Setelah perdebatan sebelumnya yang akan mengancam hubungan diantara mereka berdua itu pun berkahir, perkataan Rin er itu membuat mereka berdua saling berjabat tangan. Mereka pun saling meminta maaf atas perilaku sebelumnya. Setelah itu hubungan antara mereka berdua kembali seperti sebelumnya. Disaat dua orang itu saling memaafkan, tiba tiba terdengar suara gemuruh dari arah perut Rin er.Vans segera menoleh keaarah istirnya itu, dia pun menatap Rin er. "Istriku apakah kau tidak sarapan sebelum berangkat?" Tanya Vans.Dia bertanya seperti itu karena sebelumnya sudah sarapan terlebih dahulu, sembari menunggu istirnya dia melakukan itu. Vans mengira bahwa Rin er juga sudah sarapan mengingat dia menunggu cukup lama sebelumnya."Heheh.... Aku tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan itu, aku terlalu bersemangat didepan cermin," ucap Rin er.Vans pun menepuk dahinya karena mendengar itu, dia sedikit khawatir apabila istirnya itu jatuh sakit."Jangan sering sering melakukan itu, bers
Setelah Aurbet meninggalkan dapur tiba tiba terjadi kejadian yang tak menyenangkan ditempat itu. Tempat itu menjadi sunyi dan senyap, mereka tidak bisa saling menatap mata satu sama lain. "Hem.. istirku lebih baik kau sarapan terlebih dahulu," ucap Vans. dia berharap bahwa istirnya itu tak meminta sesuatu yang seperti sebelumnya lagi. jujur saja pada saat ini Vans merasa malu sekali. Dia yang sudah tidak merasakan perasaan romantis selama 5tahun itu akhirnya dapat merasakannya lagi, namun seperti perajurit hebat yang tidak pernah berlatih dia pasti akan melupakan ilmu beladiri yang dia miliki. Vans pun seperti itu, dia sudah lupa perasaan seperti itu. Sehingga sekarang dia hanya menjadi pemula yang tidak tahu apa apa."ya itu ide yang bagus, mas Vans tadi sebenarnya, aku tidak serius ketika menyuruh mu melakukan itu," ucap Rin er. dia sama malu nya seperti Vans, ketika suaminya mengatakan itu, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut agar terbebas dari situasi canggung yang
"benarkah? Syukurlah jika kau menyukai masakan ku," ucap Vans. Dia memandangi Rin er yang sedang makan itu, Vans cukup senang ketika makanan yang dia masak disukai oleh Rin er. "Aku dengar dengar kau sedang berlatih berpedang, bagiamana apakah itu lancar mas Vans?" Ucap Rin er. Beberapa hari terakhir setelah menyelesaikan urusannya untuk membuat pestisida belalang, Vans memiliki waktu luang yang cukup banyak. Dia yang sebelumnya tak bisa berkutik ketika melakukan perang satu bulan yang lalu itu berniat untuk berlatih menggunakan pedang. Tentunya orang yang menjadi gurunya Vans bukanlah orang biasa, dia dilatih oleh York dan Aubert. Meskipun pelatihan yang diberikan oleh mereka terbilang sangat berat, Vans tetap menjalankannya dengan penuh semangat. Dia benar benar tak ingin menjadi beban, sebagai suami dan seorang raja, dia harus bisa menjaga diri sendiri dan orang lain yang ada disekitarnya. Itulah yang dia pikirkan. "Tidak berjalan dengan lancar, kau tahu mereka melati
Vans akhirnya sampai dikamar milik Aurbet, dia pun mengetuknya dengan pelan. Aurbet yang berada didalam saat ini sedang menyusun berangkas berangkas yang hendak ditunjukkan pada Vans."Aurbet apakah kau ada didalam?" Tanya Vans.Aubert baru saja melihat semua ide ide yang dimiliki oleh Vans, banyak yang tidak disetujui olehnya. Menurutnya ide ide yang diberikan oleh Vans tidak cukup untuk menutupi kerugian yang di alami oleh kerajaan Wuan."Masuklah tuan Vans," ucap Aurbet.Vans segera membuka pintu kamar milik Aubert. "duduklah disini ada yang ingin aku bicarakan dengan mu," ucap Aurbet.Vans yang baru saja tiba dikamarnya itu langsung disuruh duduk oleh Aubert, sedangkan saat ini dia berdiri. Bukankah aneh untuk dilihat. "Hey Aubert jangan panggil aku tuan Vans jika hanya kita berdua. Dan satu lagi, kau menyuruhku untuk duduk sedangkan kau sekarang tetap berdiri itu sungguh membuatku risih tahu," ucap Vans.Vans secara tidak terduga mengeluarkan sifat akrabnya ketika dia berada di
Disaat mereka mendiskusikan rencana itu, tiba tiba seseorang mengetuk pintu kamar tersebut. Segera Aubert dan Vans merapikan semua kertas kertas yang berserakan itu. Ketika semua bukti sudah menghilang, Aubert segera membuka pintu kamarnya.Dihadapannya itu berdiri sosok wanita yang mengenakan gaun pink, pakaiannya kusut tak seperti sebelumnya. Aubert pun menoleh keaarah Vans. "Tidak, tentu saja tidak seperti yang kau pikirkan Aubert," ucap Vans.Dia segera tahu maksud dari tatapan Aubert yang menghujani dirinya. Dia tidak mau kabar bahwa mereka melakukan hal hal seperti itu ketika sedang melakukan perjalanan penting menyebar keseluruh orang orang yang dia kenal. "Apa yang sedang kalian lakukan?" Ucap Rin er. Dia yang baru saja menghabiskan makanan itu merasa penasaran mengapa Aubert mencari Vans. Seandainya mereka sedang menyusun setartegi untuk bernegosiasi dengan raja kerajaan Shu, Rin er ingin sedikit membantu dengan cara menyampaikan isi pikirannya."Bukan apa apa, kami hanya
"apakah kau serius yang mulia Vans, bukankah sebelah sana sangat berbahaya? aku melihat ada angin besar yang menyebabkan ombak tak karuan berasal dari sana," ucap Aubert. Apa yang baru saja dikatakan oleh Aubert adalah sebuah kebenaran. Namun meskipun begitu, Vans hanya bisa tertawa ketika mendengarnya. "Aubert sepertinya kau tidak terlalu paham dengan situasi lautan," ucap Vans. Aubert memiringkan kepalanya, dia benar benar tidak mengerti dengan ucapan yang baru saja dia dengar. 'bukankah dia yang tidak mengerti dengan situasi lautan,' ucap Aubert. "Dia sangat yakin bahwa pengetahuan tentang lautan miliknya lah yang paling benar. Namun tidak ada salahnya untuk menanyakan alasan mengapa Vans melakukan perintah seperti itu, begitulah pikirnya."Yang mulia vans maaf atas kelancanganku ini, aku benar benar merasa penasaran, bisakah kau menjelaskan alasan mengapa kita menggerakkan kapal ke posisi itu? Bukankah itu hanya akan membuat kita lebih dekat dengan bahaya?" Ucap Aubert. A
Kapal yang dinaiki oleh mereka itu perlahan mulai menjauhi posisi mereka yang sebelumnya. Pada saat ini angin mulai berubah arah menuju kearah sebaliknya. "Semuanya tutup kain layar, kita akan mengikuti ombak berpeganglah pada sesuatu," ucap Vans.Kapal itu mulai terobang-ambing oleh angin yang besar, gerakan angin yang tidak menentu itu membuat semua isi kapal berantakan tak karuan. Aubert yang berada di dalam ruangan kemudi itu menutup mulutnya, pada saat ini angin topan muncul disekitar tempat yang mereka berniat berhenti sebelumnya. Meskipun saat ini jarak mereka cukup jauh dengan angin topan itu, mereka saat ini belum bisa bernafas dengan lega. Situasi yang buruk bisa sewaktu mengancam mereka semua, Vans dan lainnya saat ini hanya bisa berdoa. Sedangkan Aubert sedang memikirkan apa yang akan diperintahkan oleh Vans selanjutnya. Beberapa menit kemudian, dia mengetahuinya, "Tuan long lakukan yang seperti tadi," teriak Aubert. Disisi lain, Vans yang menyuruh awak keru untuk berp
Sesampainya Vans didalam kamar dia segera menuangkan air ke ember yang sempat dibawanya ketika berjalan menuju kamar. Setelah itu dia mulai memasukan cairan anti bakteria ke kain itu. Disaat semuanya telah selesai dia mengelap kepala Rin er yang berdarah dengan kain basah. Ketika Vans melakukan itu, Rin er merintih namun matanya tetap terpejam."Tahanlah istirku aku yakin kau bisa," ucap Vans.Meskipun Rin er tak mendengar suaranya dia tetap mengatakan itu, Vans segera membalut kepala Rin er yang berdarah tersebut dengan kain perban. Disaat semuanya telah selesai, dia mulai mengecek semua isi kapal. Sembari melakukan itu dia mencari dokter. Dia menemukannya, ternyata saat ini dokter itu sedang merawat seorang pelayan yang dalam keadaan keritis. Tangannya terputus, pendarahan yang tidak berhenti itu membuatnya terlihat amat mengerikan."Ada apa yang mulia," tanya dokter. Dokter itu melihat Vans yang berkeringat, nafas tak karuan terlihat amat jelas. Tak butuh waktu lama sampai akhir