Home / Fantasi / Sang Penguasa / bab 31: Pengkhianatan di Balik Tirai

Share

bab 31: Pengkhianatan di Balik Tirai

Author: Alyssa123
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sementara pemberontakan di Myrdan mulai menunjukkan dampaknya, ketegangan juga merambat ke Istana Utara di Edholm. Malam itu, Lady Seraphine duduk di ruangan pribadinya, ditemani sebotol anggur merah yang setengah penuh. Cahayanya diterangi hanya oleh lilin-lilin yang redup, membuat bayangannya melayang di dinding-dinding megah ruangan. Dia memutar gelas anggurnya dengan tenang, tetapi matanya tetap terfokus pada surat yang baru saja diterima dari agen rahasianya di Myrdan.

"Gudang persediaan terbakar, jembatan Sungai Arven hancur, dan pemberontakan meluas. Hm, tampaknya Rencana Bayangan mulai membuahkan hasil." Seraphine bergumam, senyum kecil menghiasi bibirnya. Meski Raja Rehan mengira dirinya telah menguasai Myrdan, ternyata dia justru menginjakkan kaki di sarang pemberontak yang telah dipersiapkan selama berbulan-bulan.

Valdrik, kepala mata-matanya yang setia, berdiri di sudut ruangan dengan sikap hormat. Wajahnya tenang, tapi matanya mengamati dengan cermat setiap gerak-gerik La
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Penguasa    bab 32: Permainan Bayangan

    Di balik tirai istana Edholm, permainan kekuasaan mulai bergerak dalam dimensi yang lebih gelap. Lady Seraphine, dengan ketajaman pikirannya yang tak tertandingi, duduk di aula pertemuan rahasia yang terletak di bawah menara tertinggi istana. Di hadapannya, tiga tokoh berpengaruh duduk dalam bayangan: Duke Tavin, seorang bangsawan ambisius dengan pengaruh militer yang luas; Countess Ilara, pemimpin fraksi politik di Dewan Utama; dan Lord Armand, pengendali jalur perdagangan utama kerajaan. “Kabar terbaru dari Myrdan sudah sampai,” kata Seraphine tanpa basa-basi. Suaranya rendah namun penuh kekuasaan. “Seperti yang kita prediksi, Raja Rehan terperangkap dalam lingkaran api pemberontakan yang kita ciptakan. Namun, belum cukup untuk menjatuhkannya. Kita membutuhkan gerakan lebih berani.” Duke Tavin menyeringai, mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja marmer yang dingin. “Rehan bisa dikalahkan. Jika kita mengerahkan sebagian besar pasukan elit yang ada di perbat

  • Sang Penguasa    bab 33: Kebenaran yang Tersembunyi

    Di tengah malam yang kelam, hanya bulan yang menjadi saksi gerakan diam-diam pasukan pemberontak. Arlen dan kelompoknya menyusup melalui jalan rahasia di tebing barat, menuju benteng utama pasukan Kerajaan di Myrdan. Setiap langkah mereka terasa berat dan penuh resiko, tetapi inilah momen yang telah mereka tunggu—serangan yang akan menentukan apakah pemberontakan mereka akan menorehkan kemenangan atau musnah tanpa bekas.Di depan mereka, Iris melangkah dengan gesit, seolah dia bisa menyatu dengan bayangan. Gadis berkerudung hitam itu menghentikan langkahnya di depan sebuah celah sempit di dinding batu benteng. Tanpa ragu, ia memanjat dan membuka pintu jebakan yang tersembunyi di lantai atas. Suara pintu itu berderit pelan, lalu berhenti. Di belakangnya, Arlen mengangguk pada Darian dan sisanya.“Kita tidak punya waktu banyak,” Iris berbisik. “Penjaga patroli berikutnya akan kembali dalam lima menit. Masuklah dengan tenang. Jika mereka melihat kita, semuanya akan berakhir.”Satu per sa

  • Sang Penguasa    bab 34: Pertemuan Takdir

    Setelah kekacauan di Myrdan, kabar kehancuran pemberontak menyebar ke seluruh kerajaan. Namun di Istana Utama, ketegangan politik semakin menguat. Lady Seraphine terus memperkuat cengkeramannya di Dewan, sementara Raja Rehan harus menghadapi ancaman dari dalam kerajaannya sendiri.Di sisi lain, Rehan mencoba menemukan kedamaian di antara kekacauan itu bersama Natasya, kekasihnya. Natasya, seorang putri bangsawan dari wilayah utara, adalah satu-satunya orang yang bisa memberinya kenyamanan di saat dunia seolah runtuh di sekitarnya.Istana Utama EdholmRaja Rehan duduk di ruang kerjanya yang luas, tetapi pikirannya jauh dari dokumen-dokumen yang tersebar di hadapannya. Ketidakpastian politik yang melanda kerajaannya semakin menggerogoti kekuasaannya. Jenderal Terek masih sibuk mengatasi sisa-sisa pemberontakan di Myrdan, sementara Lady Seraphine terus menarik tali-tali kekuasaan di belakang layar.Ketika pintu ruang kerjanya terbuka, Natasya masuk dengan langkah lembut, membawa sejuknya

  • Sang Penguasa    bab 35: Kebangkitan rehan sebagai Sang Penguasa

    Pagi yang dingin menyelimuti istana, namun Raja Rehan merasakan api yang berbeda berkobar dalam dirinya. Kekacauan yang melanda kerajaannya, konspirasi di dalam istana, serta ancaman dari luar, telah membangkitkan sesuatu dalam dirinya—sebuah tekad yang tak tergoyahkan. Selama ini, ia membiarkan dirinya terhanyut dalam intrik dan permainan politik yang ditetapkan oleh Lady Seraphine dan para pengkhianat lainnya. Namun kini, ia sadar bahwa hanya ada satu jalan untuk mempertahankan kerajaan dan takhtanya—ia harus menjadi penguasa yang sesungguhnya, seorang raja yang ditakuti dan dihormati.Rehan berdiri di balkon istana, menatap pemandangan kota Edholm di bawahnya. Langit tampak kelabu, mencerminkan ketidakpastian yang membayangi kerajaannya. Di belakangnya, Natasya berdiri diam, menyaksikan perubahan yang terjadi dalam diri kekasihnya.“Apa kau siap menghadapi ini, Rehan?” Natasya bertanya, suaranya tenang namun penuh perhatian.Rehan mengangguk perlahan, tanpa mengalihkan pandangan da

  • Sang Penguasa    bab 36: Membangun Kembali Kerajaan

    Setelah kekalahan Lady Seraphine dan pengkhianat-pengkhianat lainnya, Istana Edholm akhirnya mengalami ketenangan yang sudah lama tidak dirasakan. Namun, Rehan tahu bahwa kedamaian ini hanya sementara jika ia tidak bertindak cepat untuk memperbaiki kerusakan yang telah ditimbulkan. Kekacauan yang disebabkan oleh pengkhianatan, pemberontakan, dan permainan politik yang kotor telah meninggalkan bekas yang dalam di seluruh kerajaan. Kota-kota yang pernah berjaya kini dirundung kemiskinan, para bangsawan saling curiga, dan rakyat menderita akibat kebijakan yang egois dan korup.Sore itu, di aula besar istana, Rehan mengumpulkan para pemimpin baru yang telah disaring dari mereka yang setia dan jujur. Natasya berada di sampingnya, sebagai penasihat paling dipercaya, dan Jenderal Terek berdiri tegak di belakang, melambangkan kekuatan militer yang siap menjaga kestabilan.Rehan membuka pertemuan dengan suara tegas namun tenang. "Kerajaan kita telah melalui masa-masa kegelapan, dan Lady Seraph

  • Sang Penguasa    bab 37: Ketegasan Rehan sebagai Sang Penguasa

    Malam yang tenang di Istana Edholm terasa berbeda kali ini. Seluruh ruangan besar dipenuhi oleh para bangsawan, pejabat, dan prajurit dari seluruh penjuru kerajaan yang berkumpul untuk menghadiri dewan darurat yang dipanggil oleh Raja Rehan. Namun, tak seperti biasanya, tidak ada percakapan yang bergema di antara mereka. Semua orang diliputi keheningan yang mencekam, karena mereka tahu, malam ini akan menjadi malam penentuan.Rehan duduk di singgasananya, posturnya tegap dengan tatapan mata yang keras dan tegas. Cahaya obor yang berderet di dinding menerangi wajahnya, memberikan bayangan yang seolah mencerminkan kekuatan dalam dirinya. Di sampingnya berdiri Natasya, wajahnya penuh ketenangan, tetapi hatinya gelisah. Ia tahu bahwa keputusan yang akan diambil oleh Rehan malam ini tidak akan mudah, tetapi ia percaya pada kebijaksanaan kekasihnya itu.Jenderal Terek, pemimpin militer yang setia, membuka pertemuan. "Yang Mulia," suaranya berat dan penuh hormat, "Sejak kekalahan Lady Seraph

  • Sang Penguasa    bab 38: Ketegasan Rehan Menumpas Para Pemberontak dan Penguasa Tetangga

    Angin malam yang sejuk menyapu Istana Edholm, tetapi suasana di dalam benteng kerajaan jauh dari ketenangan. Rehan berdiri di depan peta besar yang terbentang di meja ruang perencanaannya. Di sana, terlihat garis-garis merah yang menandai posisi pasukan pemberontak yang tersisa dan pergerakan tentara dari kerajaan-kerajaan tetangga yang mulai mengancam perbatasan Edholm. Di sampingnya berdiri Jenderal Terek, bersiap menerima perintah yang akan mengubah nasib kerajaan."Mereka tidak akan berhenti, Rehan," kata Terek dengan nada serius. "Kerajaan tetangga terus bersekutu dengan para pemberontak yang tersisa. Mereka pikir kekuasaanmu masih rapuh. Ini adalah waktu terbaik bagi mereka untuk menyerang, dan jika kita tidak bertindak cepat, kita akan dikepung dari segala penjuru."Rehan memandangi peta itu dengan tatapan tajam. Ia tahu, inilah saatnya menunjukkan kepada semua orang bahwa Kerajaan Edholm bukan lagi kerajaan yang mudah diadu domba. Dengan keteguhan dan ketegasan yang baru ia da

  • Sang Penguasa    bab 39: Penyelesaian Masalah dengan Para Penguasa Kerajaan Tetangga

    Matahari terbit di atas dataran luas Edholm, memancarkan sinarnya yang hangat dan membawa harapan baru. Meskipun ancaman dari para pemberontak telah dihancurkan dan serangan dari kerajaan tetangga berhasil dipatahkan, Rehan menyadari bahwa untuk menjaga stabilitas jangka panjang, ia tidak bisa terus-menerus bergantung pada kekuatan militer. Diplomasi yang cerdas harus dilakukan untuk mengamankan masa depan Edholm.Di aula megah Istana Edholm, pertemuan penting sedang berlangsung. Rehan telah mengundang para penguasa dari Thornmoor, Balharn, dan beberapa kerajaan tetangga lainnya untuk membahas perjanjian damai yang akan menentukan nasib seluruh wilayah. Di sisinya, Natasya duduk dengan tenang, memberikan dukungan moral yang selalu ia butuhkan. Jenderal Terek, seperti biasa, berada di dekatnya, siap untuk menangani segala situasi yang mungkin muncul."Hari ini," kata Rehan sambil berdiri dari singgasananya, "kita berkumpul bukan sebagai musuh, tetapi sebagai pemimpin yang ingin mencipt

Latest chapter

  • Sang Penguasa    bab 49: Awal Kehidupan yang Berbeda

    Masa bayi Luna dan putra Raja Rehan berjalan dalam dua dunia yang berbeda. Di istana, putra Rehan tumbuh dikelilingi oleh kemewahan dan kemuliaan. Setiap langkahnya diawasi oleh pelayan dan pengasuh yang setia, sementara para ahli dan penasihat kerajaan mengawasi perkembangan mental dan fisiknya dengan teliti. Setiap suara tangis dari sang pangeran akan disambut dengan segera oleh orang-orang yang siap menenangkan, memberinya kenyamanan dan perlindungan penuh.Di sisi lain, Luna tumbuh di rumah sederhana di pinggir istana, di dalam lingkungan yang tenang namun jauh dari kemewahan. Ibunya, Rose, menyayanginya dengan segenap jiwa. Meski tidak memiliki semua keistimewaan yang dimiliki pangeran, Luna tumbuh dengan cinta yang tulus. Rose mengajarkan Luna tentang kehidupan sederhana, kerja keras, dan kebijaksanaan. Dari hari ke hari, kecantikan Luna semakin terpancar, dan di balik matanya yang cerah tersimpan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan.Perbedaan Nasib dan Awal PertemuanWaktu ber

  • Sang Penguasa    bab 48: Hadiah untuk Rose dan Kelahiran Luna

    Di luar istana, suasana pagi tak kalah meriah. Di hari yang sama dengan kelahiran pewaris takhta kerajaan Edholm, seorang bayi perempuan lain dilahirkan di dalam benteng pelayan. Bayi itu, meski tidak lahir dari keluarga bangsawan, membawa kebahagiaan yang sama besarnya bagi ibunya, Rose, seorang pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.Bayi itu diberi nama Luna, sebuah nama yang diambil dari sinar rembulan yang menerangi malam kelahirannya. Luna lahir dengan kecantikan alami yang segera membuat banyak orang terpesona. Matanya yang cerah dan kulitnya yang lembut seperti porselen menjadi anugerah bagi Rose, seorang ibu yang penuh cinta dan kebanggaan.Kehamilan yang Diketahui oleh Raja RehanBeberapa bulan sebelum kelahiran ini, Raja Rehan sendiri mengetahui tentang kehamilan Rose secara tidak sengaja ketika ia sedang berkeliling memeriksa persiapan di istana. Melihat perut Rose yang mulai membesar, Raja Rehan berhenti dan menanyakan keadaannya.

  • Sang Penguasa    bab 47: Hadiah dari Kerajaan Tetangga

    Pagi itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan dan antusiasme. Setelah berita kelahiran pewaris takhta tersebar ke seluruh kerajaan, utusan dari berbagai wilayah tetangga mulai berdatangan membawa hadiah sebagai tanda penghormatan dan perayaan. Setiap kerajaan, besar maupun kecil, ingin menunjukkan dukungan dan rasa hormat kepada Raja Rehan dan Ratu Natasya. Mereka mengirim hadiah-hadiah istimewa yang menggambarkan kebesaran dan kekayaan negeri masing-masing.Di aula besar istana, Natasya duduk di kursi kebesarannya, bayi kecilnya beristirahat dalam dekapan lembut. Sementara Rehan berdiri di sisinya, mengawasi jalannya upacara penyerahan hadiah dengan wajah penuh kebanggaan.Hadiah dari Kerajaan EldoriaUtusan pertama yang datang adalah dari Kerajaan Eldoria, salah satu kerajaan tetangga yang paling kuat dan makmur. Mereka dikenal akan seni dan keahlian kerajinan tangan yang luar biasa. Utusan tersebut, seorang pria berusia lanjut dengan jubah keemasan yang disulam dengan

  • Sang Penguasa    bab 46: Hari Pertama Natasya Menjadi Seorang Ibu

    Fajar menyingsing dengan lembut di atas istana Edholm, memandikan dunia dengan sinar keemasan yang hangat. Hari itu, tidak ada yang lebih berarti bagi Natasya selain keheningan pagi yang baru saja pecah oleh suara-suara kecil dari sang bayi yang tengah menggeliat di dalam dekapan hangatnya. Matanya belum terbuka penuh, tapi tubuh mungilnya sudah mencari kehangatan ibunya, insting alami yang menyatukan mereka berdua dalam keajaiban yang begitu murni.Natasya, yang kini telah menjadi seorang ibu, duduk di atas ranjang berkanopi sutra. Wajahnya tampak lelah setelah malam yang panjang, namun kelelahan itu tertutupi oleh cahaya lembut yang terpancar dari sorot matanya. Ia memandangi wajah bayinya—wajah yang begitu sempurna, dengan pipi halus dan bibir mungil yang sesekali bergerak, seolah menggumamkan janji-janji masa depan.Bayi itu adalah anugerah bagi Natasya, namun ia juga membawa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia yang dulu terasa begitu luas dan penuh petua

  • Sang Penguasa    bab 45: Perayaan Sang Pewaris

    Pagi di Edholm kali ini berbeda. Matahari memanjat langit dengan keagungan yang lebih cerah dari biasanya, cahayanya menyinari seluruh sudut kerajaan, menyentuh lembah-lembah hijau dan bukit-bukit emas, memberikan kehangatan yang tak biasa. Udara dipenuhi semerbak bunga musim semi yang dibawa angin lembut, dan di atas sana, burung-burung berkicau seakan turut merayakan peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Edholm.Di seluruh penjuru kerajaan, rakyat bersuka cita. Suara lonceng besar di menara pusat berdentang keras, mengirimkan kabar gembira bahwa anak Raja Rehan dan Permaisuri Natasya telah lahir. Seluruh Edholm bergetar dalam gemuruh perayaan, tak ada seorang pun yang bisa melawan dorongan hati untuk bersorak bahagia. Sebuah era baru telah dimulai, dan bersama kelahiran bayi kerajaan, muncul harapan baru yang begitu dinantikan oleh rakyat yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Rakyat Edholm Bersuka CitaDi pasar-pasar yang biasanya dipenuhi ter

  • Sang Penguasa    bab 44: Sang Cahaya Baru di Langit Edholm

    Malam di Edholm terasa berbeda dari biasanya. Bintang-bintang tampak lebih terang, seolah alam semesta menyaksikan momen yang begitu agung. Angin malam berhembus pelan, menyelusup lembut di antara pepohonan istana, membawa bisikan-bisikan dari zaman yang telah lama berlalu. Di istana megah itu, waktu seakan terhenti; segenap kehidupan seolah tertumpu pada satu titik—di mana Natasya, permaisuri tercinta, tengah berada di ambang keajaiban yang telah lama dinantikan. Di dalam kamar yang dipenuhi cahaya lilin lembut, Natasya terbaring, matanya memancarkan kekuatan dari dalam dirinya. Ia telah melewati perjalanan yang panjang, sembilan bulan yang penuh cinta, harapan, dan impian. Kini, waktunya telah tiba. Tubuhnya adalah samudra yang menggulung gelombang, setiap tarikan napasnya seperti pasang yang naik, memanggil kehidupan yang akan segera hadir. Rehan berada di sisinya, menggenggam erat tangan Natasya, seolah tak ingin melepaskannya pada detik-detik genting ini. Wajahnya tegang, namun

  • Sang Penguasa    bab 43: Dalam Penantian Sang Pewaris

    Malam itu, bulan menggantung rendah di langit Edholm, membasahi tanah istana dengan cahayanya yang lembut dan tenang. Di balkon utama, Raja Rehan duduk seorang diri, memandang horizon yang seolah tak bertepi. Dedaunan di taman istana berbisik pelan dihembus angin malam, namun hati Rehan tak pernah sepi dari suara-suara yang bergemuruh di dalam dirinya.Ia menanti. Penantian yang panjang dan penuh gairah, namun juga penuh kecemasan yang terselubung dalam harapan.Di dalam istana yang megah ini, di kamar yang penuh kehangatan dan cinta, Natasya beristirahat. Perutnya yang membesar adalah bukti dari kehidupan baru yang tumbuh di dalamnya, buah cinta yang lahir dari ikatan mereka berdua—seorang anak, seorang pewaris, seorang yang akan membawa nama Edholm ke masa depan.Rehan sering bertanya dalam hati, bagaimana rasanya memeluk darah dagingnya sendiri untuk pertama kali? Bagaimana wajah anaknya kelak, apakah ia akan mewarisi senyum lembut Natasya, atau mata tajam yang ia miliki? Setiap ma

  • Sang Penguasa    bab 42: Pengumuman Sang Raja - Bebas Pajak Selama Satu Tahun

    Suasana pagi itu di ibu kota Edholm terasa berbeda dari biasanya. Angin sejuk berhembus lembut, membawa serta aroma embun pagi yang menyegarkan. Warga berkumpul di alun-alun utama di depan istana, wajah-wajah mereka dipenuhi dengan rasa penasaran dan antisipasi. Kabarnya, Raja Rehan akan memberikan pengumuman penting hari ini, sebuah kabar yang berpotensi mengguncang seluruh kerajaan.Rehan, yang biasanya tampak tegas dan berwibawa, hari itu terlihat penuh kebahagiaan. Berdiri di balkon istana bersama Natasya yang tengah hamil, ia memandang lautan rakyatnya dengan senyum hangat. Suara lonceng besar istana berdentang, menandakan bahwa saatnya bagi Rehan untuk berbicara."Rakyat Edholm yang aku cintai," suara Rehan bergema di seluruh alun-alun, menarik perhatian ribuan warga yang menunggu kata-katanya. "Hari ini, aku membawa kabar gembira yang tidak hanya akan mempengaruhi istana, tetapi juga seluruh kerajaan kita."Sorak-sorai kecil terdengar dari kerumunan. Warga mulai saling berbisik

  • Sang Penguasa    bab 41: Kabar Kehamilan Natasya

    Hari itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan yang tak biasa. Bukan karena kemenangan militer atau keberhasilan diplomasi yang berhasil Rehan raih, melainkan berita yang jauh lebih personal dan mendalam bagi kerajaan. Natasya, kekasih dan pendamping setia Raja Rehan, mengandung anak pertama mereka.Berita itu pertama kali sampai ke telinga Rehan saat ia sedang duduk di ruang singgasananya, memeriksa laporan dari dewan penasihat ekonomi. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Natasya berjalan masuk dengan senyum tipis di wajahnya, matanya berkilau dengan emosi yang tidak biasa."Ada yang harus aku sampaikan, Rehan," ucapnya pelan, namun penuh arti.Rehan, yang biasanya selalu fokus pada urusan kerajaan, langsung menghentikan pekerjaannya dan memandang Natasya dengan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam ekspresi kekasihnya yang membuatnya sadar bahwa ini bukanlah kabar biasa."Apa yang terjadi, Natasya?" tanyanya, dengan nada suara lembut namun penuh dengan rasa ingin tahu.N

DMCA.com Protection Status