“Aku tidak menyangka kamu akan menanyakannya padaku.”Daffa mengangkat bahunya, tidak terlalu tertarik dengan pendapat Bakrie. Dia duduk kembali di sofa. “Jadi, kenapa kamu datang untuk menemuiku?”“Mereka mencurigaiku.” Bakrie terdengar tenang, tapi ada kerutan dalam di wajahnya. Itu menunjukkan bahwa dia tidak setenang suaranya.Daffa juga mengernyit. “Kenapa situasinya menjadi seperti ini? Bukankah kamu sudah bersikap seperti keinginan mereka?”Bakrie menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya, dan menghela napas. “Itulah yang tidak kupahami, tapi aku yakin mereka sedang mencurigaiku sekarang, terutama mengenai hubungan kita. Sebelum aku datang ke sini hari ini, mereka memperjelas padaku bahwa aku harus membawamu kembali bagaimanapun caranya.”Daffa bersandar dan menekan pelipisnya. “Kalau begitu, kamu bisa membawaku pergi sekarang.”Mata Bakrie membelalak dan dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, jika aku membawamu pergi, tidak ada yang tahu apa yang mereka lakukan padamu da
Bakrie menatap Daffa tidak berdaya.“Jadi, sebelum mereka bisa menemukan seseorang untuk mengalahkanmu, mereka akan selalu memilihku untuk menjadi lawanmu.” Dia menghela napas. “Aku sudah takut pada hari itu.”Bakrie berjalan ke arah Daffa dan meletakkan ponsel baru di atas meja.“Jika semuanya berjalan dengan lancar, mereka akan menyadap nomormu yang sekarang supaya mereka bisa mendengarkan seluruh telepon dan membaca seluruh pesanmu. Dengan ponsel ini, mereka tidak akan bisa melakukannya. Ini hanya bisa mengirimkan pesan ke nomorku yang lain di luar pengawasan mereka.”Dia melangkah mundur sambil masih menatap Daffa.“Sekarang, aku sudah menyelesaikan semua hal yang harus kulakukan di sini dan kurasa ini adalah waktunya bagimu untuk pergi. Jika aku terus berlama-lama di sini, orang-orang akan mulai berpikir bahwa ada yang janggal, membuat semua hal yang sudah kita lakukan sejauh ini menjadi sia-sia. Itu tidak menguntungkan kita berdua.”Setelah mengatakannya, Bakrie langsung be
Keberanian penggemar itu makin bertambah karena Bakrie tidak melakukan apa-apa. Dia melepaskan tangannya dari pinggangnya dan menunjuk ke arahnya, berkata dengan kepala terangkat tinggi, “Apakah kamu bersikap seperti ini karena kamu tahu aku benar? Kamu masuk ke dalam sana dengan Daffa dan dia pasti berhasil membujukmu. Itulah kenapa kamu datang ke sini untuk menyalahkan semua ini pada kami! Kamu juga pasti sudah memutuskan untuk tidak membawanya pergi!”Bakrie tidak terlihat terlalu senang. Dia berkata, “Kebenaran di balik Felix yang melompat dari gedung sudah tersebar di seluruh internet dan dia jelas-jelas memberi tahu dunia mengenai niat sebenarnya dan kesalahannya. Selain kalian, semua orang yang menonton siaran langsung seharusnya mengetahui hal ini.”Setelah berhenti sebentar, dia tersenyum mengejek. “Mungkin seseorang di antara teman-temanmu mengetahui kebenarannya, tapi tidak mau memberitahumu. Bukan berarti aku peduli, sih. Aku ingin kamu berhenti menggunakan pendapatmu unt
Dia tidak pernah menduga dia akan mendengar kata-kata itu keluar dari mulut kakeknya. Sejak kembalinya dia ke Keluarga Halim, dia perlahan mengambil kendali di bawah pengawasan kakeknya yang sabar.Akan tetapi, Jauhar tidak memberikannya waktu untuk menjadi matang secara perlahan lagi. Daffa tidak menyangka ini akan terjadi. Terlebih lagi, Jauhar telah mengumumkannya dengan tiba-tiba dan serius.Daffa merasa jantungnya mulai berdegup kencang. Dia tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan situasinya, jadi dia tetap terdiam. Mengejutkan baginya, Jauhar tidak mengatakan apa-apa juga. Bahkan, Jauhar langsung menyesali kata-kata yang keluar dari mulutnya.Jauhar batuk untuk menyembunyikan kecanggungannya, kemudian menarik napas dalam dan berkata, “Maaf sudah mengatakan kata-kata jahat dengan spontan, Daffa. Aku ingin kamu tahu itu bukanlah apa yang benar-benar kurasakan. Kamu selalu menjadi anak yang luar biasa. Kalau tidak, kamu tidak akan mungkin bisa menanggung biaya studimu sendirian.
Erin mengangguk dalam kepadanya dan berkata, “Saya tahu saya telah melakukan terlalu banyak kesalahan akhir-akhir ini sehingga Anda tidak bisa membiarkannya. Saya tidak datang kemari untuk meminta maaf. Yang ingin saya lakukan adalah menyerahkan pekerjaan saya. Mulai sekarang, saya tidak akan muncul di hadapan Anda kecuali itu sangat diperlukan atau jika Anda meminta saya. Saya tahu itu hanya akan membuat Anda jengkel.”Daffa merasa sedikit tidak nyaman mendengar suaranya yang gemetar dan dia merasa dia bersikap terlalu kejam. Akan tetapi, perasaan itu segera menghilang. “Jika itu adalah pikiranmu sebenarnya, mungkin kamu memiliki kesempatan untuk kembali ke sisiku.”Dia melambaikan tangannya dan berkata, “Namun, itu masih terlalu jauh di masa depan. Sekarang, kamu harus meninggalkan kamarku. Aku menghabiskan terlalu banyak waktu dan tenaga padamu hari ini dan aku tidak ingin melakukannya lagi.”Erin memucat lagi. Dia tidak ingin pergi, tapi dia tahu dia tidak memiliki pilihan lain.
Daffa menggelengkan kepalanya, kemudian kembali ke komputernya untuk memeriksa laporan kinerja perusahaannya selama tiga bulan terakhir. Beberapa menit kemudian, dia mengernyit. Setelah dengan cepat membaca laporannya lagi, dia menekan pelipisnya dengan jari sambil meraih ponselnya dengan tangannya yang lain. Butuh beberapa saat baginya untuk menemukan nomor Zaki, yang menunjukkan sejarang apa mereka menghubungi satu sama lain sejak dia mempekerjakan Zaki.Dia menghela napas, memikirkan Erin lagi. Dia tahu situasinya sudah sulit bagi Erin sekarang, tapi ini adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahannya. Erin telah membuat terlalu banyak kesalahan saat bekerja dengannya. Jika dia terus mengabaikannya tanpa mengambil tindakan perbaikan apa pun, itu tidak akan berakibat baik bagi mereka berdua dalam jangka panjang.Ini adalah cara terbaik untuk menangani permasalahan ini. Ini adalah tindakan yang dia tentukan setelah mempertimbangkannya dengan lama. Dia berharap Erin akan
Lagi pula, ini berhubungan dengan hubungan Daffa dan Erin! Sebelumnya, kedua orang itu memiliki hubungan yang baik, tapi Daffa masih tetap memecat Erin. Dia menugaskan Erin di tempat yang jauh darinya dan langsung melaksanakan keputusannya.Daffa begitu tergesa-gesa untuk menjauhkan Erin darinya sampai dia tidak bisa menunggu mereka kembali ke kantor. Dalam kata lain, Daffa memilih mengirim Erin pergi dengan mengorbankan kinerja perusahaan. Hal itu menunjukkan sebesar apa kesalahan yang telah dibuat Erin.Bahkan jika Daffa hanya mengirim Erin pergi untuk sementara untuk memberinya pelajaran, itu pasti tetap karena kesalahan yang telah Erin buat. Zaki bukanlah orang yang tepat untuk memohon demi Erin.Di sisi lain, Daffa mengernyit setelah mematikan teleponnya. Dia memandang ke luar jendela dan melihat langitnya sudah menggelap. Dia begitu sibuk hari ini sampai dia merasa sudah melalui beberapa hari, tapi tidak ada satu pun masalahnya yang telah selesai ditangani.Sebaliknya, sekara
Jantung Edward tenang saat dia menunggu Daffa berbicara. Seperti dugaannya, Daffa berkata dengan nada yang rumit, “Karena kamu siap untuk itu, kamu boleh pergi sekarang.”Wajah Edward menjadi murung. Dia tahu Daffa mengatakan itu karena dia sudah menemukan seseorang untuk menggantikan Erin. Dia berbalik untuk pergi, bertanya-tanya siapa orang yang akan menggantikan Erin.Ketika Daffa sendirian, sedikit kebingungan muncul di matanya. Dia menelepon Zaki lagi. Di ujung telepon lainnya, Zaki baru saja pulih dari keterkejutannya karena ditelepon Daffa secara langsung ketika hal itu terjadi lagi.Dia langsung menjawab teleponnya, tapi sebelum dia bisa bersuara, Daffa berkata, “Aku hanya berencana untuk tinggal di Kota Almiron selama tiga hari lagi, tapi situasi di sini lebih rumit dari yang kukira. Kami tidak berhasil menggali banyak informasi sebelumnya, jadi aku tidak yakin akan selama apa aku berada di sini.”Zaki mengernyit, mulai merasa khawatir mengenai situasi di Kota Almiron. Dia
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme