Elmira membuka matanya saat sinar mentari mengusik tidur nyenyaknya. Ternyata tidur dalam dekapan seorang suami begitu nyaman dibandingkan tidur sendiri. Apa lagi kamar yang sekarang ini ia tempati begitu nyaman membuat ia betah di dalam kamar.
Elmira menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Elmira tertarik saat melihat ada bak untuk berendam."Bukankah ini bak untuk berendam. Apa ya namanya? Aku belum pernah mandi di bak seperti ini." Gumam Elmira mulai menyiapkan airnya dari keran.
Setelah melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya Elmira langsung masuk dalam bak yang sudah di isi air.
"Cairan apa ini? Baunya wangi, seperti sabun." Ucap Elmira saat menemukan beberapa botol cairan lalu mencoba menuangkannya sedikit.
Elmira tersenyum, "jadi begini rasanya. Aku seperti putri raja berendam di bak seperti ini." Gumam Elmira menikmati segarnya air yang mengenai tubuhnya hingga sebatas leher.
"Kenapa tidak mengajak aku berendam bersamamu
"Ayah!!" Seorang gadis kecil berlari menubruk kaki seorang pria dewasa."Sabrina, jangan lari!" Seru seorang wanita dewasa di belakangnya.Pria yang dipanggil ayah oleh Sabrina tersenyum lalu mengangkat tinggi Sabrina sampai atas kepala membuat gadis kecil itu tertawa senang."Selamat sore, Tuan." Sapa wanita dewasa yang sedari tadi mengajak Sabrina bermain."Delia, kenapa kau yang mengasuh Sabrina?" tanya Reksa."Andini sepertinya kurang enak badan jadi saya memutuskan untuk mengajak Sabrina bermain, Tuan," sahut Delia."Elmira, ini Sabrina putri kecilku yang sangat cantik," ucap Reksa memperkenalkan putrinya pada sang istri.Elmira tersenyum hangat, "hai, Sabrina ...."Sabrina tampak berpikir sebelum melempar senyumannya pada Elmira."Sabrina, ini ibunya Sabrina juga. Ibu Elmira," uc
Reksa duduk bersandar di atas ranjangnya yang besar sambil memeluk tubuh Elmira yang sama telanjangnya dengan dirinya. Mereka baru saja menyelesaikan satu sesi percintaan mereka, bahkan nafas mereka pun masih tersengal."Aku menyukai Sabrina. Dia gadis kecil yang ceria," ucap Elmira."Aku jadi ingin anak perempuan yang cantik dan lucu, terlihat menggemaskan bukan," sambung Elmira.Reksa mengusap perut telanjang Elmira. "Di sini sebentar lagi, aku yakin akan tumbuh seorang putra untukku." Kata Reksa sambil mengecup bahu telanjang Elmira."Bukankah lebih menyenangkan jika anak kita seorang perempuan?" sahut Elmira dengan nada ceria."Aku membutuhkan seorang putra untuk kelak menjadi pewarisku." Sahut Reksa dengan nada tak terbantahkan membuat Elmira sedikit takut."Tentu aku akan melahirkan seorang putra untukmu," sahut Elmira."Aku sudah mendaftarkanmu ke perguruan tinggi terbaik di kota ini." Ucap Reksa membuat Elmira menoleh padanya.
Langkah Elmira terhenti ketika ia berpapasan dengan Andini. Elmira tersenyum menyapa Andini, "belum tidur?" "Apa kuliahmu sampai larut malam seperti ini?" ucap Andini sinis. Elmira menggeleng. "Tadi Reksa mengajakku menemui para koleganya yang datang dari luar negri," sahut Elmira. Mata Andini memicing. "Bertemu kolega?! Dan apa, kau memanggil Tuan Reksa hanya dengan sebutan nama?! Kau tak sopan sekali!" "Iya ... Reksa sendiri yang menyuruhku seperti itu," sahut Elmira membuat Andini tersenyum sinis ke arahnya. "Bagaimana bisa Tuan Reksa mengajakmu bertemu kolega dari luar negri. Apa kau sudah lancar berbahasa asing?!" tanya Andini sedikit meremehkan. Elmira menggeleng, "saat ini aku belum bisa, tapi aku akan giat belajar agar cepat bisa," ucapnya optimis. "Bahkan seharusnya kau pun tak pantas dijadikan sebagai selir. Bagaimana bisa Tuan Reksa memungutmu dari sebuah desa terpencil dan menjadikanmu seorang istri. Ini sungg
"Andini!!"Andini terkejut mendengar seruan atas namanya. Melihat siapa yang memergokinya berbuat kasar pada Elmira membuat tubuhnya gemetar karena rasa takut.Elmira berdiri dengan dibantu Inti dan Margi, sedangkan Andini tetap pada posisinya."Apa yang kau lakukan, Andini!" seru Yasinta dengan geraman tertahannya."Sa--saya tidak bermaksud. Saya ...," ucap Andini terbata karena panik."Setelah sarapan temui Ibu di kamar." Ucap Yasinta lalu pergi meninggalkan kedua menantunya."Ini gara-gara mulut lancangmu. Dasar perempuan rendah!" Desis Andini lalu pergi ke ruang makan diikuti Margi di belakangnya."Anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya Inti khawatir."Aku baik-baik saja. Tidak apa, ayo kita segera ke ruang makan," ucap Elmira.Selesai makan pagi, Elmira diantar oleh Reksa menuju kampus. Di dalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Elmira enggan berbicara dengan Rek
Reksa memerintahkan pada para pelayannya untuk menyiapkan banyak makanan dan bingkisan yang akan di bagikan kepada fakir miskin di luaran sana atas kabar gembira yang baru saja ia dengar langsung dari mulut dokter pribadi yang telah memeriksa keadaan istrinya.Elmira terkejut lalu bersiap akan duduk, namun Ibu Yasinta melarangnya. "Berbaringlah, wajahmu masih terlihat pucat.""Iya, Ibu.""Aku turut bahagia atas kehamilanmu. Jaga kandunganmu baik-baik," ucap Yasinta yang diangguki oleh Elmira."Selamat atas kehamilanmu, Elmira. Aku
Elmira duduk di bangku taman ditemani Inti-pelayan pribadinya untuk menikmati senja setelah seharian penuh melakukan banyak aktifitas yang menguras cukup banyak energi.Meski hamil muda tak lantas membuat dirinya hanya berdiam diri di kamar. Ia tetap berangkat kuliah dari pagi hingga siang. Sampai rumah ia juga harus les privat. Ia punya tekad yang kuat agar bisa pandai hingga ia pun tak merasa malu saat bersanding dengan Juragan Reksa Dhanuar."Boleh aku duduk?" Elmira mendongak ketika tiba-tiba Delia berdiri di hadapannya."Tentu.""Di mana Sabrina? Bukankah biasanya dia bersamamu?" tanya Elmira saat Delia sudah duduk di bangku depannya."Iya, dia sedang bermain bersama pengasuhnya," sahut Delia."Bagaiman
Andini mengendap-endap berjalan menuju taman belakang. Kali ini ia tak mengajak Margi-pelayan pribadinya. Sampai di balik pohon beringin tua, ia menyerahkan segepok uang pada seorang perempuan."Jangan sampai ada yang tahu. Ingat, jika sampai kamu tertangkap basah maka pantang bagimu menyebut namaku." Desis Andini lalu berjalan ngengendap menuju rumah."Nona ... Anda dari mana?"Andini terkesiap saat Margi muncul di depannya."Kau membuatku terkejut saja!!" Seru Andini melotot pada Margi.Bukannya takut, Margi malah celingukan ke arah belakang majikannya. "Nona dari taman belakang berjalan mengendap-endap ... saya jadi curiga ....""Hentikan omong kosongmu!!" Sentak Andini berlalu meninggalkan Margi yang terdiam di tempat."Dasar bodoh!!" Umpat Andini sambil meneruskan langkahnya."Andini ....""Ibu?!" Andini terkejut lalu tersenyum terpaksa kala tahu siapa yang kini tengah meman
Elmira duduk termenung di balkon kamarnya. Semilir angin malam terasa dingin menusuk tulang, seperti hatinya yang kini terasa dingin. Setetes air mata membasahi pipinya.Bagaimana bisa siang hari bercinta dengannya lalu sore harinya bercinta dengan wanita lain. Elmira merasa marah, tapi tentu ia tak bisa megungkapkannya. Ia sendiri yang telah secara sadar menikahi pria beristri. Lalu saat kini suaminya juga bercinta dengan istrinya yang lain ia begitu merasa cemburu. Ia memandang kosong ke arah langit, tangannya mengelus perutnya yang masih rata. Dirinya harusnya bersyukur karena di antara istri-istri Reksa ia lah istri yang paling diistimewakan. Dia dinikahi atas dasar cinta bukan atas dasar perjodohan. Ia juga dinikahi secara sah dan kini ia berkesempatan diberi anugrah dengan mengandung sang buah hati."Belum tidur?"Elmira segera menghapus air matanya saat mendengar suara
Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&
Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat
Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut
“Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.
Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol
Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E
Orangtua Andini menyambut kedatangan Reksa dan juga Andini dengan penuh rasa bahagia sebab mereka juga sangat merindukan Andini dan juga Reksa tapi ada hal ganjil yang membuat mereka bertanya-tanya, mereka tak melihat kedua cucu perempuan mereka ikut pulang ke rumah mereka ini.“Ayah, Ibu.” Andini langsung berhambur ke pelukan orangtuanya.“Andini, Reksa?! Ibu merasa senang sekali melihat kalian datang ke sini. Ibu juga sudah sangat rindu dengan kalian. Oh iya, di mana dua cucu Ibu? Sabrina dan Edrea?” tanya Siva.Andini menatap Reksa karena ia tak memiliki jawaban yang bagus. Bahkan saat ini Andini merasa takut jika orangtuanya menyalahkannya setelah mendengar cerita dari Reksa tentang semua yang sudah ia perbuat di rumah mertuanya.“Kali ini kami tak bisa mengajak Sabrina dan Edrea ke mari, Ibu. Mungkin lain kali Sabrina akan berkunjung ke sini,” ucap Reksa.“Begitukah? Baiklah, ayo masuk. Kalian pa
Reksa membaringkan Andini di atas ranjangnya, setelah itu ia keluar dai kamar Andini. Ia berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Yasinta dan Elmira.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Edrea dan Sabrina,” ucap Reksa.“Kak Rose sudah menghubungiku agar kita tak khawatir. Edrea dan Sabrina baik-baik saja dan sebentar lagi mereka akan pulang dari rumah sakit,” ucap Elmira.“Begitukah? Syukurlah,” gumam Reksa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa samping Elmira.“Minumlah dulu tehmu,” ucap Elmira.“Iya.” Reksa mengambil cangkir di atas meja lalu sedikit meneguk teh hangatnya.Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Meskipun Reksa sudah tahu kebusukan Andini dari mulut Elmira dan Margi tapi ia pun tetap tak menyangka jika Andini benar-benar setega itu. Andini bahkan tak memperdulikan nyawa Edrea yang bisa saja melayang jika saja ia terlambat untuk menyelamatkan.
Andini berlari mendekati kolam renang. Dengan panik ia melihat Sabrina yang masuk ke dasar kolam. Ia tahu jika Sabrina bisa berenang, tapi ini adalah kecelakaan dan mungkin saja putrinya akan tenggelam.“Sabrina!” Dengan panik Andini melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Sabrina.‘Byuurrr’Semua orang yang mendengar teriakan Sabrina dan Andini berlarian keluar dari rumah. Mereka melihat Andini yang tengah berenang menghampiri Sabrina.“Sabrina?! Sabrina!” seru Reksa panik seraya melihat ke arah kolam.Sama halnya dengan Reksa, Elmira, Yasinta, Rose dan Malik j