แชร์

Bab 622

ผู้เขียน: Benjamin
“Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.

Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”

Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.

Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”

William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 623

    Itu sudah cukup untuk menghentikan napas Camilla selamanya.Kate berdiri di atas puing-puing dan melihat semua itu terjadi. Dia membuka mulutnya, tapi tidak lama menutupnya lagi. Kate memejamkan matanya rapat-rapat, tidak tahan melihat kejadian mengerikan itu, tapi dia tidak menyuarakan ketidaknyamanannya karena dia tidak berhak untuk angkat bicara.Meletakkan kedua tangan di balik punggungnya, dia pada akhirnya membuka matanya untuk memandang tanah. Napasnya menjadi kian dalam dan hening seiring waktu berlalu.…Di sisi lain, Daffa akhirnya sudah kembali ke hotel. Meskipun rasanya seperti banyak hal telah terjadi, kejadian-kejadian itu hanya memakan sedikit waktunya. Namun, gelombang rasa lelah yang besar mengenainya dan dia tidak memiliki energi untuk mengolah kemampuannya setelah kembali ke hotel.Yang dia ingin lakukan hanyalah berbaring di ranjang. Pada saat itu, dia tidak peduli sama sekali tentang urusan perusahaan. Memejamkan matanya, Daffa bernapas dengan lebih dalam dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 624

    “Keluarga Sanjaya memarkirkan mobil mereka di depan kami dan memohon bantuan kami. Kami berpikir kami bisa berusaha membantu mereka karena mereka adalah anggota keluarga Puspa. Itulah sebabnya kami memakan waktu yang lebih lama untuk kembali.”Setelah mendengarkan penjelasan Briana, otot-otot Daffa yang sebelumnya tegang menjadi relaks. Dia menegakkan punggungnya dan meregangkan tubuhnya sambil memberi instruksi dengan dingin, “Erin, beri tahu mereka mengenai kejadian yang terjadi ketika mereka sedang tidak ada dan alasan kenapa aku pergi ke luar sekarang.”“Tuan Halim sedang menuju Keluarga Sanjaya sekarang.” Raut wajah bersimpati terpampang di wajah Erin seraya dia menghadap kedua pengawal itu. Kemudian, Erin melangkah lebih dekat dan memberi tahu mereka tentang segala hal yang telah dia pelajari sebelumnya.Kepala Edward dan Briana langsung mendongak ketika mereka mendengar bagaimana Keluarga Sanjaya telah melacak Ansel hanya karena penolakan Daffa. Mata membelalak terkejut, mere

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 625

    “Sudah, sudah. Mari kita akhiri ini dan kembali melakukan apa yang harus kita lakukan.” Dengan begitu, Daffa berbalik ke arah vila Keluarga Sanjaya. Separuh jalan menuju tempat itu, dia mendengar suara yang familier tertawa. Itu adalah salah satu anggota Keluarga Sanjaya.Mata Daffa menyipit menjadi berbentuk garis pada saat itu. Daffa sudah menduga ini, tapi kenyataan bahwa itu terjadi menarik perhatiannya. Dia langsung bergegas.Saat itulah dia mendengar Briana mengejarnya. Meskipun demikian, Daffa tidak berhenti sepenuhnya untuk Briana, dia hanya sedikit memelankan langkahnya.Ketika Briana menyusulnya, napas Briana menjadi sesak karena kelelahan. Dia merasa sulit mengejar jalan cepat Daffa sekarang karena kemampuan Daffa telah meningkat. Walaupun Briana tahu Daffa telah melambatkan langkahnya, Briana masih kesulitan untuk menyusulnya.Tepat setelah Briana sampai di belakang Daffa, Daffa berputar badan untuk memperhatikan Briana dari dekat. Itu membuat Briana menegang seketika.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 626

    Mata Briana membelalak lebar, tidak memercayai apa yang sedang terjadi saat ini. Dia bahkan mencium wangi parfum di dada Daffa. Wanginya beraroma kayu, tapi juga cukup segar sehingga wanginya tidak membuat sakit kepala.Alih-alih, itu membuat jantung Briana berdegup di dalam dadanya. Menelan ludah, Briana memutuskan untuk mengambil kesempatan itu dan menyandarkan kepalanya di pundak Daffa.“Sudah kuduga,” pikir Daffa sambil mengangkat sebelah alisnya. Kemudian, dia dengan dingin berkata, “Aku hanya melakukan ini supaya kita bisa sampai di vila lebih cepat. Kamu masih tetap perlu melatih tubuhmu dan metode pengolahanmu. Kalau tidak, aku tidak akan ragu-ragu untuk meninggalkanmu jika ini terjadi lagi.”Daffa merasa sakit mengatakan kata-kata sekasar itu pada Briana, tapi Daffa merasa dia perlu melakukannya karena dia tidak bisa menerima pengawalnya memiliki perasaan yang tidak pantas terhadapnya. Lagi pula, Briana adalah bawahan Daffa dan akan bekerja untuknya untuk masa mendatang. Di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 627

    Semua orang mendengar suara dentuman itu, jadi perhatian mereka tertuju pada pria itu. Itu membuat pria itu menoleh ke arah Daffa, dadanya naik-turun dengan cepat.Akan tetapi, tidak ada perubahan dalam ekspresi Daffa. Dia memasukkan tangannya ke dalam sakunya, berkata, “Aku tidak berencana untuk membalas dendam padamu karena pengkhianatanmu, tapi aku penasaran—keluarga besar dan elit sudah memonopoli semua sumber daya dan pengetahuan dalam pengolahan dari dulu. Mempertimbangkan hal itu dan bagaimana kamu hanyalah pengawal biasa sebelum aku tiba di Kota Almiron, kenapa kamu menjadi bersemangat sekali untuk mencapai tingkat kebangkitan sebagai seorang ahli bela diri?”Walaupun itu terdengar seolah-olah Daffa sungguh-sungguh penasaran, kenyataannya tidak begitu. Malah, Daffa memamerkan seringai dingin pada pria itu, mengejeknya.Tidak ada sepatah kata pun datang dari Daffa, tapi pria itu tidak dapat berhenti gemetar. Dia takut dia akan mati kapan pun hanya dari pelototan Daffa. Pada a

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 628

    Daffa melirik dari samping ke arah seorang pria di kerumunan. Dia tidak lama mengatupkan rahangnya setelah menyadari betapa mudanya pria itu kelihatannya. Daffa tahu pria itu berusia sekitar 30 tahun, lebih muda dari Liam Sanjaya, yang terlihat setidaknya berusia 45 tahun.Tidak mengatakan apa-apa tentang itu, Daffa memasuki ruang tengah dan membuat dirinya nyaman di sofa. “Sebaiknya kita mendiskusikan sikap Keluarga Sanjaya dan bagaimana aku harap kalian akan memperlakukanku mulai sekarang.”Dia bersandar ke sofa, menyilangkan kakinya, dan meletakkan tangannya di sandaran tangan. Kesombongan dan keangkuhan terpancar dari Daffa, membuat semua anggota Keluarga Sanjaya mengernyit.Meskipun begitu, Daffa tidak terlihat bingung dan terus memandang Liam dengan tenang, menambahkan, “Aku tidak tahu apakah kamu masih memiliki suara atas Keluarga Sanjaya.”Liam mengangkat bahunya, tidak terlihat terganggu oleh komentar itu. Daffa tahu Liam sedang senang dari bagaimana dia duduk di samping D

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 629

    Daffa menoleh ke arah pintu tempat Briana berdiri dan memanggil dia untuk menghampirinya dengan lambaian tangan. Briana muncul di samping Daffa dengan sangat cepat hingga tidak ada siapa pun yang bahkan melihat Briana bergerak.Daffa tersenyum dan melihat pria tua itu, berkata, “Pria ini mengatakan padaku bahwa dia baik hati dan tidak pernah menyakiti siapa pun sebelumnya. Aku terkejut dia mengucapkan kebohongan itu.”Briana tersenyum dan menatap pria tua itu juga, membuat pria itu meremang. Raut wajah jelek terpampang di wajahnya, tapi dia tahu dia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk membalasnya. Siapa yang tahu apakah Daffa dan Briana akan mengambil nyawanya atau tidak? Bagi pria tua itu, hal terburuk tentang ini adalah bagaimana dia merasa seperti Daffa bisa membaca isi pikirannya kapan pun Daffa mendaratkan tatapannya padanya. Itu membuatnya merasa benar-benar tidak berguna.Dia menggigit bibirnya sambil menatap Daffa dengan kesal. Dia merasakan tatapan pria berusia 30 tahun itu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 630

    Tatapan Daffa menjadi setajam laser mendengar perkataannya. Wajahnya berubah dingin seraya dia bangkit berdiri. Dia berjalan ke arah pria berusia 30 tahun itu yang memucat dan gemetar saat Daffa menghampirinya.Dia menampar pundak bawahannya, berkata, “Kenapa kamu masih berdiri di sana? Sebagai bawahanku, kamu ….” Sebelum dia dapat menyelesaikan kalimatnya, Daffa melingkarkan satu tangannya di lehernya dan dia pun tidak lagi bisa bersuara.Yang dapat dia lakukan hanyalah memelototi Daffa sambil menendang-nendang kakinya di udara, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Daffa. Dia membuka mulutnya dan berkata dengan kesulitan, “Apakah kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Aku belum melakukan kesalahan apa-apa! Apa hakmu memperlakukan aku seperti ini?”Daffa mengernyit, terlihat tidak sabar. “Kukira aku sudah memperjelas diriku—siapa kamu dan dari mana kamu mempelajari hinaan itu?”Pria berusia 30 tahun itu terlihat takut mendengar perkataannya. Dia sekarang tahu apa permasalahan

บทล่าสุด

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status