"Bagaimana?" ucap seorang pria duduk di kursi kerjanya dengan menghadap keluar jendela.
"Berhasil tuan, putri pagi ini dikabarkan jatuh pingsan. Racunnya berhasil bekerja" ucap seorang pria berusia sekitar 30 tahunan yang menggunakan seragam pelayan dengan tahillat di pipi kirinya.Kursi besar itu berputar, menampilkan pria paruh baya berkumis tebal dengan surai ungu gelapnya. "Bagus, ini imbalanmu" ucapnya seraya melempar sekantong koin emas pada pelayan itu.Si pelayan menangkap kantong emas itu, "T-terima kasih tuan" ucapnya seraya berbalik hendak keluar dari ruangan itu. Namun belum sempat tangannya meraih gagang pintu,FWOOSSHH jleb"Aaakkhhhh" pria itu mengerang kesakitan saat panah tajam itu menebus jantungnya. Pria paruh baya yang dipanggil 'tuan' tadi berjalan pelan mendekati pelayan itu dengan crossbow yang ia gunakan untuk menembak anak panah tadi."Bodoh, kau pikir aku akan meninggalkan bukti begitu saja?" ucapnya seFelice berbalik, menghadap ke arah barisan para pelayan yang masih berada di sana. "Apa kalian mengenal seorang pelayan dengan tahilalat di pipi kiri dan berjanggut tipis?!" tanya Felice pada mereka.Para pelayan itu berbisik-bisik saat mendengar rincian ciri fisik yang disebutkan Felice.Tahilalat di pipi kiri? Si Jordy?Iya sepertinya JordyJordy berjanggut tipis kan?Iya benar Jordy"N-namanya Jordy nona, dia baru sekitar seminggu bekerja di sini sebagai pelayan. Ciri-cirinya sama dengan yang disebutkan nona tadi" ucap salah satu pelayan itu pada Felice."Apa kalian mengenalnya? Seperti tempat ia tinggal atau keluarganya begitu" tanya Felice lagi.Seorang maid mengangkat tangannya, "S-saya tahu alamat rumahnya nona kami bertetangga. Dia menghidupi keluarganya sendirian karena ayahnya telah tiada. Dia memiliki tiga adik yang masih kecil dan ibunya sakit keras nona" ucap maid itu.Evan, Jayden, Marrie dan Felice sali
Ayah Matthew dulunya adalah pewaris sah nama Marquis Crinossio, namun pamannya iri dan ingin merebut kedudukan Marquis dari ayah Matthew. Pamannya gelap mata, ia membunuh ayah dan ibu Matthew dengan bantuan seorang penyihir hitam. Matthew yang juga hampir dibunuh tidak memiliki pilihan lain selain kabur, ia berlari entah kemana kakinya membawanya. Berhari-hari ia terlantar tidak makan atau minum sedikutpun, hingga akhirnya ia bertemu Aaron. Dan ikut menjadi preman bersamanya. Ia bisa merebut kembali kedudukan Marquis dari pamannya, semua ini berkat Lucy. Ya, saat itu paman Matthew nekad hendak menjadikan puterinya sebagai permaisuri dan menikahkannya dengan adik Lucy, putera mahkota Alardo. Namun ia tidak menggunakan cara yang benar, melainkan menggunakan sihir hitam untuk mengendalikan pikiran seseorang dengan bantuan dari ketua menara penyihir yang berkhianat. Tidak hanya itu, paman Matthew juga merupakan dalang dari kebakaran yang menewaskan permaisu
"Hey bocah""Hm?" Isandra menyahut dengan berdehem saat Flammedra memanggilnya. Ya, selama Isandra tidak sadarkan diri, dia berada di alam Flammedra."Kuperhatikan kau semakin dekat saja dengan mereka" ucapnya.Isandra menunduk tersenyum kecil, namun nampak sendu. "Ya, begitulah" ucapnya."Dan kuperhatikan juga, mereka semua sangat menyayangimu"Isandra tidak menjawab, ia malah tersenyum sendu. Menyayangi ya? Seandainya semua itu nyata. Yang mereka sayangi adalah Isandra, bukan dirinya. Ia hanya seorang yatim yang terjebak di dalam tubuh Isandra."Apa yang akan kau lakukan seandainya kau tidak selamat dari racun itu?"Isandra mendongak menatap naga emas di depannya, ia tersenyum manis sekarang. "Tidak apa-apa, aku ikhlas" ucap Isandra tulus."Kenapa?"Isandra nampak bingung, "Maksudmu?" tanyanya."Kenapa kau ikhlas? Bukankah selama ini kau menginginkan keluarga?"Isandra menunduk sedih
Keesokkan harinya,"Apa?! Jadi semua ini ulah duke Shannel?!" Suasana ruang rapat itu terasa mencekam. Galen, Evan, Percy, Noah, Aaron dan Matthew kini berkumpul untuk mendiskusikan dalang di balik racun puteri Isandra.Evan pulang sangat larut malam tadi, jadi ia memutuskan untuk membahas perihal ini keesokkan harinya. Mereka semua bernafas lega saat mengetahui bahwa Isandra sudah sembuh dan tinggal menunggu pulih saja."Benar ayah, saat kami datang ke rumah orang itu. Ibunya mengatakan bahwa dia bekerja di kediaman duke, bukan di istana" ucap Evan.Rahang Galen mengeras, iris emas itu berkilat tajam seraya tangannya mengepal. "Kita ke kediamannya sekarang juga" ucap Galen seram."Tunggu, yang mulia. Kita tidak memiliki bukti yang kuat, ini bisa menjadi fitnah" ucap Aaron menahan Galen.Galen tersenyum miring, "Tentu saja aku punya cara untuk mengungkapnya" ucap Galen membuat mereka yang berada di sana saling menatap d
Mereka berempat kompak menoleh saat pintu itu diketuk, pelukan itu perlahan melonggar. "Masuk" ucap Galen kesal. Mengganggu momen keluarga saja.KriieeeetttPintu besar itu terbuka, kaki jenjang berbalut celana bahan berwarna hitam itu melangkah masuk, menampilkan seorang pria seumuran Galen dengan rambut merahnya, Marquis Crinossio.Isandra sudah dapat menebak siapa orang di hadapannya ini, tentu saja karena ia sangat mirip dengan pemuda yang sering mengganggu Isandra."Matthew, ada apa?" tanya Galen datar.Matthew tersenyum tanpa dosa, "Tidak ada, saya hanya ingin melihat tuan putri" ucapnya tersenyum manis tanpa dosa.Bibir Isandra berkedut saat menatap Matthew yang tingkahnya sangat mirip dengan Jayden. 'Jiplakan ya?' batin Isandra.GrepIsandra seketika membelalak terkejut saat Galen tiba-tiba menenggelamkan wajah Isandra di dadanya. "Tidak boleh, cepat katakan urusanmu, kalau tidak ada pergi dari sini" uca
"Kakak...""Hm?" "Apa harus sampai begini?""Ck kau sudah menanyakan itu sebanyak empat kali, sekali lagi kau bertanya kakak hadiahkan piring cantik" Isandra mengembungkan pipi putihnya, bagaimana tidak? Evan sulit sekali diajak kompromi. Kalian bayangkan saja, ia hanya bilang ingin jalan-jalan ke taman untuk mencari udara segar dan Evan malah memerintahkan sepuluh penjaga untuk mengawal mereka. Ya, tidak apa jika para penjaga itu hanya berjalan di belakang mereka. Masalahnya para penjaga ini membuat formasi melingkari Isandra. Ditambah lagi dengan tandu seperti ondel-ondel yang digunakan untuk mengangkatnya, astaga Isandra malu sekali. Marrie dan Felice? Mereka tidak membantu, mana berani mereka melawan Evan yang notabenenya adalah seorang putera mahkota. Bisa-bisa kepala mereka terlepas juga hari ini.Ah ngomong-ngomong soal kepala terlepas, Felice nampak tidak bereaksi apa-apa mengenai ayahnya. Ya, duke Shannel sa
"Sebagai anak, apa kau setuju?"Felice nampak menunduk sendu, "Beliau bukan ayah yang baik, saya akui itu. Tapi bagaimanapun juga beliau tetap ayah saya yang mulia. Tentu ada sedikit rasa tidak rela di hati saya, namun saya bisa apa? Anda sudah berusaha memohon pada kaisar untuk tidak menghukum saya dan kakak saya juga, dan saya sudah sangat bersyukur untuk itu. Alangkah tidak tahu dirinya diri saya jika saya juga meminta anda untuk mengampuni ayah saya yang mulia" ucap Felice.Isandra tersenyum lembut, tangannya terangkat meraih tangan Felice dan menggenggamnya hangat. "Jika kau membutuhkan apapun, kau bisa mengandalkanku" ucap Isandra.Felice membelalak terkejut namun sekian detik kemudian ia membalas senyuman Isandra, "Terima kasih yang mulia" ucapnya menunduk hormat."Benar, itulah gunanya teman" lanjut Marrie yang sedari tadi diam. Mereka pun tertawa bersama menikmati siang hari yang hendak hujan itu.Siang yang mendung, awan kelabu
Seluruh perhatian tamu undangan terpusat pada pintu masuk aula saat pengawal mengumumkan ketibaan keluarga kaisar. Galen masuk dengan ketiga anaknya yang mengiringi dari belakang. Evan dan Percy berjalan di kanan dan kiri Isandra.Mereka berjalan beriringan menuruni tangga, Galen mengulurkan tangannya pada Isandra saat ia lebih dulu menuruni anak tangga terakhir. Isandra mengamit uluran tangan Galen seraya tersenyum lembut. Mereka berempat berjalan menuju kursi yang sudah disediakan. Kini Galen berjalan dengan Isandra yang menggandeng tangannya sedangkan Evan dan percy di belakang mereka.Galen nampak tampil gagah dengan jubah kebesarannya, kombinasi warna putih, emas dan merah sangat cocok dengan fisiknya. Sedang Evan dan Percy menggunakan setelan dengan jubah yang tidak terlalu panjang yang hampir sama, hanya berbeda kombinasi warnanya saja. Milik Evan merah, hitam dan emas, sedangkan Percy biru, putih dan emas. Isandra? Oh jangan ditanya lagi. Ia sudah
Chirp chirpSepasang iris zamrud itu menatap sepasang burung yang berterbangan melewati jendela kamarnya. Kenapa ada burung pipit di tempat dengan cuaca seperti ini? "Nona? Anda sudah bangun?"Dalia terkesiap dan berbalik saat suara familiar itu memasukki gendang telinganya, "Ah Bianca, iya aku sudah bangun sekitar dua jam yang lalu" ucap Dalia tersenyum ramah.Bianca pun membelalak, bukan karena fakta bahwa Dalia bangun begitu awal namun karena kondisi kamar yang sudah rapih dan bersih. "Nona anda membereskan ini semua sendiri?" tanya Bianca. Kemarin ia membersihkan kamar ini asal-asalan, asal bersih di kasur dan tempat yang sekiranya akan didudukki saja. Barang-barang lainnya sama sekali tidak Bianca sentuh."Ah itu, aku bosan jadi aku bersihkan saja. Hitung-hitung meringankan sedikit pekerjaanmu" ucap Dalia.Bianca menutup mulutnya tidak percaya, "N-nona, kenapa anda melakukannya?" tanya Bianca seolah ingin menangis.Dalia menatap gadis itu bingung, "Y-ya? Eum, karena aku mau" jaw
Butuh waktu sekitar tiga hari bagi Dalia untuk sampai ke kediaman Aquillio di Utara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa daerah tersebut terkenal akan musim dingin yang ekstrim, Dalia sudah siap dengan mantel bulu paling tebal yang ia miliki. Namun Dalia tidak merasakan dingin sama sekali, apa karena kereta kuda ini? Sreeekk Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion bernuansa suram berselimut salju, seorang pria yang mungkin hampir berusia 70an berdiri di depan pintu besarnya. Dalia menduga pria itu adalah butler kediaman ini. Ceklek Pintu kereta kuda itu terbuka, udara dingin seketika berhembus menusuk tubuhnya. Ternyata benar, kereta ini memiliki semacam teknologi penghangat, atau mungkin sihir? Ia baru ingat kalau keluarga kaisar memiliki sihir elemen api. "Salam lady, selamat datang di kediaman Aquillio. Mari, perjalanan anda pasti melelahkan" ucap Hugo menyambut Dalia. "Salam, terima kasih atas jemputan
Wilayah Utara Eleino, dimana hanya salju yang menghiasi tanahnya setiap hari. Dan wilayah inilah yang menjadi wilayah bagian Dukedom Aquillio, juga tempat bagi Percy menghabiskan waktunya. Dari dulu wilayah ini memang sudah menjadi jatah milik Aquillio, hanya saja jarang sekali para Grand Duke terdahulu untuk berkunjung ke Utara. Kecuali jika situasi sedang genting. Percy, yang menyukai ketenangan dan jauh dari kata 'bangsawan' pun merasa sangat cocok menghabiskan waktunya disini. Tahun demi tahun berlalu, surai seputih salju itu kini memanjang hingga ke pinggangnya. Hanya itu yang berubah dari Percy. Ia masih menikmati hidupnya dalam kesendirian, tidak memedulikan sang kakak yang tak kunjung berhenti mengirimkan tawaran pernikahan kepadanya. Entah apakah tidak memiliki pekerjaan lain sebagai kaisar, atau merasa tugas negara masih belum cukup merepotkan hingga ia masih sempat mengurusi hidup Percy? Namun Percy juga tidak me
HapSemua peserta yang ikut acara menangkap buket pun langsung melihat siapa yang menangkap buket hasil lemparan dari Pipi sebelumnya.Marrie.Isandra tersenyum jahil, syukurlah buket itu mendarat di Marrie. Itu artinya rencana mereka berhasil."Wahhh selamat ya Marrie, kau mendapatkan buketku. Itu artinya, setelah aku adalah kau~" ucap Isandra berjalan mendekati Marrie dengan Azel yang mengikutinya.Marrie pun tersenyum canggung, "Ah saya tidak tau Yang Mulia, saya sendiri tidak memiliki-"Isandra memegang kedua pundak Marrie dan memutar tubuhnya 180 derajat."-Calon suami..." suara Marrie memudar seraya sang empu menatap tidak percaya siapa yang tengah berlutut di hadapannya. "Marrie, aku, Estevan Arthur Warrick de Eleino, menyatakan cintaku padamu. Maukah kau menjalin kasih bersamaku di dalam sumpah pernikahan?" Marrie panik, bagaimana ia bisa menerima lamaran seorang putra mahkota, sedang dirinya
Keduanya pun melangkah pergi, menyisakan Isandra dan Arsen dalam keheningan. "Silahkan duduk, Duke" ucap Isandra."Ah, iya terima kasih" ucap Arsen mengambil posisi duduk di depan Isandra. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya canggung yang tercium di setiap sudut. "Jadi, anda akan menikah Yang Mulia?" tanya Arsen langsung pada intinya.Isandra tersenyum kecil seraya mengangguk, "Benar, Duke" jawabnya singkat."Saya ingin meminta maaf karena waktu itu tidak membela anda di pesta debutante" ucapnya.Isandra kembali mengangguk, "Tidak apa, Duke. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang terpenting sekarang semuanya sudah baik-baik saja" Arsen mendongak menatap Isandra, ia tersenyum manis namun nampak seperti ingin menangis. "Namun ada satu hal disini yang tidak baik-baik saja Yang Mulia" ucap Arsen sendu seraya menunjuk ke dada kirinya.Isandra tertegun, ia tahu betul apa yang Arsen maksud.
Masih di pagi yang sama, setelah Azel menerima perintah untuk membantu pembangunan Eleino dari Galen, ia langsung menjalankan tugasnya dan turun ke lapangan bersama para pangeran.Berbeda dengan Galen yang kini tengah berjalan menelusuri koridor istana, koridor yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan sang isteri. Bahkan sejak mereka masih kecil.Dulu, Galen kecil yang sering disiksa oleh ibu tirinya kerap kali menyelinap kabur menuju hutan yang membatasi antara mansion Aquillio dan istana. Di hutan itulah pertama kali ia bertemu dengan Lucy, hutan Antex.Di saat itu, Lucy yang tidak mengetahui identitas Galen pun mengajaknya menemui sang ibu yang sedang piknik kecil bersama adiknya di dekat sana.Permaisuri terdahulu, yang tentu saja mengenali surai putih dan iris emas milik Galen pun langsung mengerti setelah melihat kondisi Galen yang tidak baik-baik saja.Pakaian kotor dan lusuh, lebam dan luka di tubuhnya, bahkan badannya begitu
CeklekPintu besar itu terbuka, ruang gelap itu nampak diterangi seberkas cahaya saat kaki jenjang itu melangkah masuk.Galen, dengan sebuah lentera kecil di tangannya, masuk ke satu-satunya ruangan dimana lukisan Lucy berada."Hai Lucy, lama tidak berjumpa" ucap Galen menyapa, walau tentu saja tidak ada jawaban dari lukisan itu."Aku merindukanmu, kami semua merindukanmu. Tidak seharipun hati ini tidak menyebut namamu, berharap kau sudah tenang disana" lanjut Galen seraya mendaratkan bokongnya di lantai, duduk memeluk lututnya seraya menghadap lukisan besar mendiang sang istri."Hari ini... Isandra pulang ke Eleino, namun ia tidak sendirian. Ia datang bersama raja Erebos, dalam keadaan mengandung anaknya" ucap Galen menunduk dengan ekspresi rumit."Awalnya aku merasa gagal sebagai ayah karena tidak mampu menjaga putriku, dia hilang dan malah pulang dalam keadaan berbadan dua. Namun aku seolah tertampar saat dia mengatakan bahwa
Isandra pun menautkan kedua alisnya, "Kenapa? Ibu ikut saja denganku, kita bertemu ayah dan kakak. Ibu juga harus berkenalan dengan Luke" ucap Isandra.Lucy tersenyum sendu, "Sayang..." tangan lentik itu terangkat mengelus wajah yang merupakan duplikatnya itu. "Tempat ibu sudah bukan di dunia. Tapi disini..." ia menunjuk dada kiri Isandra, "...di hatimu, di hati ayah dan kakak-kakakmu, di hati kalian semua yang masih mengingat ibu" ucapnya.Isandra menunduk sendu, "Suatu saat kita akan bertemu lagi kan bu?" Lucy tersenyum manis, "Tentu saja sayang, kita semua akan bertemu dan bersama lagi. Ibu janji" ucapnya.Isandra pun ikut tersenyum, dan dengan cepat memeluk Lucy erat. Lucy membalas pelukan Isandra seraya berkas cahaya mulai menerangi tubuhnya. Membuatnya hilang bagai debu ditelan cahaya itu."Terima kasih, putriku" TesAir mata itu mengalir seraya sang empu membuka matanya. 'Ibu?' batinnya. "Isandra kenap
"AAARRRGGGHHHHH" Jerit Atlan mengerahkan seluruh kekuatannya, awan hitam di langit membentuk pusaran seraya Atlan mengangkat kedua tangannya.Sebuah lubang besar berwarna hitam muncul di atas langit, "Dengan ini, semua sihir di dunia akan menjadi milikku!" seru Atlan.Dengan cepat Isandra membentuk perisai untuk melindungi Azel dan keluarganya, jika tidak maka sihir di dalam tubuh mereka akan terhisap.FWOOOSSSHHIsandra melihatnya, mana sihir yang ada di sekitar kini tersedot habis ke dalam lubang itu, dan itu artinya Atlan akan semakin kuat karenanya.Hingga akhirnya lubang itu mengecil dan menghilang. Menyisakan Atlan, yang kini berwujud bagai bayangan hitam yang memenuhi tubuhnya. Kegelapan telah mencemari jiwanya."Dengan kekuatan sedahsyat itu, dia bahkan masih menginginkan mana nagamu" ucap Galen.Isandra hanya diam menatap tajam ke arah Atlan, perlahan ia membuka perisai pelindung itu. "Apa ya