Setelah kepergian Menteri Han, Kakek Yan mendongakkan kepalanya ke atas memandangi langit-langit penjara sembari memegangi guci arak yang isinya kini tinggal seperempat saja. Pria sepuh itu menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan berat. Ia kemudian menenggak Arak Seribu Kenangan yang tersisa, lalu meletakkan gucinya di depan kaki.
Kembali menarik napas panjang, Kakek Yan kemudian mengingat sebuah kejadian di masa lalu. Kejadian yang sebenarnya ingin ia lupakan, namun terlalu sulit untuk dilakukan.
Saat itu, Yan Liang muda merupakan seorang kultivator di tempat ia berasal. Mempelajari jalur kultivasi untuk mencapai keabadian yang ingin dicapai semua orang.
Berguru di bawah bimbingan gurunya, Yan Liang muda menjadi salah satu kultivator yang terkenal. Ia mulai melakukan perjalanannya dan meninggalkan gurunya saat usianya mencapai tujuh belas tahun. Saat pertama kali ingin meninggalkan sang guru, Yan Liang muda begitu berat melakukannya.
"Guru, ap
"Hua'er!" Yan Liang berteriak dengan keras, mengakibatkan penginapan yang ia tempati saat itu bergetar hebat bahkan beberapa bagian atapnya melayang sebab dirinya mengalirkan Qi untuk memperkuat jeritannya. Ekspresinya memburuk, dikala ia melihat sebuah sosok tengah tergantung di tengah ruangan.Tidak perlu dipikirkan lagi, sosok itu tidak lain adalah Yinhua, yang pada bagian lehernya terikat sebuah tali. Melihat Yinhua tidak kunjung membuka matanya, Yan Liang segera berlarian dengan langkah berat.Memotong tali itu dengan pisau yang terbuat dari Qi, ia segera menangkap tubuh Yinhua saat gadis itu melayang di udara. Yan Liang kemudian langsung membaringkan tubuh Yinhua dan meletakkan kepalanya di atas pangkuannya."Hua'er, buka matamu. Apa yang terjadi?!" Yan Liang menggoyangkan tubuh Yinhua, namun tetap tidak ada reaksi dari gadis itu. Hal ini membuat Yan Liang panik dan segera mengalirkan Qi-nya. Tapi, Qi yang dialirkan seakan menolak masuk."Hua'er, to
Setelah meninggalkan Kakek Yan, Fang memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Di sana ia melihat sang adik Lan Xuefeng sedang mengajari Lily dan Shushu ilmu beladiri.Melihat kedatangannya, ketiga gadis itu menghentikan kegiatannya. Mereka secara serempak mendekati Fang dan Lan Xuefeng menyapa Pemuda itu."Fang gege, kau darimana saja? Saat aku terbangun tadi pagi, kami tidak menemukanmu di kamar." Lan Xuefeng memegangi lengan Pemuda itu.Mendengar pertanyaan itu, alis Fang meninggi. Wajahnya juga berkerut menunjukkan sebuah kebingungan. Hal itu tentunya wajar, sebab Fang mengingat dengan benar bahwa ia sudah berlatih selama sebulan penuh. Tapi, dengan ucapan Lan Xuefeng sebelumnya membuatnya berpikir ulang tentang hal tersebut. Tidak ingin terlalu berpikir keras, Fang pun segera menanyakannya."Adik Lan, apa maksudmu?"Mendongakkan kepalanya, Lan Xuefeng menatap lekat wajah Fang yang masih tampak kebingungan. "Ge, apa kau sedang mabuk?" Kini gilir
"Fang'er!" Sekali lagi kata itu keluar dari mulut sang pria paruh baya, diiringi dengan senyuman lebar yang membuat siapa saja melihatnya akan merasakan kehangatan. Sementara itu, Fang terpaku sejenak. Otaknya sedang mencoba mengolah apa yang ia lihat saat ini. Pikirannya berkecamuk, sebab sudah mengingat di mana pernah melihat sosok tersebut. Meskipun tampak ragu-ragu, Fang menatap wajahnya dengan lekat. Setelah itu, ia membuka mulutnya dan mengatakan sesuatu. "Ayah!" Kata itu terdengar pelan dan lirih. Fang sendiri mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengungkapkan kata tersebut. Senyuman pria paruh baya yang tadinya sudah lebar, kini berubah semakin lebar lagi. Mungkin ini kali pertama dirinya tersenyum begitu lebar sampai-sampai ia lupa untuk menghilangkannya. Mengangguk pelan, pria tersebut membuka kedua tangannya dan memberi isyarat kepada Fang untuk mendekatinya. Melihat itu, Fang langsung berlari mendekat dan tanpa ia bisa hentikan, kaki dan
Untuk menghilangkan pikiran tentang ayahnya, Fang memilih kembali mengunjungi Kakek Yan. Saat itu, hari sudah malam. Lan Xuefeng, Lily dan Shushu pun sudah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Memang untuk sekarang, Lily dan Shushu sudah tinggal di kediaman Fang. Kaisar Li memberikan keputusan penuh kepada Fang terkait kehidupan kedua gadis itu untuk membantu kebutuhan sang pemuda sehari-hari. Tidak ingin aksinya diketahui orang lain, Fang memutuskan menyelinap dengan cara menggunakan teknik Sihir Ruang dan Waktu. Dalam satu tarikan napas, pemuda itu sudah berada di dalam penjara. "Fang'er! ungkap Kakek Yan pelan. Seperti biasanya, Kakek Yan sudah mengetahui kedatangan Fang, meskipun saat ini ia tengah memejamkan matanya. Mengangguk pelan, Fang segera mendekati Kakek Yan dan ikut duduk bersamanya. Fang kemudian mengeluarkan dua guci arak dari dalam Gelang Semesta, sebagai kebiasaan dan tanda kedatangannya. Tanpa basa-basi, kedua pria itu meneng
Sebagaimana dengan menghilangnya meninggalkan gelembung-gelembung air, kini sebelum Fang menampakkan diri, ia juga melepaskan gelembung-gelembung air yang sama. Sampai saat ini, Fang masih tidak percaya bahwa dirinya bisa menguasai jurus yang dinamakan 'Sihir Air Abadi' oleh Kakek Yan itu karena pria sepuh tersebut mengatakan bahwa dia sendiri bisa mempelajarinya setelah berlatih selama setahun penuh. Sementara Fang, pemuda itu hanya membutuhkan waktu kurang dari sebulan. Hal itulah yang membuatnya masih tidak menyangka. Namun, tentu saja di balik itu semua ia harus banyak bersyukur, sebab menunjukkan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang jauh lebih baik daripada kebanyakan orang. Fang bertekad dalam hatinya tidak akan menyia-nyiakan kelebihannya itu. Menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan lalu tidak menemukan siapapun, Fang memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Sesuai tujuan awalnya saat di penjara, Fang akan menemui Kaisar Li di ruanganny
Keterkejutan dan rasa tidak percaya bersatu padu di pikiran Fang. Ia masih tidak dapat mengolah apa yang sebenarnya terjadi di depan matanya kali ini. Melihat seorang pemimpin di sebuah kekaisaran berteman dengan para penjahat nomor satu di wilayah itu membuatnya benar-benar tidak dapat menduganya. Namun, mengesampingkan semua itu, tentunya Fang harus terfokus pada yang ada di depan saat ini. Matanya kemudian menatap lekat kepada tiga orang yang baru saja tiba dari ruang kosong, mereka tidak lain yang dikenali sebagai Wei Dafu, Yan Boqiao dan Mu Yinli. Tetapi, tentunya Fang sudah mengenali identitas mereka yang sebenarnya. Satu-satunya wanita yang berada di antara mereka tidak lain adalah Mu Wanli, Pemimpin Kedelapan Kelompok Gagak Pembunuh. Sementara sosok yang dikenali sebagai Wei Dafu tidak lain adalah Wei Furen, Pemimpin Kedua dan yang terakhir adalah Yan Guisha. Di antara ketiganya, Fang sudah pernah bertemu dan berhadapan dengan Mu Wanli dan Wei Furen,
Keributan yang terjadi di ruangan pribadi Li Ning ternyata diketahui prajurit istana, membuat dalam waktu sekejap saja banyak orang berkumpul untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya para prajurit, rombongan petinggi yang mengetahui hal itu juga segera memenuhi lapangan luas di tengah-tengah area istana. Tanpa terkecuali Menteri Han, yang tersenyum penuh makna ketika melihat pertarungan tersebut. Namun, tentu saja dia bersikap seolah tidak mengetahui apapun. Kabar tersebut juga sampai ke telinga Li Jianchen yang saat ini tengah bersama Lan Xuefeng, Lily dan juga Shushu. Tanpa pikir panjang, keempatnya segera menuju lapangan dan menyaksikan Fang yang melayang di udara. "Lihat di sana, bukankah itu para pengawal pribadi Yang Mulia Kaisar." pekik salah satu prajurit yang membuat semua orang di tempat itu mengikuti arah jari telunjuknya. Melihat hal tersebut, Lan Xuefeng menjadi panik. "Saudara Li, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa para senior
Gumpalan air yang berukuran sepuluh kali lipat dari kepala orang dewasa melesat dengan kecepatan tinggi ke arah Wei Furen, Yan Guisha dan Mu Wanli, membuat ketiganya segera mengalirkan tenaga dalam untuk membuat pagar pelindung. Alhasil, pada saat 'Bola Air Jiwa' yang Fang lepaskan hanya tersisa satu tombak lagi dari tubuh ketiga Pemimpin Kelompok Gagak Pembunuh itu, bola tersebut berhenti di udara dan berputar seolah ingin melanjutkan langkahnya namun terhalang oleh sesuatu.Melihat lawannya berhasil menghadang serangannya, Fang tidak tinggal diam. Pemuda itu melepaskan Qi dalam jumlah besar untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dan berharap bisa menembus pertahanan yang ditunjukkan musuhnya.Namun, bukan Qi-nya yang dalam jumlah banyak dan mampu memberikan tekanan lebih besar yang membuat Wei Furen, Yan Guisha dan Mu Wanli mengerutkan kening mereka, tetapi warna Qi yang ditunjukkan Fang menunjukkan warna kuning keemasan."Tenaga dalam jenis apa yang dimil
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung