Wajah Fuschia tersentak sesaat, tapi kemudian kembali ke ekspresi tenang sebelumnya. Dylan menangkap perubahan singkat itu dan tertawa kecil. Beberapa kali Dylan dengan sengaja meniupkan udara lembut ke kelopak mata Fuschia. Kemudian bulu mata Fuschia akan berkibar dengan indahnya dan hal itu membuat Dylan semakin tak kuasa menahan diri untuk menjilati kedua matanya.“Lezat. Aku harap aku bisa merasakan semua yang kau miliki selama sisa hidupku, Fuschia.” Dylan berbisik menggoda di telinga Fuschia.Dia mengira Fuschia akan mengakhiri permainan. Namun sepasang mata dengan bulu mata lentik itu tetap tak mau terbuka meski Dylan telah menghujani wajahnya dengan ciuman.Dylan tidak mengerti mengapa Fuschia begitu menyukai permainan 'pura-pura tidur' ini, padahal ia baru mengetahuinya setiap saat. Awalnya dia berpikir bahwa mungkin Fuschia merasa terganggu olehnya, jadi dia berpura-pura tidur. Hal itu membuatnya sedih. Namun kemudian, Fuschia menjelaskan bahwa anggapan Dylan tidak benar.Fu
Sudah sepuluh hari berlalu. Berkat Fuschia, tembok tinggi dan tebal dari tanah padat membentengi sekeliling istana pusat. Hanya memiliki satu gerbang untuk masuk dan keluar adalah ide yang bagus untuk membatasi pergerakan. Baik pergerakan manusia maupun monster. Cara yang sama juga diterapkan oleh Dylan dan kelompok prajurit saat membasmi monster.Mereka menarik perhatian para monster dengan umpan 'prajurit tercepat' yang membawa para monster ke sebuah bangunan dengan satu pintu yang terbuka, lalu menyergap mereka di sebuah ruang kecil yang membatasi pergerakan mereka.“Maftah mengatakan bahwa mereka telah menerima balasan dari Kekaisaran Cruox. Dan sekarang mungkin tentara mereka sedang dalam perjalanan ke Drachentia. Mungkin akan tiba dalam waktu seminggu lagi.” Dylan meraih tangan Fuschia untuk menciumnya.“Kurasa sudah waktunya untuk bersiap-siap meninggalkan tempat ini, bukan?” Kata Fuschia kepada Dylan dan Merri.“Benar sekali, nyonya.”Setelah Dylan berangkat ke medan perang, F
Di tengah hujan yang semakin deras dan malam yang semakin gelap, Dylan memacu kudanya dengan panik menuju jalanan ibu kota yang sepi - tidak seperti kekacauan di tempat yang baru saja ia tinggalkan. Yang terdengar sekarang hanyalah ringkikan kuda yang berderap karena takut akan kegelapan dan hujan lebat. Namun tak satu pun dari mereka yang bisa mengalahkan suara keras detak jantung Dylan yang berpacu.Seolah-olah Dylan tidak dapat mendengar apa pun selain detak jantung yang mematikan di dalam dadanya sendiri.'Fuschia... Fuschia, jangan lagi, kumohon. Kumohon.” Dylan mengencangkan rahangnya sambil mengayunkan cambuknya dengan panik.“Kiiiiiiik!” Kuda itu meringkik saat mereka berlari kencang.'Ayo! Lebih cepat! Lebih cepat!Matanya yang tajam membelah kegelapan ibu kota di depannya. Bertekad untuk menyingkirkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya, dan menjadikan bola api biru yang terus melesat ke langit malam sebagai tujuannya.Ia teringat percakapan yang ditujukan sebagai leluc
“Wah, ingin rasanya aku memukul bagian belakang kepala mereka dengan kayu mahoni!”'Mbayul?! Aku yakin itu suara Mbayul tadi!“Fuschia, apa kau masih belum bangun? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang bisa aku lakukan selain hanya mengikutimu seperti ini? Ini menyedihkan. Fuschia! Cepatlah bangun!”Sepertinya Mbayul sudah mengikutiku sejak awal. Dia pasti frustasi karena tidak bisa berteriak minta tolong karena tidak ada yang bisa melihatnya selain aku dan Merri, bahkan Dylan pun tidak.'Aku pikir Merri juga dibius. Aku harap dia baik-baik saja.Aku menarik napas, lalu mencoba mengumpulkan tenaga yang bisa aku kumpulkan dengan tenaga yang sudah habis. Kemudian dengan sedikit dorongan dari dalam dada, aku membuka mulut.“Argh-ugh, lepaskan aku, sekarang, bajingan.”“Fuschia! Apa kau sudah bangun?” Suara Mbayul terdengar dengan desahan lega.Tapi tidak seperti dia, dua orang yang menculikku mengumpat. “Sial, dia sudah bangun! Apa yang harus kita lakukan?” tanya salah satu pria
Fuschia mengatur napas. Lalu tersenyum pada Merri yang untungnya baik-baik saja.“Syukurlah kau tidak apa-apa, Merri. Kau juga, Dylan. Tapi di mana Pasha?”Ketika pertanyaan Fuschia dijawab dengan ekspresi sedih dari banyak orang yang mengelilinginya, desiran udara dingin menerpa dirinya.Dylan merangkul tubuh Fuschia yang menggigil seketika, sementara Merri jatuh berlutut diikuti beberapa pelayan yang ada di ruangan itu.Mata biru Fuschia bergetar. Ia menatap Dylan dengan cemas, “Jangan bilang. Tidak mungkin, itu tidak benar, kan? Tidak... TIDAK!”Jeritan melengking dan menyayat hati membumbung tinggi di malam yang gelap. Mengalahkan suara guntur yang menghancurkan langit malam.“Pasha... telah diculik, aku telah mengirim orang untuk mengikuti jejak mereka. Aku akan segera mencarinya, jadi, uhm, kumohon Fuschia, kembalilah padaku.” Permohonan Dylan sia-sia karena Fuschia tidak menangkap kata-katanya yang lain setelah dia mengatakan bahwa Pasha diculik.“Fuschia?”“Nyonya?”“Nyonya?”
Wajah dan tangan Fuschia dilap dengan kain hitam yang dibasahi air hangat. Mereka membantu Fuschia mengenakan pakaian tebal untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Kemudian mereka menyiapkan sepasang pakaian berkuda wanita untuk Fuschia.Fuschia melihat sekeliling ke arah para pelayan dan penjaga dengan mata yang tajam. Kali ini dia bertekad untuk menangkap mata-mata yang mungkin masih tinggal di istana ini.Dari apa yang dia dengar sedikit demi sedikit, monster tiba-tiba muncul di dapur istana saat dia sedang tertidur lelap. Jadi semua orang menjadi panik. Itu pasti pengalihan perhatian untuk mempermudah penculikan.Para penjaga dan ksatria bergegas untuk memusnahkan monster tersebut dan gagal melihat gerakan lainnya. Monster itu diperkirakan adalah koki dan asistennya yang bertanggung jawab di dapur.'Koki yang malang itu. Dia tidak tahu apa-apa tapi kemudian berubah menjadi monster. Itu berarti ada orang dalam yang sengaja 'menciptakan' monster seperti yang dilakukan Sarah. Bagaim
Maftah mengamuk, memerintahkan semua pelayan yang terlibat dalam pembuatan makanan untuk segera ditangkap, tak terkecuali pembantunya sendiri. Kecuali, semua pelayan itu sudah mati seperti monster. Maftah sangat terpukul.Kejadian itu tidak hanya mencelakakan tamu pentingnya, tapi juga mencelakakan orang-orang yang telah mempercayakan hidup mereka kepadanya.Maftah diliputi kemarahan yang luar biasa. Dia merasa seperti ditelanjangi karena semua ini terjadi di dalam bentengnya. Ini adalah sebuah penghinaan yang terang-terangan.Maftah melirik ke arah tangga. Ia ingat bagaimana Thebet bersikeras bahwa ia benar, dan sekarang, sepertinya ia tidak memiliki masalah untuk menggunakan cara apapun untuk membuktikan pendapatnya.Peristiwa tragis ini terjadi ketika tangannya penuh dengan monster yang tiba-tiba menyerbu area netral.Jadi dia hanya menggabungkan dua dan dua.BRAK! Maftah mengarahkan ujung pedangnya ke leher Thebet yang baru saja berdiri dari tempat duduknya.“Mengapa kau melakukan
“Maryah, apa yang kau-”Dengan wajah penuh air mata, Maryah menatap Maftah dengan penuh kebencian. Kemudian dia berteriak. “Kau membunuh saudara Thebet! Tega sekali kau! Untuk orang seperti dia!”Maftah mengatupkan rahangnya. “Tutup mulutmu sekarang, Maryah.” Dia memperingatkannya dengan bisikan pelan.“Kau seharusnya malu karena membunuh bangsamu sendiri demi perempuan jalang itu! Karena dia, saudara Thebet menjadi de... argh! Itu semua karena kamu, jalang!”Fuschia menarik dagunya dengan sombong, dan menatap tajam ke arahnya. Ia tidak ingin menghabiskan waktu sedetik pun di tempat itu dan ingin langsung menuju Drachentia. Namun wanita di depannya menggores dinding kesabarannya.“Apa karena itu kau bersekongkol dengan Drachentia untuk menculikku dan anakku?”“YA BENAR, JALANG! Karena jika kau pergi, kami akan selamat!”“Maryah!” Maftah memarahinya dengan keras tapi pada saat yang sama melindunginya dari kemarahan Fuschia.Maftah meringis kesakitan saat Fuschia menutupi lengannya deng
Tuyul tak kunjung ditemukan.Sekeras apapun aku dan Mbayul mencarinya, kami hanya bisa menyimpulkan bahwa Tuyul telah meninggalkan kami. Sulit untuk menerima kenyataan itu, terutama ketika kami tidak mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.Mbayul dan peri pengembara lainnya masih bersama kami. Mereka bekerja untuk aku sebagai CCTV kerajaan. Mereka adalah makhluk yang tepat untuk pekerjaan itu karena hanya sedikit orang yang dapat melihat mereka, meskipun banyak penyihir yang muncul sekarang.Kemudian, ketika Pasha berusia tiga tahun, aku mengetahui kisah terakhir Tuyul.“Ibu, masih ingat Paman Tuyul?”Suatu malam, Pasha menanyakan hal itu.Pasha memiliki kemampuan verbal yang sangat baik di usia dini, dia sudah bisa membentuk kalimat kompleks dengan baik, sehingga memudahkan kami untuk berkomunikasi. Dia juga mengingat beberapa hal tentang masa kecilnya, ketika dia berusia satu tahun.Dia bahkan mengingat rumah di tengah hutan yang pernah kami tinggali di Kerajaan Haddad, dan dia
Belum genap enam bulan Dylan menjabat sebagai raja baru Kerajaan Drachentia dan ia sudah menyandang gelar 'serigala emas Drachentia'. Dalam waktu singkat itu, dia ditakuti oleh kerajaan-kerajaan di sekitar Drachentia. Terutama karena prestasinya dalam membasmi semua monster dan alkemis yang tersisa di Drachentia.Tidak hanya itu, ia juga melumpuhkan perdagangan ilegal yang terjadi di lautan Drachentia. Tanpa ampun. Dan ternyata tindakannya tersebut merembet hingga mengguncang stabilitas ekonomi kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, yang selama ini mengakali Drachentia dalam hal perdagangan di laut.Maka hari ini adalah pertemuan besar dengan diplomasi kerajaan-kerajaan sekutu, yang hadir karena takut Dylan akan memangsa kerajaan mereka. Seperti yang diketahui banyak orang bahwa Drachentia adalah sebuah kerajaan kepulauan, aku rasa mereka takut kerajaan mereka akan menjadi salah satu pulau baru milik Dylan.“Tapi dia tidak sekejam itu. Aku tersenyum bangga pada Dylan yang duduk di samp
Upacara pernikahan aku yang kedua.Seperti yang diminta Dylan, sebelum upacara penobatan raja, kami mengadakan upacara pernikahan.Tentu saja, banyak yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan keluarga kerajaan, tetapi karena kami ingin melakukannya sesegera mungkin, persiapannya cukup sederhana. Lagipula, kami ingin segera dinobatkan sebagai suami dan istri. Jadi kami tidak terlalu memikirkan tentang jamuan makan dan sebagainya.Aku mengenakan gaun pengantin putih yang terlihat sangat indah seperti taburan berlian di atasnya. Saat sinar matahari menyinari ku, gaun aku akan berkilauan.Mengapa bisa ada gaun pengantin yang begitu indah yang siap dalam waktu singkat? Jawabannya adalah karena antusiasme Laura dan Pak Andre, yang telah mempersiapkan gaun tersebut jauh-jauh hari, bahkan saat mereka tidak tahu kapan aku bisa memakainya. Begitu juga dengan tuksedo pernikahan Dylan.“Nyonya-oops, Yang Mulia, Kau terlihat sangat cantik. Kau seperti seorang dewi!”“Bukankah dia lebih mirip seora
Hari persidangan Putra Mahkota Hayden akhirnya tiba. Langit berwarna abu-abu kusam, dan orang-orang berbondong-bondong ke Pengadilan Tinggi untuk menyaksikan persidangan bersejarah itu dengan suasana hati yang tidak tenang. Pikiran mereka kacau.Dylan dan aku duduk di kursi saksi. Aku bisa merasakan semua mata tertuju pada kami. Aku mendengar bisikan orang-orang di belakang kami yang merupakan tempat duduk para bangsawan.“Aku di sini. Jangan gugup.” Dylan berbisik. Menarik kegugupan yang tidak kusadari telah menggerogoti kesadaranku.Meskipun aku mendengar bahwa Nyonya Luxor dan Laura sedang berusaha membuat banyak berita yang ditulis di koran yang menguntungkan kami, bukan berarti semua orang akan percaya dengan semua itu. Terutama para bangsawan yang mungkin mengincar kekuasaan kerajaan melalui keluarga kerajaan.Terlebih lagi ketika mereka mendengar bahwa raja mereka berikutnya adalah mantan budak dan korban eksperimen alkemis. Tidak lupa bahwa aku juga akan menjadi ratu mereka.“
Setelah pertempuran hebat itu, aku tidur seperti orang mati selama dua hari. Aku terlalu memaksakan diri, jadi begitulah hasilnya.Sementara itu, Laura dan Nyonya Luxor mengerahkan banyak media berita dalam bentuk surat kabar untuk menuliskan segala sesuatu yang telah terjadi dalam semalam. Mulai dari alasan pemberontakan yang dipimpin oleh Keluarga Luxor dengan bantuan pasukan Keluarga Mountravven hingga kemunculanku yang mengejutkan.Nyonya Luxor dengan cepat mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan berita karena dia memiliki serikat informasi. Jadi dia telah menempatkan beberapa reporter di tempat kejadian untuk mengabadikan segala sesuatu yang terjadi sejak awal pertempuran.Dan sebagai reporter profesional, para reporter mendapatkan banyak gambar yang 'mencengangkan', yang kemudian disisipkan di berita utama koran mereka.Mulai dari gambar Hayden yang memimpin pasukan monster, lalu gambar aku menggunakan sihir air, dan juga gambar naga di langit yang memberkati aku da
Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Yang kutahu adalah Dylan tiba-tiba memegang pedang Hayden di tangannya, dan dari pedang itu keluarlah sebuah kekuatan super(?) berupa lingkaran raksasa yang mengiris monster-monster itu dengan sekali tebas. Kemudian karena kekuatan itu, energi Dylan seperti tersedot dan membuatnya jatuh lemas ke dalam pelukan ku.Aku sempat panik karena mengira Dylan akan mati, tapi ternyata dia hanya lemas sesaat. Karena setelah itu, kami dan beberapa tentara yang 'sehat' menjelajahi kuil.Tentu saja, pada saat itu aku juga tidak tahu mengapa orang-orang memandang kami dengan takjub saat mereka mengatakan bahwa kami menerima berkat dari naga yang membelai kepala kami dengan kakinya.Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang naga di langit. Tapi aku pikir itu mungkin Lord Drachen.Lagi pula, aku bertemu dengan seseorang yang hampir aku lupakan dalam perjalanan ke kuil.“AKU AKAN MEMBUNUHMU!” Sarah hendak melompat ke arahku dengan sepenuh hati, tapi tubuhnya sudah
“Mau ke mana kau, Tuan Bajingan?”Tanpa ragu, Merri melalap tubuh Raymon dengan api biru yang membara.“AAAAAAHHHHH!” Raymon menggeliat kesakitan sambil berteriak histeris, lalu tubuhnya ditendang oleh monster besar itu.Merri menyeringai sambil menatap Raymon yang menggelepar-gelepar seperti ikan yang sekarat.Merri berpikir, 'Lihatlah, betapa mudahnya menghancurkan bajingan itu. Jika saja aku lebih kuat dari dulu, maka Nona dan hidupku tidak akan sekacau ini.“Merri?! Apa yang kau lakukan di sini?” Fuschia mendekati Merri, terlihat bahagia di atas pohon.“Nona! Aku berhasil! Aku membakar bajingan itu!”“Kerja bagus, nak. Tapi jangan memaksakan diri karena kau masih dalam masa pemulihan, Merri.”“Tentu saja! Hahahaha, ini menyenangkan. Bagaimana denganmu, nyonya? Uh? Kepalamu berdarah!” Merri hampir saja melompat dari posisinya untuk mendekati Fuschia yang sedang terbang.Hal itu membuat Fuschia kebingungan. Tapi kemudian Fuschia menenangkan Merri. “Tenanglah. Aku sudah meminum ramua
Fuschia menatap pria di depan Nyonya Luxor dengan waspada. “Komandan Hugh?”Ia mengenali pria itu sebagai Komandan Ksatria Drachentia, Hugh Connor dari Keluarga Count Connor.Dylan mengerutkan kening dengan masam lalu berbicara dengan suara pelan, “Seharusnya aku memastikan kau mati di tanganku.”Komandan ksatria Hugh menundukkan kepalanya saat dia menghadapi Fuschia. Dia tidak mengangkat kepalanya saat berbicara.“Aku ... sempat datang ke Aula Crestine. Di sana aku bertemu dengan Nona Laura dan para korban yang selamat. Lalu aku... mengetahui kebenaran darinya. Jadi tolong, izinkan aku untuk menebus dosa kebodohan ku, Yang Mulia.”Fuschia mengenal Hugh Connor sebagai seorang ksatria yang setia kepada kerajaan. Kesetiaannya ditunjukkan dengan pengabdiannya kepada sang pemimpin. Ia dikenal sebagai 'anjing pemburu' mendiang raja yang telah menggigit banyak bangsawan atau pemberontak yang mengancam kekuasaan mendiang raja.Seperti Hayden dan Raymon, dia dilatih oleh mendiang raja dan me
“FUSCHIA!”Itu adalah suara Dylan. Dia muncul dari balik para tentara.“Dylan!” Fuschia segera mengangkat kakinya untuk memperpendek jarak di antara keduanya.Mereka berdua saling berlari dengan tangan terbuka lebar.Di tengah-tengah pertempuran antara monster dan manusia yang sepertinya tidak akan pernah berakhir, Dylan dan Fuschia saling berpelukan erat.Pusaran pikiran dan detak jantung mereka yang tidak menentu terobati oleh aroma yang mereka hirup satu sama lain. Pelukan erat yang mereka bagi saat itu seakan menyampaikan semua kelelahan dalam hati dan pikiran mereka.Kemudian, bersama dengan ciuman singkat yang mereka bagikan satu sama lain, masing-masing dari mereka membunuh monster yang menyerang. Fuschia memisahkan kepala monster yang menyerang Dylan dengan gergaji esnya, sementara Dylan merobek leher monster yang menyerang Fuschia dengan pedangnya.Belum pernah ada momen romantis dan horor yang terjadi dalam satu frame. Begitu banyak tentara yang mengira demikian dan secara t