Mirai mencekal lengan Elmira untuk mencegah Elmira saat akan menghampiri Reksa.
"Ada apa, Ibu?" tanya Elmira. Ia menatap Mirai bingung.
"Kau mau ke mana?" tanya Mirai.
"Aku ... tentu saja aku akan mengambil Shaka," sahut Elmira.
"Biarkan Shaka menghabiskan waktunya bersama ayahnya," ucap Mirai.
"Tapi, Ibu—"
"Kau bisa ke sana tapi jangan membawa Shaka bersamamu, biarkan Shaka bersama Reksa. Ohh mungkin saja jika kau duduk berdua dengan Reksa, kalian bisa membicarakan tentang hubungan kalian. Bukankah selama ini kalian belum bicara berdua?!" ucap Mirai. Ia mencoba memberi pengertian kepada putrinya itu.
Elmira terdiam mendengar ucapan Mirai sehingga membuat Mirai melepaskan genggaman tangannya. "Aku merasa canggung dengan situasi ini, Ibu," ucap Elmira.
"Tentu saja kau merasa canggung, Ibu bisa mengerti itu. Kalian sudah lama tak bertemu. Tapi ingat satu hal," Mirai menjeda ucapannya.
Reksa mengajak Elmira duduk di sofa yang ada di sudut kamar Elmira. Ia tak ingin menunda lagi untuk membicarakan perihal kelanjutan hubungan pernikahannya bersama Elmira."Elmira ...." Reksa menatap manik mata Elmira."Heemm ...." Elmira mulai salah tingkah kala Reksa menatapnya lekat."Aku meminta maaf padamu atas semua yang telah terjadi. Aku menyesal karena telah mengabaikanmu. Ini semua memanglah salahku," ucap Reksa lirih namun jelas."Aku mengerti, mereka bedua adalah istrimu. Mereka sudah hidup bersamamu jauh sebelum aku hadir di hidupmu. Jadi wajar jika kau lebih mempercayai mereka. Tapi kupikir pernikahan kita ini memang sudah seharusnya berakhir," ucap Elmira."Apa?! Kau ... bagaimana mungkin kau bisa berpikir seperti itu, El. Sampai detik ini pun aku masih sangat mencintaimu, hanya kaulah satu-satunya wanita yang kucintai. Aku yakin kau pun juga masih mencintaiku. Perasaan kita tak pernah berubah, masih sama seperti dulu," ucap Reksa.
Elmira tak kuasa ketika Reksa sudah kembali mencecap manis di bibirnya. Tubuhnya semakin meremang kala kedua tangan Reksa menelusuri wajahnya lalu turun hingga menjalar ke punggung. Ia tersentak hingga kedua matanya membulat kala Reksa dengan mudahnya membuka pengait pakaian dalamnya di punggungnya tanpa melepas pakaian luarnya terlebih dahulu.Reksa melepas kaitan bibirnya dari bibir Elmira. Ia lalu menelusuri leher jenjang Elmira dengan kecupannya. Tangannya pun juga bekerja dengan sangat terampil membuka pakaian dan merabai lekuk tubuh istri sahnya itu. suara desahan Elmira membuatnya semakin hilang akal. Ia terpaksa menghentikan remasannya di dada Elmira kala istrinya itu merintih tertahan."Ada apa, Sayang?" tanya Reksa pada Elmira."Lakukan dengan perlahan. Di sana terasa sakit. Jika kau terus meremasnya seperti itu air susunya akan keluar," ucap Elmira."Benar
"Jadi itu rencananya yang sebenarnya. Wanita ular itu memang sangat licik ternyata. Delia berencana menyingkirkan aku juga dengan cara yang sama untuk tetap tak membiarkan Elmira tinggal di sini. Berarti benar dugaanku, karena sangat tak mungkin jika Delia tetap tak mengatakannya pada Tuan Reksa saat ia tahu yang sebenarnya. Kecuali jika dia memang sudah memiliki rencana yang lain." Andini menyandarkan tubuhnya pada tembok di sebelah pintu kamar Delia. Amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun hingga tubuhnya terasa bergetar. Ia tak sanggup berdiri tegak, meskipun begitu ia harus tetap kuat menopang tubuhnya karena ia sudah harus kembali ke kamarnya dan memikirkan langkah selanjutnya untuk bisa berada beberapa langkah di depan Delia."Andini?!" 
Reksa masuk ke kamar Elmira setelah ia selesai bermain catur bersama Gustaf. Tadinya ia merasa bingung harus tidur di mana, tapi setelah mengingat hubungannya bersama Elmira yang sudah mulai membaik membuatnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Elmira.Masih tahu dengan aturan dan sopan santun, Reksa mengetuk pintu kamar Elmira terlebih dulu sebelum ia masuk ke kamar istrinya itu."Siapa?" tanya Elmira dari dalam kamar. Tak lama kemudian tampak Elmira membuka pintu."Kau?" tanya Elmira.Masih tetap berdiri di ambang pintu, Reksa tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Apa aku boleh masuk?" tanya Reksa ragu."Ya ... masuklah," sahut Elmira. Ia membukakan pintu sedikit lebar agar Reksa bisa masuk.Reksa berjalan masuk mendahului Elmira. Ia bingung akan berjalan menuju ke mana. Haruskah ia berjalan menuju sofa ataukah ia harus berjalan menuju ranjang. Ranjang?! Ah, membayangkan ia akan kembali berbaring satu ra
Elmira menoleh ke sebelahnya, di mana ada seorang pria yang tertidur dengan lelapnya. Ia menggerakan tangannya untuk menyentuh wajah tampan pria di hadapannya ini. Jarinya terhenti pada bibir Reksa yang sedikit terbuka. Mendekatkan bibirnya untuk mengecup bibir Reksa, tapi tiba-tiba bibir Reksa bergerak melahap bibirnya. Bahkan ia hanya bisa kembali pasrah saat Reksa menarik tubuhnya hingga posisinya berada di atas tubuh Reksa. Ia tak bisa menegakkan tubuhnya atau mendudukkan dirinya, karena jika lakukan hal itu tubuhnya pasti bisa terlihat dengan jelas karena saat ini ia sedang tak memakai pakaian apapun, begitu juga dengan Reksa. Mereka berdua masih sama-sama telanjang di bawah selimut."Apa yang kau lakukan?!" seru Elmira."Aku hanya ingin memberikan ucapan selamat pagi padamu," ucap Reksa."Katakan saja, tapi kau tak perlu menarik tubuhku seperti ini," ucap Elmira.Reksa mengecup bibir Elmira. "Selamat pagi, Sayang," ucap Reksa."Sudah, sekaran
Malam kian larut, semestinya tubuh juga sudah harus diistirahatkan karena lelah setelah seharian melakukan aktifitas. Untuk itu banyak orang yang mengistirahatkan tubuhnya kala malam hari tiba. Tapi nyatanya hal itu tak berlaku untuk dua orang wanita hamil di anggota keluarga Dhanuar. Iya, siapa lagi jika bukan Andini dan Delia. Saat siang datang mereka berdua merasa resah dan saat malam mulai tiba rasa resah mereka malah semakin bertambah. Mereka berdua terpuruk dalam pikirannya masing-masing.Delia memutuskan untuk keluar dari kamarnya karena ia tak tahan jika terus menerus berada di dalam kamar kala pikirannya sedang kalut. Ia keluar kamar berniat hanya berjalan-jalan untuk menenangkan pikirannya tapi saat dijalan tak sengaja ia melewati kamar pribadi Reksa. Ia mengamati daun pintu kamar pribadi Reksa yang tertutup rapat. Tanpa dapat ia cegah tangannya terulur menyentuh permukaan daun pintu di hadapannya itu. Amarah kembali menguar dari dalam hatinya ketika ia melihat koko
Elmira merasa gugup, hingga tangannya pun terasa dingin. Jantungnya pun berdetak begitu cepat. Sama seperti waktu dulu pertama kali ia dari desa terpencil datang ke kota besar. Dan juga sebagai menantu yang datang di rumah mertuanya, rumah besar keluarga Dhanuar. Ia kembali merasa asing dengan semua yang ia lihat kala mobil yang ia tumpangi mulai memasuki kota.Elmira menoleh ke samping saat tangannya yang terasa dingin dan bergetar digenggam erat oleh Reksa. Reksa menautkan jari-jarinya di sela-sela jari Elmira lalu membawa jari Elmira ke permukaan bibirnya, ia kecup berkali-kali punggung tangan istri tercintanya itu."Kau merasa gugup? Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Heemm ...." Reksa membawa tubuh Elmira untuk bersandar ke atas tubuhnya."Iya. Aku merasa sangat gugup," ucap Elmira."Kita akan pulang ke rumah besar dulu," ucap Reksa yang langsung membuat tubuh Elmira menegang."Apa maksudmu? Kau bilang padaku jika kau setuju akan memberikan
Yasinta mengawasi raut wajah kedua menantunya. Ia tahu dengan pasti bahwa kedua menantu di hadapannya ini merasa tak nyaman dan gelisah dengan kedatangan Elmira di rumahnya ini. Wajah Andini masih sedikit lebih tenang, tapi lain halnya dengan wajah Delia yang tampak sangat gusar."Andini, Delia, ada apa dengan kalian?" tanya Yasinta."Saya? Tidak, Ibu. Saya tidak apa-apa." Sahut Andini dengan sedikit mengukir senyuman di bibirnya."Lalu kau, Delia? Kau tampak sangat gusar, apa kau memiliki masalah dengan kedatangan Elmira di rumah ini?" Yasinta memicing menatap ke arah Delia yang sedari tadi hanya diam, mungkin menantunya ini sedang memikirkan untuk menyelamatkan dirinya sendiri."A—apa?" gumam Delia."Apa dari tadi kau tak mendengar ibu bicara, Delia?" tanya Yasinta."Aa ... buk-bukan begitu, Ibu. Tadi saya ... saya sedang—""Kelihatannya
Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&
Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat
Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut
“Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.
Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol
Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E
Orangtua Andini menyambut kedatangan Reksa dan juga Andini dengan penuh rasa bahagia sebab mereka juga sangat merindukan Andini dan juga Reksa tapi ada hal ganjil yang membuat mereka bertanya-tanya, mereka tak melihat kedua cucu perempuan mereka ikut pulang ke rumah mereka ini.“Ayah, Ibu.” Andini langsung berhambur ke pelukan orangtuanya.“Andini, Reksa?! Ibu merasa senang sekali melihat kalian datang ke sini. Ibu juga sudah sangat rindu dengan kalian. Oh iya, di mana dua cucu Ibu? Sabrina dan Edrea?” tanya Siva.Andini menatap Reksa karena ia tak memiliki jawaban yang bagus. Bahkan saat ini Andini merasa takut jika orangtuanya menyalahkannya setelah mendengar cerita dari Reksa tentang semua yang sudah ia perbuat di rumah mertuanya.“Kali ini kami tak bisa mengajak Sabrina dan Edrea ke mari, Ibu. Mungkin lain kali Sabrina akan berkunjung ke sini,” ucap Reksa.“Begitukah? Baiklah, ayo masuk. Kalian pa
Reksa membaringkan Andini di atas ranjangnya, setelah itu ia keluar dai kamar Andini. Ia berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Yasinta dan Elmira.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Edrea dan Sabrina,” ucap Reksa.“Kak Rose sudah menghubungiku agar kita tak khawatir. Edrea dan Sabrina baik-baik saja dan sebentar lagi mereka akan pulang dari rumah sakit,” ucap Elmira.“Begitukah? Syukurlah,” gumam Reksa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa samping Elmira.“Minumlah dulu tehmu,” ucap Elmira.“Iya.” Reksa mengambil cangkir di atas meja lalu sedikit meneguk teh hangatnya.Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Meskipun Reksa sudah tahu kebusukan Andini dari mulut Elmira dan Margi tapi ia pun tetap tak menyangka jika Andini benar-benar setega itu. Andini bahkan tak memperdulikan nyawa Edrea yang bisa saja melayang jika saja ia terlambat untuk menyelamatkan.
Andini berlari mendekati kolam renang. Dengan panik ia melihat Sabrina yang masuk ke dasar kolam. Ia tahu jika Sabrina bisa berenang, tapi ini adalah kecelakaan dan mungkin saja putrinya akan tenggelam.“Sabrina!” Dengan panik Andini melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Sabrina.‘Byuurrr’Semua orang yang mendengar teriakan Sabrina dan Andini berlarian keluar dari rumah. Mereka melihat Andini yang tengah berenang menghampiri Sabrina.“Sabrina?! Sabrina!” seru Reksa panik seraya melihat ke arah kolam.Sama halnya dengan Reksa, Elmira, Yasinta, Rose dan Malik j