Sedikitpun Kayla tak menyangka, prahara dalam rumah tangganya berawal dari kunjungannya ke kota Malang, kota asal wanita muda bernama Dewi. Wanita yang dikiranya lugu ternyata menyimpan sejuta cerita dibalik sikap polosnya.
Semua bermula ketika Dewi menerima tugas yang dibebankan padanya agar mendampingi keluarga motivator ternama, Bryan Santana Putra.
Perintah atasan yang diterimanya, menyibak rangkaian luka yang tak pernah di duganya. Luka yang didapatnya setelah dengan riang ria menyampaikan tentang tugas yang diembannya kepada Tiara—sang kakak—.
"Kak, minggu depan Dewi dapat tugas mendampingi keluarga motivator terkenal yang akan datang sama keluarganya," celoteh Dewi dengan wajah riang saat itu. Walau T
Hati kecil Bryan sedikit terusik karenanya, mengajaknya mengingat kembali komitmen yang pernah diucapkan di hadapan sang istri."Mas hanya mencintai kau saja, Kayla. Tidak akan pernah ada wanita lain yang sanggup menggantikan posisimu di hati mas."Ingatan itu menggelitiknya. Bila hanya Kayla wanitanya, lalu apa artinya momen makan malam berdua dengan wanita lain saat ini? Di tempat yang tidak terlalu ramai yang sengaja dipilihnya agar terhindar dari kemungkinan bertemu orang yang mengenalnya. Apakah benar tidak ada artinya? Bukankah dari pemilihan tempat saja, tanda ia mulai bermain hati?"Ini hanya iseng, bukankah semua lelaki pernah iseng?" batinnya membenarkan perbuatannya.
Kilatan aneh terpancar di mata cantik Tiara yang tertutup oleh helaian rambut tak rapi. Tidak mudah bagi Dewi merapikan rambut kakaknya, harus menunggu waktu yang sangat tepat dan itu melelahkan.Dewi mengambil ponsel dan memperlihatkan sebuah gambar."Ini, Kak. Orangnya. Nama istrinya Kayla Diannova. Cantik banget orangnya."Mata Tiara mengerjap berkali-kali melihat gambar di ponsel Dewi. Ia tak mendengarkan penjelasan Dewi, ia hanya terpaku pada wajah itu. Wajah yang pernah dilihatnya, dulu, entah kapan. Atau mungkin lebih dari melihat, mungkin ia mengenalnya, dulu? Pikirannya merangkai benang yang semakin kusut. Sekian lama waktu berlalu, wajah itu seperti ada dan tiada, dalam sebuah sarang yang terbentuk di dadanya
"Namanya Bryan Santana Putra, motivator yang bayarannya super mahal. Dengar-dengar, puluhan juta. Gila ya. Perlu berapa tahun Dewi bisa mengumpulkan rupiah sebanyak itu? Tapi kata bos Dewi, emang pak Bryan itu hebat. Dia …." Dewi menghentikan ucapannya saat tangan Tiara mencengkeram pergelangan tangannya yang memegang ponsel. Diikutinya pandangan mata Tiara yang terpaku pada layar ponsel.Melihat Tiara tak kunjung bicara, Dewi kembali melanjutkan ucapannya. Ia harus mengambil resiko, setelah sekian lama, ia melihat ada peluang menyingkap misteri sakitnya Tiara."Mungkin nanti Dewi nggak pulang makan siang." Dewi berkata serak. Ia tau artinya kaki Tiara harus dipasang rantai agar tak keluar rumah dan mengganggu tetangga atau malah pergi jauh.
"Kak, apa-apaan? Kak Tiara kalau udah capek, tidur deh," gerutu Dewi. Ia terkadang lelah menghadapi Tiara, namun lelahnya hilang berganti kasih, ketika mengingat bukan maunya Tiara seperti itu. Tak pernah ada seorangpun di dunia ini dengan sengaja menginginkan diri sakit baik secara fisik maupun mental. Sama halnya Tiara. Keadaanlah yang membuatnya begitu. Tak semua orang sanggup menanggung beban hidup. Mungkin ada yang berhasil menghadapi masalah tapi bagi sebagian orang lagi, masalah yang sama bisa jadi sangatlah berat. Otak dan hatinya tak sanggup menerima tekanan. Jadilah seperti Tiara."Kak, bobo yaa," Dewi melembutkan suaranya. Didekatinya Tiara yang berdiri mematung menatap buku yang berserakan.Oo … bukan, Dewi mengikuti arah mata Tiara, tatapannya bukan mengarah pada buku lagi melainkan pada gambar yang setengah keluar dari lembaran
Cahaya mentari pagi baru saja menerobos lewat jendela, satu-satunya jendela yang ada di rumah petakan itu. Dewi terbangun setelah dilihatnya Tiara tak ada di sebelahnya.Dari arah dapur terdengar suara tangisan. Bergegas Dewi ke luar kamar dan mendapati Tiara sedang duduk memeluk lutut menghadap rak piring. Tangisan pilu memecah kesunyian pagi. Tetangga sebelah tampaknya belum bangun, karena biasanya pasangan suami istri dengan dua anak balita itu akan sangat berisik.Dewi mendekati Tiara perlahan. Diperhatikannya piring berisi potongan roti yang terletak di samping Tiara. Sepertinya Tiara lapar dan mencoba membuat roti isi tapi tak berhasil.Menatapnya membuat pilu. Betapa manusia bisa diubahkan oleh keadaan. Tiara yang dulu
Melalui proses yang melelahkan, Kayla berhasil melewati masa-masa sangat emosional dalam hidupnya. Pengadilan telah mengabulkan permohonannya dan ia secara hukum negara sudah berpisah dengan Bryan.Setelah perceraian diputuskan, Kayla tinggal di sebuah rumah mungil di kawasan Lebak Bulus. Ia mengontrak dengan uang simpanannya dan berniat bekerja secepatnya untuk memenuhi kebutuhan.Hak asuh keempat anak jatuh ke tangannya, setelah Bryan menyetujui tuntutan Kayla bila tak ingin skandalnya dengan Dewi tersebar.Bukan Bryan namanya bila tak mementingkan nama besar. Ia menyerahkan hak asuh sepenuhnya pada Kayla dengan catatan Kayla setuju membuat pernyataan bahwa mereka berpisah karena adanya perbedaan prinsip dalam rumah tangga yang tak bisa disa
"Iya maaf." Nirwana melenggang masuk kamar, Kayla menggeleng melihat tingkah sang adik bila berhadapan dengan Kenan. Jangan-jangan Nirwana jatuh cinta"Hadiah buat anak-anak masih di mobil," ucap Kenan perlahan. Matanya tak lepas dari wanita di depannya. Bila di tempat berbeda ia pasti sudah menumpahkan kerinduan dengan memeluk dan menghujani Kayla dengan ciuman."Maaf, Kayla. Aku lancang datang tanpa persetujuanmu," pungkas Kenan.Ditatapnya Kayla dengan penuh kerinduan. Berbulan-bulan tak bertemu membuatnya kehilangan gairah hidup. Bila bukan karena Nirwana kerap membesarkan hatinya mungkin ia akan menyia-nyiakan hari dengan minum alkohol hingga mabuk dan melupakan Kayla. Harapan demi harapan yang dijanjikan Nirwana membuatnya bertahan tetap waras."Pulanglah, Ken," pinta Kayla setelah l
Hadiah dari Kenan berupa kotak-kotak berbungkus kado tersusun rapi di lantai ruang tamu yang dialasi karpet bulu berwarna cream. Kayla menyiapkannya untuk dibuka menunggu anak-anak selesai makan. Entah apa isinya, anak-anak pasti akan suka.Telah lama Kayla tak membelikan mereka hadiah. Mainan mereka dari rumah dulu banyak yang dibawa walau tak semuanya. Untuk soal itu Bryan tak menghalangi semua barang anak-anak maupun milik Kayla dibawa serta, namun Kayla harus memilah mengingat rumah yang dikontraknya tidak terlalu besar.Teriakan bahagia anak-anak ketika kotak pembungkus hadiah telah dibuka, membuat mata Kayla berkaca-kaca. Ia tak memberitahukan siapa yang memberikan hadiah itu, bila mereka tahu pasti akan bertanya dimana Kenan. Ada rasa bersalah memyelinap di hati Kayla tak mempertemukan Kena
Jalan itu dulu kecil, hanya dilapisi tanah merah dan lebar jalan muat satu mobil. Bila ada mobil datang dari arah depan maka salah satu harus mundur sampai menemukan tempat untuk menepi. Beberapa kali Kayla mengunjungi mereka mobil sempat amblas akibat jalanan becek bekas hujan. Itu juga sebabnya Bryan selalu menggerutu bila harus ikut pulang kampung.Kini jalan tersebut telah di aspal dan lebar muat dua arah mobil."Siapa yang bangun ini jalan. Kalau orang di kampung sini mana mau. Jalan yang kemarin itu juga udah cukup," Kayla mengoceh sendiri.Mendekati area rumahnya Kayla dibuat semakin melongo. Dulu kiri kanan ditumbuhi semak kini digantikan tanaman cemara berbaris rapi. Berada di pertigaan, bila mengambil arah kanan maka menuju rumah-rumah penduduk lain. Bila ke arah kiri menuju rumah kayla yang terletak di tengah kebun pisang dan rambutan. Mobil mengarah ke kiri mengikuti jalur cemara.
"Berapa lama?""Paling tiga minggu. Dana mau keliling-keliling mumpung ke sana," ujar Vivian. Cerita tentang Dana sang sahabat yang merupakan istri pengusaha tajir tak henti mengalir dari bibir Vivian. Bryan berdiri bergegas masuk ke kamar, rasanya ia ingin mati saja."Mas, jangan lupa nanti sofanya diganti, yaa Vi gak suka warna sofanya!" teriak Vivian sebelum tubuh Bryan menghilang dibalik pintu kamar. Mimpi apa dirinya, membuang Kayla lalu mendapat wanita seperti Vivian?Dia pikir semudah itu memgganti perabot. Bryan teringat sofa itu kesukaan Kayla. Mendadak hatinya perih, ia ingat Kayla tak pernah menuntutnya. Apa yang dikatakannya selalu dituruti Kayla. Kayla membenarkan apa yang salah, menyempurnakan apa yang kurang.
Pandangan menghakimi ditujukan pada Kayla, maklum saja banyak wanita nekat melakukan apa saja agar menjadi bagian keluarga konglomerat, tidak terkecuali Kayla yang berbohong tentang statusnya. Setidaknya itulah yang ada di benak orang-orang.Kayla merasa tak ada tempat lagi baginya di rumah ini. Bagaimana pun pembelaannya, kebohongan tak pernah baik akibatnya bagi banyak orang. Ia berpikir yang terbaik baginya ialah meninggalkan tempat ini sekarang juga."Saya minta maaf sekali lagi. Tidak ada maksud apa pun, saya hanya mengikuti ke mana kaki mengarahkan langkah. Saya beruntung bisa bertemu Oma Rumi dan Kenan, kalian menempati tempat spesial di hati saya. Setelah hari ini, siakan benci saya, anggap tak pernah ada dan saya tak akan muncul lagi," pamit Kayla seraya melepaskan pegangan Kenan pada lengannya
Baik Kayla maupun Kenan tercengang tak percaya. Keduanya memang menjalin hubungan serius namun sama sekali belum ada pembicaraan mengarah pada pernikahan apalagi di depan Rumini. Namun demi menjaga perasaan Rumini, Kenan bersikap santun dengan menarik tangan Kayla agar bertiga berdiri bersisian di hadapan para tamu. Tangan Kenan memeluk pinggang Kayla dengan mesra seakan menunjukkkan bahwa benar ia akan segera menikahi Kayla.Kayla sangat gugup, jemarinya basah oleh keringat dingin. Sesungguhnya bukan ucapan Rumini yang membuatnya takut namun sampai saat ini Rumini masih mengira dirinya sebagai seorang gadis. Saat ini di depan semua orang Rumini penuh keyakinan Kayla akan menjadi istri sang cucu, bagaimana bila kebenarannya ia ketahui? Akankah ia menerima seorang janda anak empat menjadi istri cucu kesayangannya?
[Kenan cucu kesayanganku, oma hanya ingin dia bahagia dan kaulah bahagianya, Kayla. Hanya kau yang membuatnya tetap semangat menjalani hari-hari. Please oma udah gak tau harus bagaimana untuk meyakinkanmu bahwa kalian ditakdirkan untuk bersatu.][Bagaimana dengan Mariska?] tanya Kayla akhirnya. Kayla menunggu namun pesan itu tak berbalas hingga malam tiba. Sepanjang malam Kayla tak bisa memejamkan mata. Rumini tak tahu tentang penantian Kenan di taman bunga besok tepat di hari ulang tahunnya. Bila ia datang ke pesta ulang tahun Kenan artinya ia harus datang lebih dulu ke taman di mana Kenan menunggunya.Bila dirinya menemui Kenan sama saja ia menerima pernyataan cinta lelaki ini.Esok hari, hubungannya dengan Kenan akan diten
Potongan buah tertata menggiurkan di atas meja makan. Lauk pauk lengkap untuk makan malam setara kebutuhan makan satu keluarga kelas bawah untuk satu minggu.Namun Bryan membiarkan nikmatnya hidangan itu hanya sebatas penciuman.Selera makan telah pergi sejak tadi, sejak Vivian tak henti membela Arka dan kebiasaan-kebiasaannya."Dia cuma anak-anak, nanti juga bisa menyesuaikan diri," pungkas Vivian tak mau disalahkan. Selama ini ia memang tak begitu peduli perkembangan Arka, sehari-hari anak itu diurus pembantu sementara dirinya melakukan apapun yang disukainya termasuk tidak pulang berhari-hari, libur ke mana dia suka, nginap di mana dia mau.Semua bisa dibayar dengan uang, kenapa dia har
"Jadi kau telah berpisah?" Kayla tak menceritakan perihal rumah tangganya yang juga mengalami kehancuran. Ia berjanji akan menjadi pendengar yang baik malam ini."Ya, tapi aku masih trauma. Bukan saja luka secara psikis dan fisik tapi harta pun habis. Orangtuaku bangkrut, hartaku diporotin sama Fauzan. Sekarang bertahan dengan yang ada saja," keluh Shinta.Ini yang membuatmu tampak berbeda, batin Kayla.Cerita mengalir tentang penyesalan Shinta melepas Adrian. Shinta berharap ia tak pernah melakukan kesalahan sebodoh itu."Entah apa kabar Adrian, semoga dia bertemu wanita lain yang bisa membahagiakannya. Bila kau bertemu seseorang yang mencintaimu, jangan pernah lepaskan dia. Lebih baik bersama orang yang mencintai kita dengan tulus daripada kita kejar orang yang kita pikir kita cinta. Seseorang yang mencintai kita akan melak
"Kayla?!"Kayla mengernyitkan kening, ia tak mampu mengingat siapa seseorang yang tampaknya sangat mengenalnya. Wanita itu membentangkan kedua tangan hendak memeluknya namun demi melihat kebingungan di wajah Kayla, wanita itu urung melakukannya dan memilih menyentuh bahu Kayla.Mayleen yang berdiri di sebelah Kayla masih menunggu penjelasan. Hari ini sangat mengherankan baginya, penampakan lelaki di restoran, Bryan, Rumini dan sekarang wanita sok akrab dengan dandanan ketebalan. Ada apa dengan hari ini? Bayangan akan gaun indah yang akan didapatnya, kini tak indah lagi. Semangatnya hilang sudah."M-maaf, siapa ya?" tanya Kayla perlahan. Ia tak ingin pertanyaannya menyinggung wanita yang tampaknya memang sangat mengenal Kayla."Kayla, kamu lupa. Ini aku, Shinta temen sekelas wak
Saat sedang mengamati Bryan yang semakin menghilang dari pandangan, Kayla merasakan bahunya disentuh seseorang."K-kayla?!" Wanita itu berteriak menatap wajah Kayla."Oma Rumi?!" Waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin Kayla menjadi bintang saat menghadiri pesta meriah di kediaman Rumini. Kini Rumini berdiri di hadapan Kayla dengan tatapan penuh tanya."Kayla ke mana saja? Ken nggak pernah mau mempertemukan oma denganmu. Apa kabar, Kayla? Kau menghilang begitu saja. Bagaimana hubunganmu dengan Kenan?" Rumini menoleh ke sekeliling seperti mencari keberadaan Kenan. Ia memberondong Kayla dengan banyak pertanyaan.Mayleen yang tak mengetahui apa tepatnya terjadi, mengarahkan tatapan aneh pada Kayla."Kabar saya baik.