danas. Mereka hanya bisa saling berpandangan satu sama lain.

Hingga Langit menarik pinggang ramping milik Danas untuk mendekat, menuntut gadis itu perlahan-lahan mengikuti irama lagu yang tengah dimainkan. Jarak antara mereka tidak lagi ada.

Detak jantung Danas tidak menentu, dia hanya memasang wajah menegang, untuk pertama kali baginya berdansa dengan seorang Langit Mahameru. Lampu redup, membuat pria itu menatap amber mata milik Danas yang sejak tadi menatapnya.

“Apa yang kau lihat?” bisik Langit di telinga Danas, membuat pria itu mengendus aroma tubuh milik istrinya itu.

Entah apa yang membuatnya indra penciumannya ingin berlama-lama di sana. Leher jenjang milik Danas terlihat begitu mempesona, dengan aroma citrus.

Tanpa sadar Langit mengecup pelan leher milik Danas.

Related chapters

  • Sangkar Pernikahan   13. Sentuhan Bibir

    Mata Danas membulat, ketika ada sentuhan lembut dilehernya. Pria yang tengah memeluknya mempererat pelukannya, membuatnya tidak bisa bergerak. Hanya beberapa saat saja, hal itu terjadi kemudian Langit mencoba menjauhkan diri dari gadis itu dengan mendorong tubuh Danas, kemudian menariknya kembali agar masuk ke dalam pelukannya. “Apa kau sedang menggodaku?” tanya Langit. “T-tidak, aku tidak menggodamu.” “Tapi kenapa kau—“ Melihat Danas yang tengah tertunduk karena takut, membuat Langit mendengkus pelan. Ada ego yang membuatnya tidak menerima jika dirinya yang tergoda namun lagi-lagi dirinya tidak ingin mengakui hal itu. Ada rasa candu yang tengah mengebu di dasar hatinya, aroma tubuh Danas seakan tengah memikatnya untuk mencicipi tubuh ini. “Sial, kenapa dia menggodaku. Aroma tubuhnya begitu membuatku nyaman,” umpatnya. Suasana ruangan masih gelap, dengan alunan piano yang masih berlanjut, dansa pun masih belum selesai. Beberapa orang telah ikut bergabung di lantai dansa, sedang

  • Sangkar Pernikahan   14. Terlalu Ego

    “Apa yang kalian bicarakan?” Danas melihat ke arah pria yang tengah berada di sampingnya. Ada sedikit ketakutan di mata Danas ketika Langit bertanya padanya. “Apa kau tiba-tiba bisu, setelah tertawa begitu puas saat bersama gadis itu?” “Alexa Amareta—namanya.” “Jadi namanya Alexa.” Langit mengangguk pelan. “Dia hanya menceritakan hal lucu, itu saja.” Langit menatap gadis yang bersamanya itu, seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Danas. Tatapan penuh menyelidiki. “Dia bertanya, kapan kita bertemu dan jatuh cinta tapi aku tidak menjawabnya.” “Sudah kuduga, dia pasti mendekatimu untuk bertanya hal seperti itu. Jangan bertemu dengannya lagi, dia memiliki niat buruk untuk mencari tahu tentang hubungan kita.” Danas menunduk sejenak, kemudian menoleh ke luar jendela. Perkataan Langit, menyadarkannya satu hal, jika hubungan mereka tidak layak untuk dipublikasikan pada banyak orang. Menjadi istri seorang Langit, adalah sebuah masalah untuknya, dia pun tahu itu. Di luar

  • Sangkar Pernikahan   15. Aku Tidak Membunuh Adikmu

    “Datang ke kantorku!” Pesan yang baru masuk itu, membuat tangan Danas bergetar apalagi ketika sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Mobil Toyota corolla Altis berwarna hitam tepat berhenti di depannya. Seseorang keluar dari dalam mobil, dan membuka pintu mobil untuknya. Pria yang membuka kan pintu sedikit membungkukan badan menyambutnya. “Tuan sedang menunggu di kantor.” Tatapan terkejut terlihat di raut wajahnya, bagaimana tidak dia tidak pernah dijemput oleh sopir setelah keluarganya bangkrut. Sejenak dia melirik ke arah sekitarnya, beberapa orang memandanginya dengan tatapan tidak senang. Sejak orang tuanya, dinyatakan bangkrut, dan perusahaannya diambil alih oleh Neha’v Group, bully-an diterima olehnya. Orang-orang memandangnya rendah, yang bertahan dan masih bersahabat dengannya adalah Davina. Danas hanya bisa menghela nafasnya ketika masuk ke dalam mobil. “Besok, jangan menjemputku di tempat ramai, aku tidak mereka melihatku seperti itu lagi.” “Maafkan aku Nyonya, aku

  • Sangkar Pernikahan   16. Tidak Baik Menangis Sendirian

    “Datang ke kantorku!” Pesan yang baru masuk itu, membuat tangan Danas bergetar apalagi ketika sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Mobil Toyota corolla Altis berwarna hitam tepat berhenti di depannya. Seseorang keluar dari dalam mobil, dan membuka pintu mobil untuknya. Pria yang membuka kan pintu sedikit membungkukan badan menyambutnya. “Tuan sedang menunggu di kantor.” Tatapan terkejut terlihat di raut wajahnya, bagaimana tidak dia tidak pernah dijemput oleh sopir setelah keluarganya bangkrut. Sejenak dia melirik ke arah sekitarnya, beberapa orang memandanginya dengan tatapan tidak senang. Sejak orang tuanya, dinyatakan bangkrut, dan perusahaannya diambil alih oleh Neha’v Group, bully-an diterima olehnya. Orang-orang memandangnya rendah, yang bertahan dan masih bersahabat dengannya adalah Davina. Danas hanya bisa menghela nafasnya ketika masuk ke dalam mobil. “Besok, jangan menjemputku di tempat ramai, aku tidak mereka melihatku seperti itu lagi.” “Maafkan aku Nyonya, aku

  • Sangkar Pernikahan   17. Kepulangan Renata

    Danas tidak pernah melihat pria yang menegurnya sebelumnya. “Siapa aku? Kau tidak perlu kau tahu, aku siapa. Em, dan kenapa aku ada di sini karena melihat gadis cantik memasang wajah seperti ingin mengakhiri hidupnya, apalagi lewat tangga darurat. Kupikir kau akan bunuh diri. Itu, tidak akan baik jika kau bunuh diri di sini.” “Sebaiknya kau tidak perlu ikut campur urusan orang lain,” ucap Danas ketus, kemudian memilih untuk pergi dari sana sedang pria itu hanya menggaruk kepala yang tidak gatal. “Apa aku melakukan kesalahan?” tanyanya kemudian melangkah keluar dari pintu tangga darurat. Langit menghentikan langkah kaki saat melihat pria yang baru saja keluar itu. “Jagad, sedang apa kau di sini? Dan, apa yang kau lakukan di sana?” tanya Langit yang baru saja keluar dari dalam ruangannya. “Menyapa teman,” jawab pria itu dengan santai. “Dan, itu—hanya penasaran pada wanita cantik yang ada di sana, kupikir dia akan bunuh diri jadi aku mengikutinya tapi dia mengabaikanku.” Langit men

  • Sangkar Pernikahan   18. Jelaskan Padaku

    Renata seakan dihujam oleh ribuan batu ketika mendapatkan kenyataan jika Danas menikah dengan kekasihnya-Langit. Rasa menyesal meninggalkan Langit kini membuatnya frustasi. “M-mereka menikah?” batin Renata bertanya. Ia menatap Danas dengan intens, ia benci wanita itu. Mimpi buruknya selama ini menjadi kenyataan. Dadanya terasa sesak, emosinya meluap membuat rasa benci pada Danas semakin menjadi-jadi. Posisi yang dia inginkan selama ini, kini ditempati oleh orang lain. Keadaan begitu mencengkam, Danas memilih diam. Ia adalah korban di sini, tetapi semua orang menyalakannya. “Semua ini salahmu,” tuduh Renata membuat Danas melihat ke arahnya. “Kau membuatku tidak bisa menikah dengan Langit, kau mengambil posisi yang harusnya kumiliki,” ucap Renata lagi emosi. “Kita bicarakan ini nanti, biar aku antarkan kau pulang,” ucap Langit menarik tangan Renata kemudian dihempas kasar olehnya. “Tidak. Kau harus jelaskan apa yang terjadi. Kenapa kau bisa menikahi wanita ini. Kenapa?” Renata seda

  • Sangkar Pernikahan   19. Ketakutan Renata

    “Diam kau jalang!” bentak Renata. “Jangan memasang wajah polosmu itu. Sangat menjijikan dengan apa yang kau lakukan.” Tamparan serta umpatan itu mengundang beberapa orang menyaksikan apa yang tengah terjadi di antara mereka. Danas menyentuh pipi yang baru ditampar oleh Renata, terasa perih. Entah apa yang membuat Renata berubah menjadi begitu membencinya, bahkan dia sendiri tidak lagi tertarik dengan Langit. “Kau telah mengambil apa yang harusnya menjadi milikku,” ucap Renata geram. Dia ingin menampar Danas sekali lagi tetapi dihentikan, begitu banyak yang melihat apa yang mereka lakukan. “Aku tidak mengambilnya darimu, dia yang memaksaku menikah,” bela Danas. Apa yang dia katakan memang benar, ia tidak berbohong. Langit sendirilah yang datang serta mengancam orang tuanya. Namun, percuma wanita di hadapannya tidak akan menerima apa yang dia katakan walaupun itu kebenaran. “Memaksa? Kau pikir Langit akan memaksamu menikah dengannya? Kau pasti merayunya,” tuduh Renata. “Kenapa kau

  • Sangkar Pernikahan   20. Menyentuh dengan Kasar

    Langit baru saja kembali ke rumah, tubuhnya begitu lelah membuatnya segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tertegun sejenak ketika melihat kamar mandi yang dipenuhi oleh lilin aroma terapi yang membuatnya merasa nyaman, bahkan air yang berada di bathtub pun masih hangat. “Apa dia yang melakukannya?” tanya Langit melihat sekelilingnya. Handuk pun berada di sana, serta peralatan mandi sangat lengkap, tidak lupa dengan baju mandi yang berada di sana. Rasa lelah yang menyelimuti tubuhnya membuatnya segera masuk ke dalam bathtub dan menikmati sentuhan air hangat tersebut. Langit sedikit terkejut ketika air yang dipakainya berendam terasa asin, membuatnya ingin segera beranjak dari sana tapi ia mengurungkan niatnya karena rasa lelah dan sensasi yang ia rasakan berbeda dari biasanya. Pakaian mandi berwarna silver dipakainya kemudian melemparkan tubuh kekar di atas tempat tidur, seketika Langit memejamkan mata sesuatu tengah mengganjal dipikirannya. Tubuhnya begitu lelah, tap

Latest chapter

  • Sangkar Pernikahan   S2-16 Rencana Langit yang Misterius

    "Kau pasti bercanda dia bertemu dengan Langit," desis Jagad, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa cerita tersebut hanya sebuah kesalahpahaman belaka.Jagad merasakan detak jantungnya cepat saat mendengar cerita Davina. Matanya terbelalak, dan kepalanya seakan dipenuhi oleh bisingan yang mengaburkan pikirannya. Zanetra, cahaya dalam hidupnya, saat ini Jagad mungkin tengah terancam oleh sosok Langit. Wajahnya pucat dan dadanya sesak saat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.“Aku tidak bohong Kak. Untung apa aku berbohong soal ini, huh?”“Ini yang aku takutkan jika aku tidak bersamanya,” keluh Jagad, wajahnya terlihat khawatir.“Kakak cepatlah ke Indonesia, kalian harus segera menikah. Kau harus segera menikah agar pria itu tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Danas.”“Jangan pernah menyebutnya dengan nama itu lagi, Davina. Namanya bukan Danas, dia Zanetra, apa kau lupa?”

  • Sangkar Pernikahan   S2-14. Aku Yakin Itu Dia

    Mata Zanetra terbelalak saat seorang pria yang tidak dikenalinya memeluknya dengan hangat. Tidak pernah ada perasaan hangat seperti yang saat ini dirasakan. Dia merasa ada getaran aneh di antara mereka, sesuatu yang sulit dijelaskan.“Danas, aku merindukanmu.” Langit semakin mempererat pelukannya seakan tidak ingin melepaskan pelukannya.Langit ingin waktu berhenti sesaat, dia tidak ingin melepaskan pelukannya. Kerinduannya hampir tidak bisa dibendung, saat melihat wanita yang mirip istri, langkah kakinya tidak bisa dihentikan, akal sehatnya tidak terpakai hanya ada satu yang terpikirkan saat itu juga. Memeluk.Marvin terkejut dengan tindakan Langit, dia juga terpaku melihat sang nyonya, bukan wanita yang mirip tapi benar-benar sang nyonya-Nyonya Danas.Bagi Zanetra, ini adalah paling gila karena ada yang menganggapnya sebagai Danas bahkan sampai memeluk. Kenyamanan itu membuatnya hampir lupa diri jika pria yang memeluknya adalah pria asing.

  • Sangkar Pernikahan   S2-13. Akhirnya Bertemu

    "Kamu sudah siap, Zane?" tanya Davina sambil tersenyum hangat.Zanetra tersenyum, meskipun ada keraguan di matanya, dia hanya menganggukan kepala."Tentu saja Nona Davina. Ayo kita mulai petualangan kita!" Lisa terlalu bersemangat melebihi dua orang lainnya, seakan tidak merasakan kelelahan.Mereka berjalan melalui jalan-jalan kecil di sekitar perumahan, mencicipi makanan lezat yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Davina membimbing mereka dari satu tempat ke tempat lain, menjelaskan dengan penuh semangat tentang makanan-makanan khas Jakarta."Jakarta itu keren banget!" ujar Lisa. "Aku suka suasananya yang ramai dan penuh energi.""Iya. Jakarta memang kota yang tak ada habisnya untuk dijelajahi." Timpal Davina.Mereka berhenti di sebuah gerobak jajanan kaki lima. Davina memesan nasi goreng, Zanetra memesan bakso, dan Lisa memesan martabak. Mereka duduk di pinggir jalan sambil menikmati makanan mereka."Aku suka nasi gorengnya," kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-12 Melihat Danas

    “Wanita kemarin mirip Danas,” gumamnya. “Tapi tidak mungkin itu Danas. Huh!”Langit duduk di ujung meja panjang yang terbuat dari kayu, ruangan rapat yang terasa semakin sempit dengan setiap helaan napasnya. Wajah-wajah yang mengelilinginya tampak cemas, semua orang tahu betapa pentingnya rapat ini bagi perusahaan mereka. Dan di tengah-tengah kesibukan itu, Langit merasa sepertinya ada yang tidak beres.Dia merenung dalam-dalam, pikirannya terusik oleh seorang wanita yang baru saja ia lihat di bandara beberapa hari yang lalu. Wanita itu sangat mirip dengan istrinya. Meskipun dia tahu bahwa itu hanya kebetulan, namun hatinya terasa begitu berat.“Pak!” Maarvin berbisik, dia bahkan lupa jika dirinya saat ini tengah berada di ruang rapat. Terlihatsemua orang di dalam ruangan menegang, takut membuat kesalahan dan menjadi pelampiasan kemarahan Langit."Lanjutkan saja," kata Langit, berusaha menenangkan diri. "Saya hanya sedi

  • Sangkar Pernikahan   S2-15. Buna Baru

    Langit menghela nafas panjang saat menarik pegangan pintu rumahnya. Harinya telah berlari begitu cepat, meninggalkan jejak kelelahan yang merambat di setiap serat ototnya. Seiring langkahnya merangkak masuk ke dalam ruangan yang tenang, seberkas senyum kecil menghampirinya dengan langkah-langkah gemulai."Papa!" seru Cahaya dengan riang.Langit tersenyum dan memeluk Cahaya dengan erat. Rasa lelahnya seketika hilang ketika melihat senyum putri kecilnya."Cahaya!" serunya, merasakan hatinya menghangat hanya dengan melihat putri kecilnya itu. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian?"Cahaya, dengan balutan gaun merah muda yang menggemaskan, merengkuh lehernya dengan gembira. Langit merasakan segala kekhawatiran dan kecemasan yang menjeratnya sepanjang hari itu, mulai mencair seketika. Dia menggendong Cahaya dan berjalan menuju ruang keluarga, tempat kemudian ia duduk di sofa dan menaruh Cahaya di pangkuannya."Daddy pulang, ya?" tanya Cahaya, mata cokelatnya yang lucu menatap taj

  • Sangkar Pernikahan   S2-11. Penyebab Hilang Ingat

    Suara dentingan pisau terdengar beradu, aroma rempah-rempah dan daging yang dipanggang menyebarkan keharuman yang menggugah selera. Zanetra, dengan wajah penuh konsentrasi, berdiri di depan kompor sambil mengaduk adonan yang sedang dimasak.Saat sedang asik memasak, Zanetra merasa sentuhan lembut di pinggangnya. Langkah Jagad yang pelan membuatnya mendekati Zanetra tanpa terdengar. Dengan lembut, dia melingkarkan tangannya di pinggang Zanetra, membuatnya melompat kaget.Tubuhnya mendadak bergetar, dan ia hampir saja berteriak histeris. Tapi, saat ia melihat wajah lelaki yang memeluknya dengan erat, rasa terkejutnya berubah menjadi senyuman hangat.“Kak Jagad, kau membuatku kaget!” serunya, sambil melepas spatula yang dipegang.Jagad mengendus apa yang sedang dimasak, dagunya diletakan di atas bahu wanita itu, sambil mempererat pelukan, Jagad tidak lupa mengambil kesempatan mencium lembut leher Zanetra."Kau kembali lebih awal!" seru Zanetra. "Aku pikir kau akan pulang terlambat malam

  • Sangkar Pernikahan   S2-10. Zane Bersiap ke Indonesia

    Mobil berhenti tepat di studio Zanetra, senyuman pria yang mengantarnya terlihat tulus. “Masuklah,” ucap Jagad. Saat Zanetra melangkahkan kaki masuk, “Zane …” Panggilan itu mampu membuat Zanetra menghentikan langkahnya. “Tidak. Masuklah. Hari ini aku pulang telat, kalian tidak perlu menungguku malam malam.”Zanetra menganggukan kepala, ia segera masuk ke ruang pribadi miliknya.“Menikah, ya,” gumamnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa. Ada perasaan yang tidak bisa dia katakan pada orang lain. Dia mengangkat tangan ke atas, melihat cincin yang tersemat di jarinya.Kenapa dia begitu gelisah? Bukankah Jagad selalu ada untuknya? Bahkan studio fashionnya dibuat oleh Jagad sebagai hadiah telah berjuang sembuh. Apa hanya karena dia berada di titik karir sampai dia belum ingin menikah? Kata

  • Sangkar Pernikahan   S2-9. Lamaran Jagad

    Danas duduk di sebuah studio desain di Zurich, Swiss, fokus pada potongan kain sutra yang terbentang di depannya. Rasa gembira meluap dalam dirinya karena karyanya yang indah. Dalam tiga tahun terakhir, dia telah berhasil membangun nama Zanetra sebagai desainer terkenal. Meskipun dia tidak ingat lagi namanya yang sebenarnya, dia menikmati hidupnya sebagai Zanetra.Studio miliknya dipenuhi dengan karya seni yang indah, dari gaun pengantin mewah hingga pakaian haute couture yang memukau. Ia dikelilingi oleh sekelompok asisten dan penjahit yang setia, yang membantu mewujudkan kreasi-kreasinya yang brilian.Kehidupan Zanetra bukan hanya tentang karirnya yang gemilang. Cinta pun telah memasuki hatinya dengan indah. Jagad, pria yang dulu dia tidak ingat selain dari nama yang diucapkannya, telah menjadi bagian integral dari hidupnya. Mereka telah menjalin hubungan yang erat selama dua tahun terakhir, dan akhirnya, Jagad telah melamar Zanetra. Mereka akan segera menjadi suami

  • Sangkar Pernikahan   S2-8 Pertemuan

    S2-8 PertemuanLangit duduk di ruang kerjanya yang terletak di ujung mansion yang masih dalam proses renovasi. Dia memeriksa beberapa rencana terbaru untuk proyek renovasi yang telah memakan banyak waktunya dalam beberapa bulan terakhir. Mansion tua itu begitu besar dan penuh potensi, dan Langit merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk menghormati kenangan istrinya, Danas.“Bagaimana renovasi taman?” tanya Langit pada Marvin. “Jangan sampai bunga-bunga yang dirawatnya rusak.”“Semuanya dikerjakan sesuai dengan keinginan Anda, Tuan. Ah, karya-karya Nyonya sudah saya beli dari beberapa orang.”“Kau tidak melewatkan sketsa pakaian ‘kan?”“Tidak.”“Dia sangat ingin jadi desainer.”“Seluruh karya Nyonya ada di ruangan itu

DMCA.com Protection Status