Siang yang biasanya begitu terik, kini terasa dingin karena langit masih mendung setelah semalam hujan mengguyur desa. Untungnya pagi tadi hujan sudah berhenti membuat para petani bisa lega karena bisa berkerja ke ladang mereka.
Sudah satu minggu Elmira menjalin kasih dengan Juragan Reksa. Tanpa diketahui orangtua juga kedua temannya, Elmira selalu menghabiskan waktu siang hingga sorenya di rumah Juragan Reksa. Memadu kasih selayaknya insan yang tengah dimabuk asmara.
Elmira duduk seluntur di sofa panjang yang ada di kamar Reksa, tubuhnya bersender dalam dekapan hangat Reksa.
Tok tok tok.
Bunyi ketukan pintu terdengar, setelah suara Reksa yang mengintruksi menyilakan masuk, kini terlihat Haris datang menunduk tak berani melihat juragannya yang sedang bermesraan dengan kekasihnya.
"Ada apa, Haris?" Tanya Reksa, karena tak mungkin jika Haris menemuinya tanpa ada hal yang penting.
"Di luar ada Nona Gendhis, Tuan," sahut Haris tetap menunduk.
"Apa kau tak katakan padanya aku sedang sibuk dan tak bisa diganggu?!"
"Saya sudah katakan itu, Tuan. Tapi Nona Gendhis memaksa bertemu dengan Anda. Kalau tidak Nona Gendhis akan menunggu di depan sampai Anda bisa menemuinya," sahut Haris.
Reksa membuang nafasnya kasar karena jengah dengan sifat Gendhis.
"Baiklah aku akan menemuinya."
"Permisi, Tuan." Haris undur diri dari hadapan Juragannya.
Elmira menegakan tubuhnya lalu membuang mukanya tak mau melihat ke arah Reksa. Reksa memeluknya dari belakang.
"Aku akan menemuinya sebentar," Elmira tak menjawab sepatah kata pun.
Reksa mengerti, kini Elmira sedang dilanda cemburu. "Aku akan cepat kembali. Kau tak perlu risau karena hanya dirimu yang aku cinta. Hemm ...." Reksa meyakinkan Elmira yang masih terdiam. Reksa mengecupi bahu Elmira yang terbuka karena ulah tangan nakalnya tadi saat memadu kasih.
"Aku keluar dulu," pamit Reksa.
Reksa keluar kamar menemui Gendhis yang sudah menunggunya di ruang tamu.
Gendhis tersenyum saat melihat Reksa berjalan menghampirinya. "Tuan ...," sapa Gendhis.
"Apa perlu apa sampai kau datang ke sini, Gendhis?" tanya Reksa tanpa mau berbasa-basi.
"Apa saya tidak boleh bertamu ke sini, Tuan? Anda juga tak pernah lagi datang ke rumah," ucap Gendhis.
"Aku di sini hanya karena ada perlu dengan Tuan Ardi. Jika aku sudah bertemu Tuan Ardi di ladang, lantas untuk apa lagi aku bertandang ke rumah beliau," ucap Reksa.
Raut muka Gendhis sudah begitu muram. "Untuk itu saya datang ke sini menemui Anda, Tuan. Tak tahukah Anda, saya begitu mendamba Anda-lah yang akan meminangku kelak."
"Apa maksudmu, Gendhis?!"
"Tak adakah sedikit rasa yang Anda rasakan terhadap saya? Apakah saya kurang menarik?!" tanya Gendhis dengan nada pilu.
"Bukan kau tak menarik, Gendhis. Tapi aku menganggapmu hanya sebatas teman," sahut Reksa.
"Teman?! Aku tak mau dianggap sebagai teman." Gendhis berlari memeluk Reksa.
"Hentikan, Gendhis!" Seru Reksa melepas pelukan Gendhis.
"Tak tahukah kau aku sudah memiliki dua selir?" Ucap Reksa berjalan mundur memberi jarak antara dirinya dengan gadis di depannya.
"Saya tahu, Tuan. Tapi bukankah Anda sedang mencari istri untuk meneruskan garis keturunan Anda, Tuan? Saya bersedia menjadi istri Anda, Tuan," ucap Gendhis sudah tak tahu malu.
"Aku hanya akan menikahi secara resmi dan menjadikan dia istriku apabila dia adalah gadis yang sudah bisa membuatku jatuh hati," sahut Reksa.
"Lalu apakah Anda tak merasa tengah jatuh hati pada saya?" lirih Gendhis.
"Maafkan aku, Gendhis. Aku sudah memiliki kekasih yang akan aku jadikan istri," sahut Reksa.
"Kalau begitu adanya, maka jadikan saya salah satu dari selir Anda, Tuan. Tak apa jika saya hanya menjadi selir Anda, asalkan saya bisa melayani Anda dan selalu ada di sisi Anda, Tuan." Gendhis sudah tak tahu harus bagaimana agar ia bisa menjadi milik Reksa.
"Kau tidak perlu merendahkan dirimu menjadi selirku, Gendhis. Kau gadis terhormat yang bisa mendapatkan juragan muda manapun yang akan mencintaimu kelak," sahut Reksa.
Gendhis menangis tersedu. Ia berjalan tertatih menghampiri Reksa. Diam untuk beberapa saat, lalu secepat kilat Gendhis memeluk Reksa untuk yang kedua kalinya.
"Kalau begitu adanya saya sudah tak mau hidup lagi. Saya begitu mencintai Anda, Tuan .... Kalau Anda tak mau menjadikan saya istri, tak mau menjadikan saya selir, maka jadikanlah saya gundik," ucap Gendhis membuat Reksa mendelik.
"Bicara apa kau?!" Seru Reksa mencoba melepaskan diri dari pelukan Gendhis.
"Tak tahukah kau apa itu arti seorang gundik?!" tanya Reksa dengan nada tinggi. Reksa merasa tak enak hati pada Gendhis. Terutama pada Juragan Ardi atas sikap gatal Gendhis ini.
Reksa tak bisa membayangkan bagaimana bisa nona dari keluarga terhormat merendahkan dirinya untuk menjadi seorang gundik. Reksa rasa, gadis di depannya ini sudah hilang akal sehat.
"Saya tahu ... gundik hanya akan menjadi pelayan di atas ranjang tanpa ada ikatan apa pun," sahut Gendhis lirih.
"Lalu kenapa kamu menawarkan dirimu menjadi gundik?" tanya Reksa.
"Apa pun asalkan saya bisa bersama Tuan." Kini tangis Gendhis sudah pecah.
"Aku tidak bisa. Sekarang pulanglah. Aku kira dirimu sedang tak sehat saat ini," ucap Reksa.
Gendhis tiba-tiba mendekat, mencium bibir Reksa secara paksa. Reksa tak menolak juga tak membalas ciuman Gendhis. Reksa adalah pria normal yang tak akan menolak jika ada gadis bersedia mengangkang untuknya. Gendhis membuka kancing bajunya hingga tubuh bagian atasnya bisa terlihat oleh Reksa.
"Saya ingin memberikan perawan saya untuk Tuan nikmati. Saya janji setelah ini saya tak akan mengganggu Tuan lagi. Saya juga tidak akan menuntut Tuan bertanggung jawab atas diri saya setelah ini." Bisik Gendhis lalu kembali melahap bibir Reksa.
Kabut gairah sudah membutakan Reksa. Ia bahkan lupa jika ada gadis yang ia cintai sedang menunggunya di dalam kamarnya. Reksa tak bisa menolak pesona tubuh sintal Gendhis yang kini sudah terpampang pasrah di depannya.
***
Elmira berlari ke luar rumah melewati pintu belakang. Tampak Haris terkejut melihat kekasih dari Juragannya keluar lewat pintu belakang dengan berderai air mata.Haris ingin mengantarkan pulang, tapi Elmira sudah berlari menjauh. Haris menduga bahwa terjadi hal yang tidak menyenangkan di dalam sana. Tapi Haris tak berani masuk sebelum Reksa memanggilnya masuk.Sesaat kemudian Juragan Reksa menggiring Gendhis keluar dari rumah menuju mobil Gendhis yang sudah terparkir di halaman. Haris memberanikan diri mendekat ke arah Reksa."Maaf Tuan, tadi saya melihat Nona Elmira berlari sambil menangis keluar dari pintu belakang," ucap Haris membuat Reksa tampak terkejut."Ya Tuhan ... aku melupakan Elmira. Dia pasti mendengar semuanya dan juga melihat Gendhis mencumbuku," kata Reksa penuh penyesalan.Seharusnya tadi Reksa segera mengusir Gendhis agar cepat keluar dari rumahnya. Mungkin hal ini tak akan terjadi. Reksa ingin agar Elmira tahu dari mulutnya
Siang hari Gustaf dan Mirai pulang ke rumah lebih awal karena putri cantiknya sedang tak enak badan. Sampai di halaman depan rumahnya yang luas, Gustaf dan Mirai saling pandang karena ada sebuah mobil mewah terparkir di halamannya. Gustaf dan Mirai sudah sering melihat pemandangan ini karena tak jarang para pria kaya datang untuk meminang putrinya."Kali ini Juragan mana lagi yang akan meminang putri kita, Mirai?" ucap Gustaf.Mirai mengendikan bahunya pertanda tak mengerti. Mirai tersenyum pada suaminya. "Siapkan saja kata-kata untuk menolaknya. Kita hanya akan menikahkan putri kita apa bila putri kita sendiri yang berkenan menerima pinangan dari salah satu mereka," sambung Mirai."Iya, aku mengerti," sahut Gustaf.Gustaf dan Mirai masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu mereka melihat seorang pria tampan sedang mengobrol bersama Elmira."Elmira ...."
Tiba hari di mana Elmira akan melangsungkan pernikahan dengan Juragan Reksa, pria yang dicintainya. Elmira mematut dirinya di depan cermin. Ia begitu puas dengan riasan dari seorang juru rias yang didatangkan langsung dari kota. Begitu juga gaun pengantin Elmira, berwarna putih gading. Begitu indah pas di tubuhnya. Kamar Elmira sudah dihias seindah mungkin dengan bunga-bunga. Reksa dan Elmira melangsungkan pernikahan di halaman depan rumah. Karena halaman rumah Gustaf cukup luas."Aku turut bahagia untukmu, Elmira. Aku tak menyangka Juragan dari kota itu sebentar lagi akan menjadi suamimu," ucap Rani sambil tersenyum."Terima kasih, Rani. Aku berdoa semoga kamu cepat menyusulku menuju pelaminan," sahut Elmira."Tapi sebentar lagi kita tak akan bermain air lagi di sungai seperti dulu. Kau akan hidup di kota." Dian tersenyum namun juga menitikan air mata kebahagiaan juga kesedihan karena sebentar lagi Elmira akan ikut suaminya ke kota."Bukankah ini impianm
Pagi yang cerah, ah bukan. Ini sudah siang. Matahari sudah begitu tinggi saat Elmira membuka matanya. Elmira membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya. Menengok di sebelahnya ada pria tampan yang kini telah sah menjadi suaminya. Mendadak wajah Elmira menjadi panas teringat pergulatannya tadi malam dengan juragan Reksa.Elmira bingung bagaimana ia pergi ke kamar mandi. Gaun yang kemarin ia pakai terlempar begitu jauh dari ranjang. Sedangkan kini tubuhnya hanya tertutup oleh selimut tebal yang membungkus jadi satu dirinya dengan Reksa. Mungkin ia harus lari menuju kamar mandi sebelum Reksa terbangun dan melihatnya berjalan tanpa busana. Pelan Elmira bergerak agar ranjangnya tak ikut bergoyang lalu membangunkan Reksa."Mau ke mana?" Elmira terkejut mendengar suara serak khas bangun tidur Reksa.Elmira mematung di tempat."Apa kau tidak men
Elmira membuka matanya saat sinar mentari mengusik tidur nyenyaknya. Ternyata tidur dalam dekapan seorang suami begitu nyaman dibandingkan tidur sendiri. Apa lagi kamar yang sekarang ini ia tempati begitu nyaman membuat ia betah di dalam kamar.Elmira menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Elmira tertarik saat melihat ada bak untuk berendam."Bukankah ini bak untuk berendam. Apa ya namanya? Aku belum pernah mandi di bak seperti ini." Gumam Elmira mulai menyiapkan airnya dari keran.Setelah melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya Elmira langsung masuk dalam bak yang sudah di isi air."Cairan apa ini? Baunya wangi, seperti sabun." Ucap Elmira saat menemukan beberapa botol cairan lalu mencoba menuangkannya sedikit.Elmira tersenyum, "jadi begini rasanya. Aku seperti putri raja berendam di bak seperti ini." Gumam Elmira menikmati segarnya air yang mengenai tubuhnya hingga sebatas leher."Kenapa tidak mengajak aku berendam bersamamu
"Ayah!!" Seorang gadis kecil berlari menubruk kaki seorang pria dewasa."Sabrina, jangan lari!" Seru seorang wanita dewasa di belakangnya.Pria yang dipanggil ayah oleh Sabrina tersenyum lalu mengangkat tinggi Sabrina sampai atas kepala membuat gadis kecil itu tertawa senang."Selamat sore, Tuan." Sapa wanita dewasa yang sedari tadi mengajak Sabrina bermain."Delia, kenapa kau yang mengasuh Sabrina?" tanya Reksa."Andini sepertinya kurang enak badan jadi saya memutuskan untuk mengajak Sabrina bermain, Tuan," sahut Delia."Elmira, ini Sabrina putri kecilku yang sangat cantik," ucap Reksa memperkenalkan putrinya pada sang istri.Elmira tersenyum hangat, "hai, Sabrina ...."Sabrina tampak berpikir sebelum melempar senyumannya pada Elmira."Sabrina, ini ibunya Sabrina juga. Ibu Elmira," uc
Reksa duduk bersandar di atas ranjangnya yang besar sambil memeluk tubuh Elmira yang sama telanjangnya dengan dirinya. Mereka baru saja menyelesaikan satu sesi percintaan mereka, bahkan nafas mereka pun masih tersengal."Aku menyukai Sabrina. Dia gadis kecil yang ceria," ucap Elmira."Aku jadi ingin anak perempuan yang cantik dan lucu, terlihat menggemaskan bukan," sambung Elmira.Reksa mengusap perut telanjang Elmira. "Di sini sebentar lagi, aku yakin akan tumbuh seorang putra untukku." Kata Reksa sambil mengecup bahu telanjang Elmira."Bukankah lebih menyenangkan jika anak kita seorang perempuan?" sahut Elmira dengan nada ceria."Aku membutuhkan seorang putra untuk kelak menjadi pewarisku." Sahut Reksa dengan nada tak terbantahkan membuat Elmira sedikit takut."Tentu aku akan melahirkan seorang putra untukmu," sahut Elmira."Aku sudah mendaftarkanmu ke perguruan tinggi terbaik di kota ini." Ucap Reksa membuat Elmira menoleh padanya.
Langkah Elmira terhenti ketika ia berpapasan dengan Andini. Elmira tersenyum menyapa Andini, "belum tidur?" "Apa kuliahmu sampai larut malam seperti ini?" ucap Andini sinis. Elmira menggeleng. "Tadi Reksa mengajakku menemui para koleganya yang datang dari luar negri," sahut Elmira. Mata Andini memicing. "Bertemu kolega?! Dan apa, kau memanggil Tuan Reksa hanya dengan sebutan nama?! Kau tak sopan sekali!" "Iya ... Reksa sendiri yang menyuruhku seperti itu," sahut Elmira membuat Andini tersenyum sinis ke arahnya. "Bagaimana bisa Tuan Reksa mengajakmu bertemu kolega dari luar negri. Apa kau sudah lancar berbahasa asing?!" tanya Andini sedikit meremehkan. Elmira menggeleng, "saat ini aku belum bisa, tapi aku akan giat belajar agar cepat bisa," ucapnya optimis. "Bahkan seharusnya kau pun tak pantas dijadikan sebagai selir. Bagaimana bisa Tuan Reksa memungutmu dari sebuah desa terpencil dan menjadikanmu seorang istri. Ini sungg
Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&
Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat
Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut
“Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.
Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol
Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E
Orangtua Andini menyambut kedatangan Reksa dan juga Andini dengan penuh rasa bahagia sebab mereka juga sangat merindukan Andini dan juga Reksa tapi ada hal ganjil yang membuat mereka bertanya-tanya, mereka tak melihat kedua cucu perempuan mereka ikut pulang ke rumah mereka ini.“Ayah, Ibu.” Andini langsung berhambur ke pelukan orangtuanya.“Andini, Reksa?! Ibu merasa senang sekali melihat kalian datang ke sini. Ibu juga sudah sangat rindu dengan kalian. Oh iya, di mana dua cucu Ibu? Sabrina dan Edrea?” tanya Siva.Andini menatap Reksa karena ia tak memiliki jawaban yang bagus. Bahkan saat ini Andini merasa takut jika orangtuanya menyalahkannya setelah mendengar cerita dari Reksa tentang semua yang sudah ia perbuat di rumah mertuanya.“Kali ini kami tak bisa mengajak Sabrina dan Edrea ke mari, Ibu. Mungkin lain kali Sabrina akan berkunjung ke sini,” ucap Reksa.“Begitukah? Baiklah, ayo masuk. Kalian pa
Reksa membaringkan Andini di atas ranjangnya, setelah itu ia keluar dai kamar Andini. Ia berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Yasinta dan Elmira.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Edrea dan Sabrina,” ucap Reksa.“Kak Rose sudah menghubungiku agar kita tak khawatir. Edrea dan Sabrina baik-baik saja dan sebentar lagi mereka akan pulang dari rumah sakit,” ucap Elmira.“Begitukah? Syukurlah,” gumam Reksa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa samping Elmira.“Minumlah dulu tehmu,” ucap Elmira.“Iya.” Reksa mengambil cangkir di atas meja lalu sedikit meneguk teh hangatnya.Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Meskipun Reksa sudah tahu kebusukan Andini dari mulut Elmira dan Margi tapi ia pun tetap tak menyangka jika Andini benar-benar setega itu. Andini bahkan tak memperdulikan nyawa Edrea yang bisa saja melayang jika saja ia terlambat untuk menyelamatkan.
Andini berlari mendekati kolam renang. Dengan panik ia melihat Sabrina yang masuk ke dasar kolam. Ia tahu jika Sabrina bisa berenang, tapi ini adalah kecelakaan dan mungkin saja putrinya akan tenggelam.“Sabrina!” Dengan panik Andini melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Sabrina.‘Byuurrr’Semua orang yang mendengar teriakan Sabrina dan Andini berlarian keluar dari rumah. Mereka melihat Andini yang tengah berenang menghampiri Sabrina.“Sabrina?! Sabrina!” seru Reksa panik seraya melihat ke arah kolam.Sama halnya dengan Reksa, Elmira, Yasinta, Rose dan Malik j