Sesuai rencana yang telah disusun bersama Patriak Shen dan Huoyan, Fang mendatangi istana pada malam hari, sebelum acara peringatan hari kematian yang akan digelar keesokan harinya. Pemuda itu menyelinap dari area belakang, pernah tinggal selama beberapa waktu di istana membuatnya mengetahui lokasi-lokasi rahasia tempat itu meskipun sudah tiga tahun lamanya berlalu.
Tidak punya tujuan tertentu sebagai tempat persembunyiannya, Fang memutuskan untuk mendatangi kediamannya dan sang adik dahulu, Lan Xuefeng karena berpikir bisa menghabiskan malam ini di sana. Dikarenakan kebetulan melewati kediaman Li Jianchen, Fang memutuskan untuk memeriksa tempat itu sekalian dan berharap dapat melihat Li Jianchen walaupun dari kejauhan.
Fang bergerak secara perlahan, dari satu tempat ke tempat lain agar tidak ada anggota istana ataupun prajurit yang melihatnya. Setibanya di luar pagar kediaman Li Jianchen, Fang berpikir untuk melihatnya dari lokasi yang lebih tinggi. Ia tidak menduga s
Pagi hari, salju turun tanpa henti menutupi setiap jalanan di Kekaisaran Yang. Bukan hanya itu saja, tetapi pepohonan, bangunan bahkan di setiap sudut tempat terdapat lapisan salju yang tebal. Begitupula di istana, salju terus berjatuhan bersamaan dengan akan dilangsungkannya acara peringatan hari kematian keluarga Kaisar terdahulu, Li Guan. Meskipun badai terus berlanjut, namun semangat warga kota, para prajurit dan pelayan, anggota istana yang terdiri dari keluarga inti, para menteri dan pejabat-pejabat pemerintahan ataupun para tamu undangan tetap bergelora. Kecintaan mereka kepada Li Guan ditunjukkan pada hari itu. Seorang kasim diperlihatkan, memegangi sebuah gulungan kertas yang berisi susunan acara yang akan digelar pada hari itu. Menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru, lalu menghentikannya ke satu arah, pria separuh baya itu mengucapkan sesuatu. "Yang Mulia Kaisar Li telah tiba!" teriaknya, dan terus mengulangi kalimat tersebut dengan suara lantan
Kaisar Li Ning memanggilnya putranya, Li Jianchen untuk maju mendekatinya. Mengikuti perintah sang ayah, Li Jianchen pun berjongkok tepat di sampingnya. Tak lama setelahnya, dua orang pelayan membawa sebuah nampan besar yang di atasnya terdapat sebuah mahkota. Mahkota tersebut merupakan simbolisasi penyerahan tonggak kepemimpinan dari Kaisar Li Ning kepada Li Jianchen. "Silahkan, Yang Mulia!" pinta Kasim yang belakangan diketahui bernama Wei Jun itu. "Jianchen'er, sebagai putra mahkota sudah selayaknya kau mengambil alih pemerintahan menggantikan posisi ayahanda. Meskipun usiamu saat ini masih tujuh belas tahun, tetapi ayahanda yakin dengan kecerdasan serta pengalaman belajar yang kau miliki selama ini, kau mampu menanggung beban tersebut. Ingatlah, menjadi pemimpin tidak membuatmu bisa berlaku semena-mena, melainkan ada tanggung jawab besar yang harus kau laksanakan. Di hadapanmu saat ini adalah sebagian kecil dari rakyat Kekaisaran Yang, di hadapan
"Maaf pendekar, ku pikir kita tidak pernah saling kenal dan tak ada masalah sebelumnya. Lantas apa yang membuat Anda mendatangi istanaku dengan cara seperti ini? Terlebih lagi, merusak acara yang akan kami gelar!" Kaisar Li Ning mempertahankan kewibawaannya, apalagi saat ini banyak orang di istana, membuatnya lebih berani karena berpikir jika ada sesuatu yang terjadi padanya maka orang-orang dunia persilatan tidak akan tinggal diam. Terutama para pemimpin Kelompok Gagak Pembunuh yang selalu bersamanya.Mendengar itu, sosok tersebut tertawa keras yang membuat telinga sebagian orang kesakitan karena bersamaan dengan tawanya, terdapat kandungan Qi berjumlah besar. Dan yang paling besar menerima dampaknya adalah Kaisar Li Ning."Luar biasa, kekuatan pendekar ini begitu besar meskipun dari suaranya terdengar seperti seorang pemuda. Kemampuannya juga tinggi, terlihat dari caranya yang mahir menggunakan tenaga dalam." Kaisar Li bergumam di hatinya. Pandangannya menyapukan ke
Semua orang kembali dikejutkan saat sosok bertopeng biru saat melihat dirinya menghilang dari pandangan dan satu kedipan mata berikutnya berada tepat di depan mata Yan Guisha. Tidak hanya itu, sosok tersebut melepaskan sebuah pukulan yang berhasil mendarat tepat di wajah sang lawan. Jbuak! Yan Guisha terlempar dan berhenti saat tubuhnya menghantam patung kuda yang berada di dekat tangga istana. Saking kerasnya benturan itu, patung kuda yang terbuat dari batu pilihan pun hancur berkeping-keping. "Argh!" Yan Guisha menjerit. Tubuhnya merasakan kesakitan yang luar biasa. Tak hanya itu, darah segar juga mengalir di pinggir bibirnya. Yan Guisha kembali bangkit, dan berniat membalas serangan sang lawan. Namun, segera dihentikan oleh Wei Furen yang terbang mendekatinya. "Sebaiknya kau pulihkan kondisimu. Biar aku yang mencoba menghadapinya." Wei Furen mendorong mundur tubuh Yan Guisha. Tidak ingin membantah ucapan sang senior, Yan Guisha pun hanya bi
"Saudara Fang, apa yang kau katakan tadi … itu bohong bukan? Kau hanya bercanda 'kan?" Li Jianchen bertanya sambil menatap lekat ke arah Fang yang baru saja melepaskan topengnya. Meskipun ada perubahan dari wajahnya, tetapi semua orang masih mengingatnya dengan jelas dan percaya bahwa pemuda tersebut memang Fang yang sama dengan tiga tahun lalu. Mendengar pertanyaan Li Jianchen, Fang menanggapi dengan raut wajah datar. "Apakah aku terlihat sedang bercanda di wajahku, saudara Li?" Sesak! Dada Li Jianchen sakit mendengar pengakuan Fang yang ternyata memang berniat melakukan pembunuhan terhadap ayahnya. Merasakan ada sesuatu yang disembunyikan, Li Jianchen pun kembali bertanya. "Tapi … apa yang membuatmu ingin membunuh ayahku? Bukankah selama ini kalian terlihat baik-baik saja? Apa … apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?" Fang tersenyum tipis mendengarnya, lalu mengubah raut wajahnya menjadi serius dan menatap ke arah kaisar Li dengan lekat. "Ka
Pertarungan Fang dan Menteri Han adalah pertukaran jurus antara pendekar tingkat tinggi membuat manusia biasa tidak bisa melihat pergerakan mereka dengan jelas. Bahkan, di mata para tetua dari sekte-sekte dunia persilatan, gerakan Fang dan menteri Han terlihat seperti dua buah cahaya yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Berbeda halnya dengan Patriak Shen, Patriak Lu, Biksu Tong Tian, dan beberapa pemimpin sekte dunia persilatan serta pemimpin tertinggi Kelompok Gagak Pembunuh, di mata mereka pertarungan Fang dan Menteri Han bisa terlihat dengan jelas. Brak! Bersamaan dengan itu, pertarungan Fang dan Menteri Han berhasil menghancurkan sebuah bangunan. Tak berhenti di sana, keduanya terbang dan melakukan pertarungan di udara. "Kau tidak akan bisa menang melawanku, anak muda." Menteri Han memprovokasi. "Kita lihat saja nanti." Fang membalasnya dengan wajah datar. Setelah menyelesaikan gerakan tangannya, Fang kembali menghilang dari p
Menteri Han berjalan mendekati Fang yang baru saja ingin bangkit setelah terjatuh dari ketinggian, dan pada saat jaraknya tersisa dua tombak, lelaki sepuh itu menghentikan langkahnya. Menatap tajam, ia tersenyum tipis. "Anak muda, kau terlalu berbahaya jika dibiarkan melarikan diri lagi. Untuk itu, kami terpaksa harus menangkapmu dan memberikan hukuman." "Prajurit, cepat tangkap dia!" tambah Menteri Han memberikan perintah. Meskipun hanya mengalami luka ringan, tetap saja membuat Fang melemah, terutama karena telah bertarung melawan beberapa pendekar tingkat tinggi yang membuat Qi-nya cepat terkuras. Sebab itulah, ia tidak dapat bergerak dengan leluasa untuk saat ini. Memasang wajah sedih, Fang terlihat pasrah saat para prajurit istana mendekatinya. Fang berpikir dirinya akan segera tertangkap, tetapi pada satu kedipan mata berikutnya, terdengar suara lantang dari arah kerumunan warga. "Hentikan!" Mendengar itu, jantung Fang berdetak dengan kencang da
Fang memandangi ke arah sang ayah, Li Guan yang tengah dikerumuni oleh warga. Matanya berbinar saat melihat ayahnya masih bisa berdiri dengan gagah, padahal sebenarnya sedang mengalami luka di sekujur tubuhnya. Perlahan, suara keributan warga mulai menghilang di pendengaran Fang, karena saat ini pemuda itu tengah mengingat kembali saat-saat pertemuan dirinya dengan sang ayah.Fang menjalankan misi penyelamatan Li Guan sesuai dengan rencana yang telah dibuat oleh Patriak Shen dan Huoyan. Pemuda itu memasuki kediaman Kaisar Li Ning saat semua orang sedang berkumpul di halaman istana untuk menjalankan ritual acara. Meskipun demikian, tetap ada beberapa prajurit yang berjaga di depan kediaman Li Ning, tapi Fang mampu melumpuhkan dan membuat mereka tidak sadarkan diri dalam satu gerakan.Melangkah lebih jauh, pergerakan Fang kembali terhenti saat dirinya berada tepat di depan pintu masuk. Merasakan ada yang tidak beres, Fang mengalirkan Qi-nya dan dalam waktu singkat sebuah
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung