Beranda / Rumah Tangga / Sang Pewaris Buta / Tujuh Puluh Sembilan

Share

Tujuh Puluh Sembilan

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-17 20:30:41

Jovan sangat terkejut dengan informasi yang ia dapatkan dari Leo bahwa Jono ternyata sudah menemukan Laila dalam keadaan sakit. Leo menyebutkan bahwa Laila baru saja menjalani operasi kanker otak.

Setelah menutup telepon, Jovan menatap Indriana kalut. Bagaimana perasaan putranya saat ini saat mengetahui wanita yang dicintainya dalam keadaan seperti ini?

Menemukan Laila nyatanya bukan solusi untuk membuat putranya membaik, ini justru masalah baru.

"Apa yang terjadi, Jovan? Kenapa kau terlihat sangat terkejut?"

"Jonathan menemukan Laila... tapi..."

"Benarkah? Di mana dia sekarang?"

"Di rumah sakit," jawab Jovan lemah setengah melamun. Hal itu membuat Indriana terheran-heran. "Lalu kenapa? Kenapa kita tidak melihatnya ke sana?" tanah Indriana antusias.

"Eh, baiklah, sepertinya kita harus melihatnya."

Meena baru saja keluar dari dapur dan membawa setoples manisan.

"Tante..."

"Meena, ayo kita ke rumah sakit. Laila sudah ditemukan di sana."

"Laila? Oh, wanita yang men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh

    Tentu saja dia mengerti, dia hanya butuh kepastian soal kesehatan Laila. Jika Wiliam tidak serius dan bermain-main dengan Laila, dia tidak akan memaafkan seumur hidupnya. Dia butuh jaminan supaya Laila bisa kembali. "Oke, sepertinya kamu memaksa, aku akan mengawasimu!" "Kalau begitu, yang terpenting sekarang ini adalah mengumpulkan donasi darah yang cocok untuknya untuk berjaga-jaga. Ini sangat penting sehingga operasi bisa berjalan dengan baik," terang dokter Wiliam pada semua yang ada di ruangan itu. Meena segera mengangkat tangan untuk berpartisipasi. "Aku akan menjadi pendonor," ujarnya antusias. "Baik, akan tetapi tentunya kita harus memeriksa kesesuaian golongan darah Anda." Indriana melihat Meena dengan tersenyum, "Kalian mirip, apa kalian punya golongan darah yang sama juga?" katanya merasa sedikit unik. Bagi Meena ia memang penasaran dan ingin tau lebih jauh soal Laila. Mungkin saja mereka akan melakukan test DNA untuk membuktikan apakah mereka memang bersaudara

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh Satu

    Jono tau, semua datang terlambat dan baru menyadari setelah Laila mengalami semuanya ini seorang diri. Ia baru saja menyadari rasanya ditinggalkan meskipun bukan dikhianati. Rasa itu lebih dari rasa marah yang tidak berdaya. Ia tak berdaya untuk memohon meskipun ia bisa melakukannya. Laila menatapnya dalam diam, seperti teringat dengan sesuatu. Hal itu membuat Jono berdebar dan matanya berbinar penuh harap. "Kita pernah bersama?. Seperti apa?" ujar Laila. "Ya, kita bersama, tidur bersama dan juga makan bersama, apakah kau ingat?" lagi-lagi pertanyaan itu yang keluar dari lisan Jono. "Tapi...." Jono sedikit tegang, mungkin saja ada terlintas sesuatu yang membuatnya teringat. "Ya..." "Aku mengantuk, aku mau tidur." Kekecewaan itu bukan untuk yang pertama kali dalam sehari. Setiap kali Laila berbicara, selalu saja rasa berharap itu ada. Jono membenahi makanannya dan membantu Laila untuk berbaring. Laila berbaring miring sehingga mereka berhadapan dan saling menata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Tujuh Puluh Dua

    Berani-beraninya dokter itu menunda pertemuan dengan Meena yang sudah sangat rindu melihatnya. Tentu saja Meena langsung berontak. (Aku sudah mau berangkat, kenapa enak sekali membatalkan? Kau kira kau siapa! Hah?!) Meena memekik di ponsel membuat pria itu menjauhkan ponselnya. (Meena, kamu seperti singa, kenapa galak sekali?) (Tunggu aku, atau aku akan datang ke rumahmu!) Ancam Meena membuat Dokter Wiliam gelagapan. (Oke, cepatlah. Aku sudah kelaparan) (Oke, aku sudah ke sana, kenapa nggak ditutup telponnya?)Meskipun dengan balutan dress yang sempit, Meena masih bisa bergerak tanpa ragu. Gadis itu sangat lincah dan cekatan. Meena berlarian menyiapkan dirinya, menyambar tas menyambar kunci mobil dan sepatunya sehingga ia tidak lagi sempat memakai sepatu saat memasuki mobilnya. Dengan sekali hentakan ia menstarter mobil dan melaju padahal ponsel masih di telinganya. Akan tetapi memang seperti itulah Meena dalam melakukan sesuatu. Terlihat asalan tetapi akurat. Dokter

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh Tiga

    Suara Wiliam meninggi, sampai-sampai beberapa perawat yang melintasi mereka terkejut dengan suara dokter Wiliam yang terkenal cool itu. Sementara itu Meena malah tersenyum seperti meraih kemenangan. Saat dokter Wiliam mengabaikan dan menjauh darinya, Meena melingkarkan kedua tangannya membentuk lingkaran yang meneropong tubuh dokter itu yang menjauh. Seperti dugaannya, dokter Wiliam menoleh ke arahnya saat di sudut lorong. Pada saat itu Meena menjadikan lingkaran jarinya berubah menjadi simbol love. Hal itu membuat Dokter itu sekali lagi menggelengkan kepalanya karena semakin gila saja tingkah gadis ini. Meena terkikik sendiri dan segera pulang. "Aku akan terus mendekat sampai mendapatkanmu," kata Meena saat itu. ### Hari operasi telah tiba. Beberapa dokter ahli berkumpul dan sedikit mengadakan breefing sebelum mulai mempersiapkan segalanya. Seperti biasa, Dokter Wiliam didera gugup karena harus menangani Laila. "Ingat Dok, dia butuh kerja keras kita, abaikan per

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh Empat

    Bukan kali ini saja, Wiliam mengatakan hal-hal yang sensitif seperti ini. Dia masih saja keceplosan mengungkapkan perasaannya meskipun tau Jono adalah orang yang sangat pencemburu. Dan Dokter itu juga telah menyakiti perasaan Meena yang mengaguminya. Hati Meena mencelos, akan tetapi bukan Meena kalau tidak bisa menahan perasaannya. Ia cukup tahan banting untuk merasa sangat tersakiti. "Oh sudahlah, kalian tidak perlu bertengkar dengan hal sepele begini. Apapun masalah kalian tidakkah kalian tau apa yang kita harapkan dari semua ini?" "Meskipun kita semua tidak melakukan apapun, kita memiliki tujuan yang sama, berharap kesembuhan Laila, apa aku salah?" Wiliam dan Jono yang saling melemparkan pandangan tajam menghujam kini mengendur dan berpaling masing-masing. Meena sukses melerai mereka berdua. Untuk beberapa lama Laila akhirnya sadarkan diri. Meskipun tatapan matanya masih kosong, wanita itu mulai mengerjap dan memikirkan sesuatu. "Dimana aku sekarang?" katanya pada Jono yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh Lima

    Meena membalas tatapan Wiliam dengan bibir yang tersenyum indah. Lalu iapun menopang di dagunya dengan jemarinya yang melengkung di atas meja. "Apa aku masih kurang blak-blakan? Dengan semua sikapku ini? Aku ABG yang tergila-gila dengan idol? Astaga," Meena masih tersenyum, akan tetapi hatinya sangat sakit mengingat betapa terobsesinya pria ini pada Laila. "Bisa saja kau hanya obsesi liar padaku, kau sungguh membuat lelucon setiap waktu." "Bagaimana denganmu? Jonathan cemburu karena kau juga terobsesi dengan Laila?" "Hah, itu tidak benar," pria itu langsung menepis anggapan Meena. "Sudahlah, kau mau pacaran denganku atau tidak? Kalau enggak maka aku masih akan menggodamu seperti biasa." "Oh Meena, kenapa kamu..." "Aku penasaran, saat aku melihatmu, aku merasa hidupku bakal damai sepanjang hidupku," ujarnya serius. "Baiklah, mari kita lakukan. Apa kau bisa menjadikan aku berguna seperti itu. Menjadi lelaki yang membuat hidupmu damai sepanjang masa." "Apa kau serius?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh Enam

    Meena benar-benar dibuat takjub dengan penampilan Wiliam. Pakaian kasual membuatnya terlihat semakin berbeda. Matanya sampai tak berkedip menatap pria itu. "Kamu keren sekali dengan pakaian itu, siapa yang tau kalau kamu ini seorang dokter," cicit Meena membuat Wiliam tertawa. "Jangan melucu terus Meena, apa hidupmu tak bisa sedikit serius?" ujarnya, meskipun sebenarnya ia cukup menikmati keceriaan Meena saat ini. Gadis itu hanya nyengir dan masuk ke dalam untuk mengganti pakaiannya. Meena bergegas dengan merias dirinya. Polesan sederhana dan juga pakaian yang sama kasualnya, membuat mereka berdua semakin serasi. "Sayang, kalau mau beli makanan, aku mau salad buah aja ya, tapi... kau mau apa?" "Siapa bilang kita mau makan sayang, kita kan mau ke rumah pasien yang rawat jalan, kebetulan dia minta tolong buat ganti infus, maklum masih kerabat teman dekatku. Nggak apa ya?" "Ah, begini rasanya punya pacar dokter. Baiklah, aku akan menemanimu meskipun harus ke ruang operasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Sang Pewaris Buta    Delapan Puluh Tujuh

    Nasehat Jono seperti seorang ayah kepada putrinya. "Kau sungguh Pak tua," cibir Meena. "Meena,. bisakah kau membantuku? Pekerjaanku hampir berantakan karena kesibukanku di rumah sakit. Kalau kau bisa maka setidaknya akan meringankan tugasku." Meena tersenyum bangga, "Tentu saja aku bisa, jangan kuatir, aku orang yang paling bisa diandalkan, oke?" Jono menatap tak percaya dengan sikap percaya diri Meena. Pantas saja ibunya menyukai gadis periang dan selalu optimis ini. Bahkan dia juga sangat mudah dan tanggap dalam sebuah pekerjaan. Lama mereka terlibat dalam urusan kantor hingga panggilan di ponsel Meena berdering. "Hubby Call..." tertera di layar dengan profil potret Wiliam dan Meena berpose di sebuah tempat. Jono bisa melihatnya dengan jelas saat Meena segera mengangkat panggilan itu. (Hubby... ada apa?) sapa Meena manja seperti biasa. (Ini sudah waktu makan siang, kamu ada di mana sayang?) (Oh, aku sedang merapikan berkas di kantor Jonathan, sebentar lagi aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

DMCA.com Protection Status