"ngomong ngomong bagaimana rencana kalian untuk memenangkan pertempuran ini?" ucap Aurbet. Alasannya datang kesini bukan hanya untuk menemui Vans, ketika sadar tidak akan diterima di kerajaan Wuan dan bangsawan Values. dia bingung harus pergi kemana, jika keluar dari kerajaan dia tak memiliki koneksi sedikitpun, hanya tiga temannya saja yang dapat diandalkan. Namun mengingat di kehidupan yang pertama nya dia ditolak mentah-mentah karena membiarkan Rin er meninggal, Aurbet tak memiliki niatan untuk meminta bantuan pada mereka bertiga.Beberapa hari yang lalu ketika Aubert masih berada di markas persembunyiannya yang terletak diwilayah timur, Aurbet mendengar wilyah barat mendeklarasikan kemerdekaan yang di pelopori oleh Rin er.Karena menemui titik buntu untuk pergi kemana dan sekaligus dia tidak ingin lontang lantung seperti sebelumnya. Dia pun pun bertaruh dengan kemungkinan berhasilnya kecil, bukannya dia tidak memiliki maksud. Dia memiliki sebuah alasan mengapa dia rela berta
Merpati pembawa pesan yang dikirimkan oleh Robert dan kawan kawan sudah sampai di tangan vincaus, dia pun segera membaca isi surat itu, setelah surat pertama tiba tak selang lama kemudian surat lain tiba.Surat kedua itu dikirimkan oleh orang yang tak dikenal, ketika melihat surat pertama wajah vincaus sudah dibuat cemas sedangkan untuk yang kedua itu, beban pikirannya semakin bertambah. Isi surat tanpa nama itu akan membuat siapapun bingung, akan tetapi meksipun surat itu datang tanpa nama, vincaus tahu siapa pengirimnya. "kembali lah kekota dan jika kau tetap memaksa untuk berperang hanya kekalahan yang akan kau dapatkan," itulah isi surat kedua yang baru saja didapatkan oleh vincaus. "anak itu benar benar menganggu sekali, tapi aku sedikit bangga dengannya, ternyata dia tak menyerah," batin vincaus.Sebelumnya vincaus sangat khawatir apabila anaknya menyerah, dia bukannya memikirkan keselamatan Aurbet. Akan tetapi dia kahwatir apabila bakat yang di miliki anaknya itu akan meng
7000 pasukan yang dipimpin oleh Vincaus berangkat menuju keaarah selatan meninggalkan pasukan utama mereka, di esok harinya mereka tiba di perbatasan wilayah selatan. Ketika memasuki wilayah mereka disambut oleh pasukan milik Vans yang berdiri di tepi tebing yang harus dilewati oleh mereka agar sampai ke kota val."berhentilah disitu tuan vincaus," teriak seseorang wanita bernama Elmisa. sebelumnya dia dikalahkan oleh Vans dengan senjata api, ketika mengetahui tidak memiliki kesempatan untuk menang, dia pun langsung menyerah. Vincaus yang melihat Elmisa memerintahnya itu pun tersenyum. "ternyata kau juga sudah berganti pihak Elmisa," ucap Vincaus. "hahah tentu saja, berpihak padamu tak memiliki kesempatan untuk menang. sebelum kau menyesal aku ingin memperingati mu tuan Vincaus, menyerahlah sekarang juga dan bantu kami untuk memusnahkan pasukan kerajaan Shu," ucap Elmisa. Vincaus nyaris saja mengeluarkan tawa yang begitu keras, namun dia menahannya karena situasinya tidak mem
"tuan Vans asal tahu saja ini bukan tentang harga diri dan ego, akan tetapi ini tentang keyakinan dan tekad," ucap Vincaus dengan tegas. "ah jadi yang kau maksud tentang keyakinan itu adalah membunuh para bawahan mu," ucap Vans. Setelah mengucapkan kalimat itu sepuluh musuh tumbang ditempat itu. "ah apa apa ini, apakah ini akhir dari kita," ucap prajurit. "aku tidak ingin ini terjadi, aku ingin pulang bertemu keluarga ku," ucap perajurit lainnya. "bagaimana ini, apakah kita menyerah saja, dan menangkap tuan Vincaus." "mungkin itu bisa kita lakukan apabila tuan tak segera melakukan pergerakan." semua suara itu tumpang tindih sehingga itu hanya terdengar seperti suara tawon. Vans yang melihat itu merasa senang, dia akhirnya bisa mendapatkan kemenangan atas mental mereka. Hanya butuh sentuhan terkahir, musuhnya akan segera runtuh. namun disaat yang sama Vincaus tertawa terbahak bahak. "aku tahu, aku tahu, kau hanya bisa membunuh sepuluh orang bukan? jika kami melakukan gera
Satu satunya yang dapat diandalkan untuk membalikkan keadaan ini hanyalah pasukan Aurbet yang sedang menuju kesana. Perlahan tapi pasti Vans mulai terpojok, dia sudah kehabisan cara dan rencana untuk melarikan diri. Namun disaat situasi genting itu terjadi, terdengar langkah kaki kuda dari kedua sisi. Vincaus yang menyadari itu sudah yakin akan kekalahannya. "Sepertinya aku kalah darimu Vans," ucap Vincaus. Hanya sedikit lagi semua pasukannya bisa terbebas dari tebing itu, namun disaat yang sama, pasukan 12 ribu itu menghadang jalan mereka. Sedangkan 7000 pasukan menghadang jalan untuk mereka keluar. Perajurit milik Vincaus yang sebelumnya sudah memiliki harapan untuk terbebas dari tebing itu pun kini kehilangan semangat. Satu persatu mereka menjatuhkan senjata yang sebelumnya digenggam sangat erat. "Tuan Vincaus kami mohon menyerahlah sekarang," ucap para perajurit itu.Vincaus yang tidak memiliki harapan itu memang berniat menyerah, namun meksipun begitu dia masih berusaha untuk
"lapor tuan bala bantuan telah tiba saat ini 7000 pasukan siap membantu," ucap perajurit. York yang sebelumnya kebingungan karena keaadan yang tak menguntungkan itu akhirnya bisa bernafas lega. Dia tidak tahu harus melakukan apa ketika anak panah dan amunisi yang dimiliki telah habis. jumbelah pasukan yang minim itu amat menguras sumber daya kerajaan Vincaus, mereka harus mengeluarkan semua yang dimiliki dalam dua hari terakhir."baguslah jika seperti itu, sekarang kita bisa melakukan pertempuran langsung dengan mereka, siapkan semua kapal yang kita miliki. kita akan menunjukan kepada mereka seberapa tangguh armada laut milik kita," ucap York. Segera perajurit itu menuruti apa yang diperintahkan oleh York. beberapa jam kemudian 250 kapal siap untuk diturunkan secara langsung ke kelautan. Meskipun kapal mereka hanya setengah dari jumbelah musuh, York sangat yakin akan kemenangannya, bukannya dia yakin akan kemampuan pasukannya. Melainkan dia yakin dengan medan perang yang sangat men
Setelah itu Khan ingin menebus kesalahan yang dia perbuat sendirian, dia pun akhirnya sampai ditempat dimana dia ingin menebus kesalahannya. Dimana lagi jika bukan ditempat tenda milik tetua gunung. Khan yang sedikit ragu itu masuk kedalam tenda itu, tetua gunung yang menyadari kehadiran khan itu segera bersujud dihadapannya. Khan yang melihat itu segera berkata, "tidak usah melakukan itu memberikan hormat pada orang bodoh seperti ku tidak akan mengubah apapun, lebih baik kau menampar diriku dan marah besar," ucap Khan. Tetua gunung yang mendengar itu segera mengucapkan sepatah kalimat, "maaf pangeran sepertinya aku tidak bisa melakukan itu, sebagai saudaranya putri Rin er, memukulmu atau menamparmu sama saja aku akan menampar beliau. aku tidak ingin melakukan itu pada penyelamat ku, hutang budi yang kami miliki padanya belum cukup membuat kami marah ketika diperlakukan tidak adil seperti kemarin," ucap tetua gunung bernama Galigino anak dari tetua gunung sebelumnya.Tetua gunung y
"kita bisa memenangkan perang disini dengan cara membuat mereka merasa menang," ucap Galgino.Ketika mendengar itu semua orang yang ada disana memiringkan kepalanya. Memang setartegi itu bisa digunakan, namun saat ini mereka benar benar sudah kalah dari musuhnya. "maaf tuan Galgino, kita tidak bisa melakukan itu. Sekarang kita sudah benar benar kalah," ucap Jal. Semua orang yang ada disana juga sependapat dengan perkataan jal, mereka tidak memiliki kesempatan untuk melakukan itu. bertahan untuk hidup dalam perang ini saja sudah membutuhkan usaha yang sangat ekstra. "Yap tepat sekali, oleh karena itu kita tidak usah menyusun apa apa. Kita akan menjadikan kerugian ini menjadi keuntungan, berperang lah seperti biasa dan serahkan sisanya pada kami orang orang gunung. Memburu mangsa yang merasa dirinya aman adalah keahlian kami," ucap Galgino. Semua orang yang ada disana sedikit terpukul dengan perkataan Galgino. Mereka sebenarnya marah, namun itu tak bisa dilampiaskan. perkataan Galg