Share

Bab 220

Author: Benjamin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Kalau begitu, apakah kamu bisa berpura-pura bahwa tidak ada yang terjadi di pesawat ini dan melanjutkan apa yang seharusnya kamu lakukan?”

Kapten itu mengangguk tanpa ragu. Dia mengulurkan tangannya yang gemetar dan berkata, “Tidak mungkin saya menolak permintaan Anda. Bolehkah saya berjabat tangan dengan Anda?”

Edward mengangkat bahunya dan mengangguk. Dia menjadi tenang sedikit dan berkata, “Kalau mau, aku juga bisa mengambil foto denganmu.”

Wajah kapten itu bercahaya dengan semangat. Bibirnya gemetar hebat sampai dia tidak bisa mengatakan apa-apa, dan dia bahkan menangis. Dia bergegas mendekati Edward, lalu mengeluarkan ponselnya dengan tangan yang gemetar dan mengambil foto yang buram.

Daffa melihat bahwa tidak mungkin bisa mengenali siapa yang ada pada foto itu, jadi dia tersenyum tidak berdaya dan mengambil ponsel itu darinya. Lalu, dia mengarahkan kamera padanya dan berkata, “Ayo ambil ulang foto. Yang tadi buram.”

Briana menghampiri Erin dengan kedua tangan di belakang pu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 221

    Mata Erin membelalak dan dia tampak kebingungan. Namun, dia hanya memperbolehkan dirinya untuk tetap seperti itu selama satu detik sebelum kembali tenang. Dia menggenggam barang-barangnya dan bergegas turun dari pesawat. Dia harus mengejar Daffa.Ketika Kate melihat mereka pergi, dia bersiap-siap untuk menuruni pesawat juga. Sebelum dia bisa melakukannya, seseorang muncul di hadapannya. Dia adalah seorang pria dengan ciri-ciri fisik yang biasa. Dia tahu dia siapa—pengawal Daffa, si ahli bedah.Kapten itu memuja-mujanya dan memperlakukan Daffa dengan baik karenanya. Jadi, dia mengingatkan dirinya sendiri untuk bersikap baik padanya.Dia memaksakan sebuah senyuman dan berkata, “Kamu Edward, ‘kan? Bolehkah aku tahu kenapa kamu menghentikanku menuruni pesawat?”Edward menatapnya dengan serius. “Karena aku adalah seorang pengawal. Aku tahu kamu ingin mendekat pada Tuan Halim dan itu bukanlah hal yang bisa kubiarkan.”Kate menahan dirinya untuk tidak memutar bola matanya. Dia sudah mula

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 222

    Amarah Erin tidak membuahkan hasil yang dia inginkan. Sebaliknya, petugas keamanan itu malah tertawa terbahak-bahak. Salah satu dari mereka berkata, “Sepertinya kamu belum paham. Kamu tidak berhak menyuruh-nyuruh kami karena majikanmu hanya mengendarai mobil yang bernilai 7,5 miliar rupiah.”“Bahkan, kamu tidak berhak untuk menghampiri kami dan berbicara dengan kami. Jika bukan karena wajah cantikmu, kamu pasti sudah berbaring di rumah sakit,” lanjutnya.Tatapan mata mereka menelusuri tubuh Erin dengan penuh nafsu. Mengejutkan bagi mereka, hal ini tidak membuat Erin tersentak. Petugas keamanan yang barusan berbicara tidak menyukainya, jadi dia meninggikan suaranya dan berbicara pada petugas yang berjaga di seberangnya, “Lihat, aku benar. Wanita ini bukanlah tipe yang layak. Untuk apa dia turun dari kursi belakang jika dia adalah sekretaris pria itu? Kecuali dia memberinya layanan tambahan spesial, tentunya.”Maksud dari perkataannya memang tersembunyi, tapi semua orang yang ada di s

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 223

    “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya akan menanganinya.”Daffa mengangguk, lalu memejamkan matanya dan terdiam.Viktor ketakutan. Dia berseru, “Daffa, tolong ampuni aku sekali ini saja! Aku tidak melakukan apa-apa. Aku bahkan tidak berbicara pada wanita itu! Aku hanya menyetujui perkataan Leo.”Mata Leo membelalak. Dia meludah ke tanah dan menggeram, “Jika kamu memiliki rasa malu, kamu tidak akan mengatakan hal itu. Ketika kita menghadapi situasi seperti ini sebelumnya, kamu juga mendapatkan sesuatu. Ketika situasinya menjadi buruk, kamu menyalahkan aku supaya pria ini melampiaskan amarahnya padaku. Aku tidak akan membiarkannya, dan kamu akan membayar ganjaran atas perbuatanmu!”Nada bicaranya tegas dan mantap. Itu membuat wajah Viktor menjadi pucat pasi.Tatapan mata Daffa berpindah-pindah di antara kedua orang itu. Lalu, dia menyipitkan matanya, tampak memahami sesuatu. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan berjalan memasuki hotel.

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 224

    Edward menatap matanya dan merasa bahwa Leo bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia percaya bahwa Leo memiliki kemampuan untuk menjadikan ucapannya kenyataan. Jadi, dia menyipitkan matanya. Dia tidak paham, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menoleh pada Daffa.Ketika Daffa mengangguk, barulah dia menatap Leo dengan dingin. Sebelum siapa pun bisa memahami apa yang sedang terjadi, dia menjentikkan pergelangan tangannya dan mematahkan tulang Leo, membuatnya menangis kesakitan.Daffa meregangkan lehernya dan menatap Viktor. “Aku tahu semua hal yang terjadi hari ini akan membuat hidupmu sulit. Jika kamu ingin aku mematahkan lenganmu juga, aku akan dengan senang hati melakukannya.”Darah langsung berhenti mengalir ke wajah Viktor. Dia belum pulih dari teror yang dia rasakan sebelumnya, jadi dia tetap berdiam diri di tempatnya, gemetar tidak terkendali. Rahangnya melemas, tapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun.Ketika Daffa melihatnya seperti itu, dia tertawa pelan dan ber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 225

    “Sekarang, aku ingin mengganti empat kamar ini menjadi satu kamar presidential suite.”Resepsionis itu membungkuk lagi pada Daffa dengan sopan sebelum menerima kembali kartu kunci itu. Sebelum dia bisa melakukannya, suara yang tidak nyaman terdengar.“Jika ingatanku benar, siapa pun yang ingin mengganti kamar suite biasa menjadi kamar presidential suite harus membayar biaya tambahan sebesar 15 juta rupiah. Karena kamu menukar empat kamar suite biasa, kamu harus membayar 60 juta rupiah. Aku tidak yakin kamu mampu membayarnya, dilihat dari pakaian buruk yang kalian kenakan.”Tidak ada yang akan merasa senang jika tiba-tiba dikritik atau dihina oleh orang asing. Daffa menyipitkan matanya dan menoleh untuk melihat orang yang barusan berbicara. Namun, sebuah tangan memegang lengannya.Dia dengan sendirinya menatap lengannya yang dipegang dan menelusuri tangan yang memegangnya untuk melihat wajah orang tersebut, lalu dia mendapati bahwa itu adalah tangan resepsionis tadi. Dia menghela na

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 226

    Baginya, Daffa adalah sebuah pelampung yang merupakan satu-satunya hal yang bisa dia pegang ketika dia sedang tenggelam.Ketika Daffa melihatnya, dia ingin membantunya menenangkan diri. Dia mengangguk dan tersenyum, berkata, “Kurasa siapa pun yang memiliki uang dan kekuasaan untuk melawan Keluarga Ganendra tidak akan merasa bahwa ini adalah sebuah permasalahan. Alasan mengapa kamu tidak bisa menyelesaikannya adalah karena kamu tidak memiliki keduanya. Sekarang, dengan adanya aku, kamu memiliki keduanya. Aku membutuhkan seseorang untuk membantuku mengatur beberapa hal di Kota Almiron. Jadi, ini adalah waktunya bagimu untuk bersinar. Aku akan memberimu kesempatan untuk membuktikan dirimu sendiri dengan menyelesaikan permasalahan yang sedang kami hadapi sekarang.”Mata Alicia membelalak kembali. Dia tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan seperti ini. Matanya memerah, dan dia mengangguk dengan semangat. “Saya akan membuktikan bahwa Anda telah membuat keputusan yang tepat dengan meme

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 227

    Setelah mengatakannya, dia menoleh pada Erin. “Sudah cukup lama. Kurasa kita sudah berdiri di sini selama sekitar setengah jam. Mungkin waktunya bagimu untuk memberiku kabar terbaru.”Jemari Erin terhenti di atas papan ketik. Dia berbalik untuk menatap Daffa, lalu tersenyum dan mengangguk. “Baik, Tuan. Kita bisa melihat beberapa hasilnya sekarang.” Seraya dia berbicara, dia mengarahkan laptopnya kepada Daffa. “Tuan Halim, seperti yang bisa dilihat, kita sudah memiliki 10 persen saham Hotel Umbrite. Mitra bisnis kita memberikan delapan persen dan dua persen sisanya berasal dari pasar saham.”“Sekarang, kita adalah pemegang saham terbesar kelima. Saya sudah menghubungi pemegang saham terbesar ketiga dan keempat, dan selama mereka menyerahkan saham mereka sejumlah 35 persen, kita akan memiliki 45 persen saham dari hotel ini. Hal tersebut akan membuat kita menjadi pemegang saham terbesar.”Ketika dia menyelesaikan laporannya, tatapannya beralih dari Daffa ke manajer lobi, lalu dia terse

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 228

    Telinga Daffa tergerak, dan dia menyadari dia bisa mendengar beberapa mobil datang dari kejauhan. Ekspresi wajahnya langsung berubah dingin. “Kurasa aku tahu kenapa dia melakukan ini.”Erin menatapnya dengan tatapan kosong.Daffa menarik napas dalam, lalu berkata, “Karena Keluarga Ganendra akan tiba di tempat ini paling tidak dalam 10 menit.”Erin dan Alicia mengerutkan dahi mereka. Mereka dengan cepat bangkit berdiri dan bergegas berdiri di hadapannya, ingin melindunginya dengan badan mereka. Mereka pun berdiri berdampingan.Daffa menundukkan kepalanya dan menatap mereka sambil tersenyum. “Kalian berdua tidak perlu segugup itu. Itu tidak akan menyelesaikan masalahnya. Kalaupun iya, itu hanya akan menambah waktu bagiku untuk menyelesaikan hal ini.”Kedua wanita itu saling bertatapan, tapi tidak ada yang mengatakan apa-apa karena itu adalah pertemuan pertama mereka. Lalu, mereka menghindari tatapan satu sama lain dan menarik napas dalam-dalam. Seraya mereka larut dalam pikiran mere

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 417

    “Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 416

    Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 415

    Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 414

    “Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 413

    “Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 412

    Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 411

    “Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 410

    Daffa menambahkan, “Karena kalian berdua memanggilku kemari, kurasa baru adil jika kalian berdua menghadapiku untuk menangani permasalahan ini.”Direktur itu bangkit berdiri dari sofa. Perutnya yang bergelambir bergoyang-goyang seperti jeli saat dia berlari ke arah pintu. Hanya butuh waktu kurang dari sedetik baginya untuk melakukannya.Dahlia melihat segalanya terjadi, matanya membulat tertarik oleh adegan konyol itu. Dia tahu direktur itu baru-baru ini bertambah berat badan banyak, jadi dia tidak pernah melakukan pergerakan yang besar. Itu adalah pertama kalinya Dahlia melihatnya.Ketika direktur itu akhirnya tiba di pintu, dia meletakkan satu tangan di pinggangnya sambil membungkuk dan terengah-engah. Napasnya begitu cepat sampai siapa pun akan merasa khawatir dia akan pingsan di detik selanjutnya.Berdiri di samping, Dahlia menundukkan kepalanya, tapi itu bukan karena dia khawatir. Dia melakukan itu untuk menyembunyikan senyumannya. Lagi pula, Daffa sudah membuka pintu, jadi di

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 409

    Napas kepala penjaga keamanan itu berpacu, menggelitik kulit Daffa. Namun, tidak ada yang jahat dari ekspresi wajahnya. Rasa ingin tahu berbinar di matanya saat dia bertanya, “Kenapa kamu tidak menghentikan aku masuk? Hanya ada kamu dan aku di lift ini, jadi kamu bisa dengan mudah menghancurkan kamera pengawas dan menyerangku jika kamu ingin. Sudah jelas bahwa aku bukanlah tandinganmu. Aku yakin aku akan kalah jika kamu menyerangku sekarang.”Dia menatap Daffa dengan percampuran emosi yang rumit, tapi satu hal yang tidak dia rasakan adalah rasa takut. Berdiri di hadapan Daffa, dia meletakkan kedua tangannya di samping tubuhnya sambil mengangkat kepalanya dengan santai.Daffa mengembalikan pandangan penjaga itu. Tidak lama, lift itu pun tiba di lantai ke-10 dan senyuman terukir di wajah Daffa.“Yah, kalau begitu aku harus membuat harapanmu menjadi kenyataan.” Setelah mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya.Walaupun tidak ada yang terlihat tidak biasa dari tindakannya, itu mencipt

DMCA.com Protection Status