Keesokan harinya, Fang bangun pagi-pagi sekali, sebelum Lan Xuefeng. Bahkan, Lily dan Shushu yang biasa bangun terlebih dahulu untuk menyiapkan makanan untuk Fang, masih kalah cepat darinya.
Tanpa diketahui orang lain, Pemuda itu kembali mendatangi penjara bawah tanah. Seperti yang dilakukan sebelumnya, Fang memasuki tempat itu menggunakan teknik Sihir Ruang dan Waktu.
Setelah tiba di bagian dalam, Fang pun berjalan seperti biasanya. Ia tidak ingin menggunakan teknik Sihir Ruang dan Waktu untuk langsung tiba di dekat ruangan Kakek Yan, sebab Fang masih berniat menyembunyikan kemampuannya tersebut.
"Anak Muda, tidak ku sangka kau akan datang sepagi ini." Kakek Yan tersenyum tipis. Ia sudah menyadari kedatangan Fang meskipun Pemuda itu masih cukup jauh.
Membalas senyuman, Fang mengangguk pelan. "Aku pernah mendengar pepatah kuno, jika ada hal yang baik maka segerakan, agar tidak ada penyesalan. Dan jika ada hal yang buruk, maka perlambat lah, mungkin saja a
"Fang'er, apakah kau tau tentang berlatih tanding pikiran?"Mendengar itu, Fang menggeleng pelan. Ini kali pertama dirinya mendengar sesuatu tersebut. "Apakah itu mungkin, Kakek Yan?" tanyanya penasaran.Mengangguk pelan, Kakek Yan berkata, "Bisa, ini bagian dari latihan juga. Latihan ini jarang diketahui orang, karena memang hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya. Bisa dikatakan, latihan pikiran ini termasuk teknik ilusi."Menjelaskan lebih jauh, Kakek Yan berkata lagi, "Latih tanding pikiran ini tidak terlalu sulit dilakukan. Hanya sama harus memahami tentang teknik ilusi. Fang'er, apakah kau mengetahui sesuatu tentang ilusi?"Mengangguk pelan, Fang menjelaskan bahwa dirinya juga berlatih beberapa teknik ilusi. Tanpa diminta, Fang pun menunjukkan ilmu Dua Belas Jiwa. Setelah Kakek Yan melihatnya, Fang menarik kembali jurusnya tersebut.Kakek Yan terkejut juga terkesima dengan yang dilakukan Fang beberapa waktu lalu. Ia tidak menyangka
Pertukaran jurus antara Fang dan Kakek Yan semakin sering terjadi, mengakibatkan lapangan yang di tumbuhi rerumputan yang tadinya terlihat segar kini berganti dengan lubang-lubang di banyak tempat. Saat ini, Fang tengah berjongkok lemas sambil memegangi dadanya sebab beberapa waktu lalu Kakek Yan kembali berhasil melukainya. Di sisi lain, Kakek Yan masih bersikap prima. Sampai saat ini, belum ada satupun serangan yang dapat didaratkan Fang ke tubuhnya. Hal ini membuatnya tersenyum penuh makna. "Fang'er, ku akui seranganmu cukup bagus. Tapi, masih mudah ditebak. Coba keluarkan jurus lainnya. Aku ingin melihat." Kakek Yan menatap tajam ke arah Fang. Menggertakkan gigi, Fang kembali bangkit sambil menyekah darah yang mengalir di pinggir bibirnya. "Baik, Kakek Yan terima seranganku ini." Bersamaan dengan itu, Fang bergerak dengan cepat berlari ke arah Kakek Yan. Di tengah pergerakannya, Pemuda itu merubah tubuhnya menjadi sebelas bagian lainnya. Itu adala
Fang mengeluarkan jurus keempat dari teknik tujuh pedang penggetar langit, yaitu Pedang Seribu Petir. Dalam sekejap mata, pedang yang dilemparkan ke udara itu berubah menjadi dua, dari dua menjadi empat dan sampai menutupi sebagian langit yang ada diatasnya.Kakek Yan sendiri tersenyum simpul dan kembali mengalirkan Qi ke cakram miliknya. Tak berapa lama, cakram itu kembali berputar dan lebih kencang daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, benda tersebut juga memancarkan kekuatan yang di luar nalar.Bersamaan dengan itu, Fang menjentikkan jari telunjuknya dan sejenak kemudian pedang-pedang yang berada di udara itu mulai bergerak seperti memiliki pemikirannya sendiri. Dalam satu tarikan napas, pedang-pedang tersebut berbenturan dengan dinding energi yang dibuat Kakek Yan, menyebabkan getaran hebat yang menimbulkan gempa kecil juga ledakan yang lebih besar daripada sebelumnya.Bam!Duar!Fang terlempar puluhan meter sebelum terbaring di atas rerumputan
Belum pulih sepenuhnya dari keterkejutan yang dialami sebelumnya, kali ini Fang kembali dikagetkan saat Kakek Yan membawanya ke tempat mereka bertarung sebelumnya. Bagaimana tidak, Pemuda itu melihat lokasi yang ditinggalkan sebelum ia tidak sadarkan diri penuh dengan lubang-lubang di beberapa bagian, kini sudah tidak terlihat lagi. Tempat itu seperti tidak pernah mengalami kerusakan sedikitpun.Kebingungan dengan hal yang dilihatnya, Fang pun memberanikan diri untuk bertanya. "Kek, apakah Anda tidak salah tempat?"Tersenyum kecil lalu menggeleng pelan, Kakek Yan menjawab pertanyaan itu. "Tidak, Fang'er. Ini benar-benar tempat pertarungan kita sebelumnya."Raut wajah Fang berubah dipenuhi dengan kerutan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihat juga didengarnya itu. Bagaimanapun juga, ini terlihat seperti mustahil saja.Menyadari wajah Fang yang belum puas dengan jawabannya, Kakek Yan kembali mengatakan sesuatu. "Fang'er, asal kau tahu saja, alam in
Fang berdiri tegak di atas rerumputan itu, sambil memandangi ke satu arah dengan tatapan mata yang tajam. Tak berselang lama, sebuah suara mengisi telinganya yang berasal dari Kakek Yan."Fang'er, aku akan memeragakannya sekali, katakan padaku berapa banyak yang bisa kau dapatkan."Fang mengangguk paham. Sebelumnya, Kakek Yan memintanya untuk memperhatikan Pria sepuh itu dan mempelajari jurus-jurus yang akan ia tampilkan. Setelah melihat anggukan dari Fang, Kakek Yan pun memulai jurusnya.Pria sepuh itu membuat kuda-kuda, lalu mengangkat kedua tangan ke atas. Setelah itu, kembali menariknya ke bawah. Satu tarikan napas kemudian, mengedarkannya ke kiri dan kanan secara bergantian. Saat kedua tangannya berada kembali di tengah, air mulai muncul dari ruang hampa.Perlahan tapi pasti, air itu terus membesar. Dari yang awalnya satu titik kecil, kini sudah berubah menyerupai bulatan yang setara dengan sebuah kepala manusia dewasa. Tak berhenti di sana, air itu
Belum sempat Fang dan Kakek Yan mencapai ke tempat tujuan mereka, tiba-tiba keduanya mendengar suara langkah kaki. Bukan dari dalam alam mimpi, melainkan langkah kaki tersebut berasal dari luar. Menoleh ke Fang, Kakek Yan berkata, "Fang'er, tampaknya kita harus mengakhiri latihan ini sekarang. Aku yang mendekat." Mengangguk pelan, Fang membalas ucapan tersebut. "Baiklah, Kek!" timpal Fang, sebab ia juga mendengar suara tersebut. Sesaat kemudian, Fang dan Kakek Yan sama-sama membuka matanya. "Fang'er, sekarang kau pergi dulu." Pria sepuh itu tersenyum penuh makna. Melihat itu, Fang menaikkan sebelah alisnya. Ia menyadari bahwa Kakek Yan sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki teknik Sihir Ruang dan Waktu. Berbekal pemikiran itu, Fang pun segera meninggalkan tempat itu dalam satu tarikan napas kemudian sudah berada di luar penjara. "Ternyata Kakek Yan sudah menyadarinya. Tampaknya aku tidak dapat menyembunyikan apapun darinya." Pemuda itu tersenyum pahi
Setelah kepergian Menteri Han, Kakek Yan mendongakkan kepalanya ke atas memandangi langit-langit penjara sembari memegangi guci arak yang isinya kini tinggal seperempat saja. Pria sepuh itu menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan berat. Ia kemudian menenggak Arak Seribu Kenangan yang tersisa, lalu meletakkan gucinya di depan kaki.Kembali menarik napas panjang, Kakek Yan kemudian mengingat sebuah kejadian di masa lalu. Kejadian yang sebenarnya ingin ia lupakan, namun terlalu sulit untuk dilakukan.Saat itu, Yan Liang muda merupakan seorang kultivator di tempat ia berasal. Mempelajari jalur kultivasi untuk mencapai keabadian yang ingin dicapai semua orang.Berguru di bawah bimbingan gurunya, Yan Liang muda menjadi salah satu kultivator yang terkenal. Ia mulai melakukan perjalanannya dan meninggalkan gurunya saat usianya mencapai tujuh belas tahun. Saat pertama kali ingin meninggalkan sang guru, Yan Liang muda begitu berat melakukannya."Guru, ap
"Hua'er!" Yan Liang berteriak dengan keras, mengakibatkan penginapan yang ia tempati saat itu bergetar hebat bahkan beberapa bagian atapnya melayang sebab dirinya mengalirkan Qi untuk memperkuat jeritannya. Ekspresinya memburuk, dikala ia melihat sebuah sosok tengah tergantung di tengah ruangan.Tidak perlu dipikirkan lagi, sosok itu tidak lain adalah Yinhua, yang pada bagian lehernya terikat sebuah tali. Melihat Yinhua tidak kunjung membuka matanya, Yan Liang segera berlarian dengan langkah berat.Memotong tali itu dengan pisau yang terbuat dari Qi, ia segera menangkap tubuh Yinhua saat gadis itu melayang di udara. Yan Liang kemudian langsung membaringkan tubuh Yinhua dan meletakkan kepalanya di atas pangkuannya."Hua'er, buka matamu. Apa yang terjadi?!" Yan Liang menggoyangkan tubuh Yinhua, namun tetap tidak ada reaksi dari gadis itu. Hal ini membuat Yan Liang panik dan segera mengalirkan Qi-nya. Tapi, Qi yang dialirkan seakan menolak masuk."Hua'er, to
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung