Share

Bab 601

Penulis: Benjamin
Pada saat yang sama, Erin menoleh untuk melihat Daffa. Ketika Erin melihat raut wajah Daffa yang tenang, Erin tahu tebakannya benar dan dia menelan ludahnya. Setelah waktu yang cukup lama, dia bertanya, “William tidak kehilangan akalnya, ‘kan?”

Daffa menggelengkan kepalanya dan menghela napas. “Dia terlalu khawatir tentang putrinya.” Dia menoleh untuk melihat ke sebuah pojokan dari vila Keluarga Aruna meskipun itu terlalu jauh bagi mereka untuk melihat apa pun. Setelah beberapa detik, Daffa berkata, “Percepat.”

Si sopir mengangguk. “Baik, Tuan.” Dia menginjak pedal gas dan mereka pun melesat maju dengan begitu cepat hingga Erin tertekan ke tempat duduknya karena momentumnya.

Kurang dari satu menit kemudian, mereka tiba di vila tersebut yang jaraknya lebih dari satu kilometer. Daffa mengangkat sebelah alisnya dan tanpa suara mengacungkan jempolnya pada si sopir.

William Aruna sedang terbaring di tanah. Daffa tidak dapat merasakan napasnya karena ada terlalu banyak orang yang mengeli
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 602

    Rekan-rekannya telah menelantarkannya di pertengahan pertarungan! Napasnya menjadi cepat, tapi dia tidak mengubah pikirannya.Dia menunjuk ke arah mereka dan berseru, “Dasar orang-orang lemah, penakut, dan tidak berguna! Lihatlah pakaian yang dia kenakan. Pakaiannya jelas-jelas murah dan berkualitas rendah, yang berarti dia hidup dengan melarat. Tidakkah kalian memiliki keberanian untuk memukuli pria miskin dan tidak berdaya? Aku malu dikaitkan dengan kalian!”Dia kembali menoleh ke arah Daffa. Kali ini, pandangannya meneliti Daffa. Dia memperhatikan Daffa dari atas sampai bawah, lalu berdeham dan berkata, “Bocah, biar kuberi saran—Keluarga Aruna lebih kaya dari yang bisa kamu bayangkan dan Nona Camilla telah berkenalan dengan banyak orang kaya akhir-akhir ini. Mereka telah berinvestasi pada Keluarga Aruna dan kami telah mendapatkan kenaikan gaji. Kamu tidak akan bisa menang melawan mereka!” Nada bicaranya tegas dan dia jelas-jelas bangga mengatakan hal itu.Daffa mengangkat sebelah

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 603

    Daffa melepaskan dia, menyilangkan lengannya, dan berjalan mundur beberapa langkah sambil menatapnya dengan menghina. “Kukira kamu sudah akan menyadari kesalahan besar yang telah kamu buat dan meminta maaf padaku.”William melongo ke arahnya. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan, jadi dia tetap terdiam, hanya menundukkan pandangannya ke tanah.Ketika Daffa melihat dia tidak bersedia untuk mengatakan apa pun, bahkan di situasi seperti itu, dia tidak mendorongnya. Alih-alih, dia berbalik untuk berjalan ke arah vila. Pengawal itu membuatnya berhenti lagi, tapi mereka menegang ketika Daffa berhenti.Kemudian, Daffa merentangkan satu lengannya dan mengirimkan beberapa kekuatan jiwa ke arah mereka, membentuk kepalan tangan dengannya dan mendaratkan serangan pada mereka. Mereka langsung terempas ke tanah. Daffa tersenyum. Tidak ada yang berani berbicara, termasuk William. Dia hanya mengikuti Daffa ke dalam vila.Berbanding terbalik dengan dugaan Daffa, William tidak mengikutinya lama

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 604

    “Dia mungkin dalam bahaya besar sekarang karena dia tidak berguna bagi orang-orang itu.”“Orang-orang itu?” Daffa menaikkan sebelah alisnya, terlihat ingin tahu. “Siapa yang kamu bicarakan?”Kate terlihat bimbang, tapi dia dengan cepat memantapkan pilihannya dan berkata, “Aku juga tidak tahu. Yang kutahu hanyalah mereka berjubah hitam.”Daffa mengernyit. Dia mengesampingkan kebingungannya dan meletakkan satu tangan di lengan Kate. “Aku mengerti. Aku bisa menyelamatkan pamanmu, tapi kamu dan ayahmu harus pergi dari sini.”Kate menjadi tenang mendengar janjinya, lalu dia menoleh ke arah William. “Ayah, ayo pergi. Aku percaya pada Daffa. Karena sekarang dia telah berjanji padaku, dia pasti akan menyelamatkan Paman Benji.”William mengangguk dan menoleh ke arah Daffa dengan tatapan yang rumit. Dia membuka mulutnya untuk meminta penjelasan yang lebih rinci, tapi pada akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya.Daffa dengan tenang berkata, “Jangan khawatir, Benji akan baik-baik saja.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 605

    Namun, kali ini, ada tatapan memohon di mata Camila. William mengerutkan dahinya dan bergerak untuk berdiri di belakang Kate, menggunakannya untuk menghalangi pandangan Camilla. Seketika, mata Camilla membelalak dan napasnya menjadi cepat.Daffa tersenyum. “Baiklah, kita memiliki jawaban yang pasti sekarang. Kakakmu tidak akan menyelamatkanmu.”Camilla mengerutkan bibirnya dengan erat dan menoleh untuk menghadap Daffa. Mata Camilla bergerak-gerak ke sana kemari dengan gila seraya dia mencoba memahami apa yang Daffa maksud. Senyuman Daffa melebar saat dia berkata, “Kamu sudah kehilangan harapan sekarang, ya? Apakah kamu sudah siap untuk memberitahuku segalanya?”Nada bicaranya tidak membahayakan ataupun mengancam, membuat hati Camilla menjadi tenang lagi. Camilla dengan suara yang gemetar berkata, “Lepaskan aku dan aku akan membiarkanmu pergi. Aku bisa bersikap seolah-olah ini semua tidak terjadi.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan raut wajahnya menjadi menghina. “Sejujurnya, kamu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 606

    “Dia sudah memberi tahu kami segala hal yang perlu kita ketahui.” Erin memandang rendah Camilla selagi dia berbicara. Kemudian, dia berjongkok dengan sebuah tali tebal di tangannya. Itu membuat mata Camilla membelalak ketakutan dan dia mencoba berdiri untuk melarikan diri.Tiba-tiba, Camilla merasa seperti ada sesuatu yang mengendalikan dirinya dan menghentikan dia dari bergerak. Erin mengambil kesempatan ini dan mulai mengikatkan tali di sekitar Camilla.Sekali lagi, Camilla membuka mulutnya untuk berbicara. Namun, kali ini, nadanya memohon dan kata-katanya sudah tidak lagi menyinggung. Dia berseru, “Daffa, aku tahu aku telah membuat kesalahan. Kumohon, jangan bawa aku pergi.”Dia harus mengulur waktu. Apakah tadi Erin menyebut Brian Weis? Camilla tahu Brian jauh lebih kuat darinya. Jika Brian tertangkap, tidak ada yang bisa mengalahkan Daffa. Camilla menatap Daffa dengan mata yang memerah. “Apa yang kamu ingin ketahui? Aku akan beri tahu segalanya.”Daffa memasukkan tangannya ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 607

    Daffa gembira. Meskipun dia sebelumnya telah berkesempatan bertarung dengan beberapa ahli bela diri terbangkit dan berlatih bersama Edward dan Shelvin setiap hari, dia masih dengan jelas merasa metode ini tidak akan seefektif saat melakukan duel sungguhan.Berpikir demikian, matanya bersinar dengan semangat seraya dia menatap pria tua itu.Pria tua itu merasakannya. Jejak kekejutan terpampang di wajahnya seraya dia mengamati Daffa menyerang. “Baru satu tahun sejak kamu terbangkit, tapi kamu sudah jauh lebih kuat dibandingkan sebagian besar orang. Aku tiba-tiba kehilangan keinginan untuk membunuhmu.” Dia tersenyum dan menatap Daffa dengan tertarik.Daffa memberungut, merasa jijik ditatap oleh pria lain seperti itu. Dia memelototi pria tua itu dan menyerangnya dalam kecepatan penuh. Namun, tidak peduli secepat apa dia bergerak, pria tua itu selalu satu langkah lebih cepat dari dirinya.Dia nyaris mendaratkan serangan pada pria tua itu ketika dia tiba-tiba berhenti—bukan atas kemauann

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 608

    Begitu Daffa mengatakannya, suara pria itu menggelegar dari seluruh penjuru, membuat Daffa merasa seperti telinganya akan tuli. “Aku mendengarmu, tapi kamu tidak dapat menyangkal bahwa hasilnya akan sama jika aku menggunakan metode lain, ‘kan?”Daffa membeku. Wajahnya mulai berubah abu dari kurangnya oksigen dan penglihatannya menjadi buram. Namun, dia tetap berdiri meskipun tubuhnya terhuyung. Dia tidak pernah menyadari betapa sulitnya bertahan dan menguatkan diri.Dia mencoba melihat-lihat ke sekitar lagi, tapi perbuatannya hanya membuatnya menggunakan oksigennya lebih cepat. Pada akhirnya, dia berhenti bernapas. Pria tua itu menghela napas. “Kamu ditakdirkan untuk mati, terutama karena kegigihanmu.”Tidak diketahui olehnya, Daffa sebenarnya belum mati. Sebaliknya, dia tampaknya telah berpindah ke dunia lain. Segala hal di sana terselubung dalam kegelapan dan dia bisa merasakan embusan angin kencang bertiup di sekitarnya.Dia mengangkat sebelah alisnya—ini adalah pertama kalinya

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 609

    Teivel terlihat bingung saat dia berkata, “Oh, berhenti mencampuri urusanku, anak muda. Aku akan pergi, jadi kamu sebaiknya pergi dari sini secepat mungkin. Jika dia mengetahui kalau kamu berpura-pura mati di dunianya, kamu akan benar-benar mati.” Setelah itu, dia menghilang bersama buku itu.Daffa menyipitkan matanya. Cara Teivel menghilang berbeda dari sebelumnya. Dia meletakkan tangannya di balik punggungnya, ingin tahu lebih banyak tentang kedua pria ini, tapi saat ini jelas-jelas bukanlah waktu yang tepat.Dia duduk dan menyilangkan kakinya. Meskipun dia tidak tahu apa yang telah terjadi sebelumnya, dia tahu ada yang berbeda di dalam benaknya. Itu menakutkan sekaligus membuatnya penasaran. Kenyataan bahwa Teivel bisa dengan mudah menanamkan sesuatu yang bukan merupakan miliknya dalam benaknya berarti dia bisa dengan mudah mengutak-atik ingatan seseorang.Seraya Daffa memikirkannya, dia merasakan dunia luar bergemuruh. Sekali lagi, dia merasa tercekik.Kali ini, Daffa tidak sep

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 622

    “Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 621

    Daffa memejamkan matanya rapat-rapat, menyembunyikan seberapa besar penderitaan yang dia rasakan di dalam. Dia bisa saja lebih memperhatikan gas hitam yang menyelinap melewatinya. Alih-alih, satu hal yang Daffa bisa lakukan adalah menjaga penghalang itu dengan lebih baik dan mencegah lebih banyak gas hitam melarikan diri.Pikiran berhamburan dari setiap sudut benaknya saat dia memikirkan cara untuk menjadi lebih efisien.Saat itulah suara Teivel terdengar. “Daffa, aku membutuhkan bantuanmu seperti sebelumnya. Jika kamu tidak mau kita kembali lagi ke awal—harus terus-menerus memburu pria tua berjubah hitam itu—dan jika kamu tidak mau diburu oleh pria tua itu, tenangkan dirimu dan bersihkan pikiranmu sekarang juga!”Itu adalah pertama kalinya Daffa mendengar Teivel berbicara dengan nada yang mendesak. Daffa mengernyit dan menyadari dia tidak pernah mengalami emosi yang berkedip dan gejolak batin sebelumnya. Daffa selalu tegas dan fokus, mau dia kaya ataupun miskin.Demikian pula, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 620

    Teivel berbicara dengan suara yang serak tapi puas. “Pria tua itu belum pernah bisa melepaskan kekuatan penuhnya. Dia belum pernah bisa dan masih tidak bisa mengalahkanku meskipun aku sudah menjadi lemah dan tidak dapat lagi menggunakan kekuatanku seperti dulu. Lagi pula, kekuatannya sekarang lebih lemah daripada kekuatanku.”Daffa mengangkat sebelah alisnya terkesan. Dia menoleh ke arah Teivel lagi dan bertanya, “Yah, karena dia telah mengubah dirinya menjadi kabut hitam ini, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Wajah menggelap dengan muram, Teivel menjawab, “Bukankah kamu sudah tidak sabar untuk bertanya padaku tentang mantranya? Aku bisa memberitahumu tentang itu sekarang. Ketika kamu dan Yarlin Weis berbincang di dalam ruang kurungan di balik tembok batangan emas itu, energi yang kamu lepaskan—yang mirip seperti lapisan air—adalah sebuah penghalang bermantra.”Daffa mengangguk, tatapan fokusnya tertuju pada Teivel tanpa berpindah sekali pun.“Aku terkesan kamu sudah menguasai

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 619

    “Kamu membuang-buang energimu untuk pikiran-pikiran yang tidak perlu sekarang.” Teivel menekan pundak Daffa, menambahkan, “Aku seharusnya sudah mati sejak lama. Akan tetapi, ajaibnya, kesadaranku tetap ada di dalam buku ini. Maka dari itu, pertemuan kita itu tidak normal dan seharusnya tidak pernah terjadi.”Teivel tidak lagi berbicara. Dia menurunkan tangannya, menyaksikan gas hitam menguap, lalu melihat ke depan ke arah larinya pria tua berjubah hitam itu.Dengan tatapan datar pada Daffa, Teivel berkata, “Kita harus mengejarnya dan membunuhnya sekarang juga—dia selalu terlibat dalam semua penderitaan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa dia merencanakan benih pertama dari banyak tragedi ini. Jika dia kabur, dia bisa menyamar menjadi siapa pun dan terus melakukan hal-hal buruk. Kita tidak akan ada di sekitar untuk menghentikan dia. Meskipun kamu dan aku adalah ahli bela diri terbangkit dan memiliki jangka hidup yang lebih panjang dibandingkan sebagian besar orang, kita tetap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 618

    Daffa menghirup bau lebih banyak darah dari retakan itu. Itu mengirimkan sensasi mengerikan di tenggorokannya dan dia ingin muntah. Daffa terus membuka matanya, tidak ingin melewatkan apa yang telah terjadi.Namun, dia langsung mengernyit, terkejut oleh kolam darah tak berujung dan tumpukan-tumpukan mayat yang tinggi. Saat penghalang hitam itu perlahan lenyap, mayat-mayat itu berhamburan ke luar seperti air yang mengalir deras dari bendungan yang bocor.Bibir berkedut, Daffa tidak dapat menerima pemandangan mengerikan dan tidak adil di hadapannya. Napasnya menjadi cepat dan benaknya penuh oleh amarah membunuh.Saat itu, Teivel angkat bicara. Satu-satunya yang berubah adalah kali ini suaranya terdengar dari hadapan Daffa. Teivel membentak, “Daffa, mayat-mayat itu adalah orang-orang berjubah hitam. Kamu mungkin merasa kasihan pada mereka sekarang, tapi pada akhirnya kamu akan mengetahui bahwa mereka tidak pantas menerima ibamu.”Teivel berbicara dengan suara yang tegang dan hampir ma

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 617

    “Meskipun begitu, kamu cukup berani untuk mengetes batasanku pada saat ini,” ujar Daffa, hidungnya berkerut dengan meremehkan.Pria tua itu membeku yang terasa lama sekali. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya sambil melangkah mundur.Daffa yakin pria itu pasti akan langsung berlutut untuk memohon ampun jika pria itu tidak berusaha kabur. Maka, pandangannya tertuju pada pria itu dengan ragu. “Apa yang kamu coba lakukan?”Bertemu pandang dengan Daffa, pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya saja orang-orang itu telah menelantarkan aku, jadi ….”“Jadi, kamu berniat membuatku mengejar mereka dan membunuh mereka,” jawab Daffa yang mengerutkan alisnya.Pria itu mengangguk.“Apakah kamu yakin?” tanya Daffa, matanya sedikit membelalak. “Kamu merasa puas meskipun kamu akan tetap mati nantinya?”Tanpa ragu, pria tua itu mengangguk.Seringai lebar merekah di wajah Daffa pada saat itu. Dia tahu pria itu tidak memiliki niat ter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 616

    Edward mengedipkan matanya, matanya tertuju pada Daffa dan fokus. Lalu, bibirnya mulai gemetar saat dia berkata, “Tuan Halim, saya tidak menyangka bisa melihat Anda lagi.”Daffa memutar bola matanya. “Maksudmu, kamu akan mati atau apakah kamu takut aku akan mati?”Edward terhuyung, lalu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang saya maksud, Tuan.”Daffa tersenyum. “Aku tahu itu, tentu saja. Aku hanya merasa caramu mengatakannya lucu.” Mereka saling bertatapan dan melihat kelegaan di mata satu sama lain. Briana masih berdiri di atas tumpukan puing seraya dia mengamati mereka berdua berbincang di samping tornado. Briana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.Kemudian, dia menangkupkan kedua tangannya di sekitar mulutnya, menyalurkan kekuatan jiwanya ke tenggorokannya, dan berkata dengan lantang, “Ayo turun! Tuan Halim, mentor Anda dan pria tua itu telah pergi. Kita harus mengejar mereka.”Daffa mengernyit. Dia pikir Teivel dan pria tua itu telah berpindah ke tempat lain, mirip

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 615

    Mata Daffa merah dan sedikit berair. Dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia mencoba menyalurkan semua kekuatan jiwa emas yang dia miliki ke dalam tubuh Briana. Tidak lama, Briana merasa seperti dia telah pulih kembali.Briana membuka matanya, terlihat lebih bertenaga dibandingkan sebelumnya. Dia mengernyit pada Daffa dengan tidak setuju dan mencoba mendorongnya, tapi Daffa langsung menghentikannya. Daffa terlihat lebih tenang dibandingkan sebelumnya, tapi nada bicaranya muram saat dia berkata, “Kamu belum membaik sepenuhnya. Tidak ada yang lebih penting saat ini daripada pemulihanmu.”Briana tidak mengatakan apa-apa. Daffa melanjutkan, “Lagi pula, kamu harus membaik sesegera mungkin. Aku masih butuh bantuanmu untuk banyak hal.”Briana menatap Daffa sambil tersenyum dan mengangguk. Dia sedikit tersendat saat dia berkata, “Baik, Tuan.”Briana memiliki banyak pertanyaan, tapi dia tidak memiliki keberanian untuk menanyakannya pada saat ini. Ketika Daffa sudah yakin Briana baik-ba

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 614

    “Semuanya bermuara pada satu hal—kamu dan aku berada di pihak yang berlawanan!” Seraya Teivel berbicara, pandangannya tertuju ke belakang roh pria tua itu dan pada tubuhnya.Wajahnya berubah dingin dan napasnya menjadi cepat. Dia menoleh ke belakang untuk melihat pria tua itu dan berkata, “Namun, karena kita berdua masih hidup, kita harus meninggalkan masa lalu. Sekarang, waktunya menyelesaikan dendam baru.”Pria tua itu menyipitkan matanya. “Maksudmu seperti bagaimana kamu mencuri muridku?”Bibir Teivel berkedut. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, tapi seperti bagaimana kamu mencuri tubuhku.”Ekspresi jelek merayap ke wajah pria tua itu mendengar perkataannya. Dia memelototi Teivel seraya wajahnya mulai berkerut dengan amarah lagi. Dia meraung, “Tidak, ini adalah tubuhku! Ini adalah milikku!”Pada saat ini, Daffa masih bisa mendengar apa yang sedang terjadi. Dia ingin melakukan sesuatu, tapi dia hanya dapat menyaksikan tubuhnya dan jiwanya perlahan menyatu. Dia tidak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status