Para pengawal Ming Rui beserta dirinya sendiri menjadi lebih tenang setelah Fang menjelaskan keinginannya. Ternyata pendekar muda itu sama sekali tidak berniat menyakiti rombongan keluarga bangsawan Ming.
"Kenapa tidak bilang dari tadi? Kalau itu alasannya, aku dengan senang hati menerimanya." Fang mengerutkan keningnya, melihat tingkah laku Ming Rui mengingatkan dirinya pada Li Jianchen. Satu waktu pemuda itu ketakutan melihat Fang, di sisi lain ia tampak akrab dan sudah saling mengenal lama, tentu saja terasa sangat aneh, pikirnya.
"Oh iya, perkenalkan namaku Ming Rui, tuan muda ketiga keluarga bangsawan Ming, penguasa kota Pantai Besar." Pria bermata biru dengan rambut lurus sampai ke bahu itu memperkenalkan dirinya dengan bangga. Wajahnya tampan, berkarisma dan memiliki aura yang baik.
"Jangan heran, aku memang seperti ini. Mudah bergaul, tidak sombong dan tentunya tampan." Ingin sekali rasa Fang memukul kepala pemuda yang sedikit lebih tua darinya itu, namu
Pandangan Fang menatap tajam ke depan, melihat siluet kecil yang berada di tengah-tengah laut. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya pada dermaga yang tak jauh darinya. Pemuda itu pun berjalan mendekat.Fang disambut dengan pemandangan yang cukup menakjubkan dengan ramainya manusia yang berada di dermaga itu. Banyak orang berlalu lalang, dengan membawa barang besar mapun membawa dirinya sendiri.Saat pemuda itu sedang fokus menatap orang-orang yang tengah berjalan menaiki kapal. Tiba-tiba seseorang mendekatinya."Ada yang bisa saya bantu, anak muda." tanya seorang pria tua yang rambutnya sudah dipenuhi setengah uban dengan sopan."Benar Kek!" Fang menganggukkan kepalanya."Bisakah Anda memberitahukan kepadaku jadwal keberangka
Fang melompat ke udara saat perahunya mendadak dihantam ombak yang menggulung tinggi. Pemuda itu kemudian berdiri di atas puing-puing kecil perahunya yang baru saja hancur.Tatapan mata Fang tajam, semua inderanya diaktifkan, dan ia juga meningkatkan kewaspadaannya.Boom!Sebuah ledakan terjadi di tempat Fang berdiri Sebelumnya. Beruntung pemuda itu sempat melompat ke puing-puing perahu lainnya yang melayang di permukaan air.Zash!Ombak kembali meninggi, namun di balik air yang bergelombang tinggi itu, muncul sesuatu berwarna merah muda yang panjang dan kembali menghantam puing-puing perahu tempat Fang berdiri. Namun, pemuda itu tidak seperti sebelumnya, kini kakinya mendarat di benda yang memanjang itu dan terlihat seperti
Meskipun berkali-kali Fang bisa melukai Ular Tujuh Warna, namun makhluk raksasa itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan kalah. Sebaliknya, sosok tersebut bertambah garang dan menghantam apa saja yang ada di dekatnya. Fang harus mengerahkan seluruh tenaganya agar bisa menghindari serangan-serangan yang dilontarkan hewan gaib dalam legenda itu. Fang mengerutkan keningnya, setelah melihat lidah Ular Tujuh Warna yang sebelumnya terpotong kini sudah terlihat seperti semula. Di waktu yang sama, pemuda itu telah menjaga jarak cukup jauh. "Kemampuan regenerasinya begitu mengerikan. Bagaimana aku bisa mengalahkannya atau setidaknya lolos dari sini." Fang memutar otaknya, bermacam simulasi tercipta di kepalanya namun tidak ada yang benar-benar efektif selain mengalahkan hewan gaib tersebut. Jika Fang memilih kabur, dengan kemampuan dan tubuh raksasanya, Ular Tujuh Warna akan dengan mudah menemukan pemuda itu. Tidak punya pilihan lain untuk sekarang, Fang memilih kembali
Fang berniat kembali menjaga jarak dari Ular Tujuh Warna setelah memberinya pil. Namun, ia terlambat karena makhluk raksasa itu sudah melingkarkan badannya ke tubuh pemuda itu. Perlahan tapi pasti, tubuh Ular Tujuh Warna membelit Fang dan membuat pendekar muda itu berusaha melepaskan diri. Akan tetapi, sekuat apapun Fang mencobanya, ia tetap tidak berhasil melakukannya. Fang mengira setidaknya tulangnya akan patah ataupun remuk bahkan tidak mungkin akan meninggal akibat belitan makhluk raksasa tersebut, namun setelah beberapa waktu ia tidak merasakan kesakitan ataupun lainnya. Fang mulai menyadari bahwa Ular Tujuh Warna tidak berniat mencelakainya. "Kau tidak ingin bertarung lagi denganku?" Pemuda itu mendongakkan kepalanya, menatap wajah Ular Tujuh Warna yang masih tampak menyeramkan. Hewan gaib raksasa itu hanya memandangi wajah Fang dengan tajam. Lalu beberapa saat kemudian membuka mulutnya lebar-lebar.
Tabib Tangan Dewa tiba di kediamannya dalam waktu singkat, sebab ia sudah mengetahui rute yang cepat untuk sampai di rumahnya. Lelaki tua itu kemudian memanggil sebuah nama ke arah dalam, "Lan'er? Apakah kau ada di dalam?" Pria sepuh tersebut kembali memanggil sampai tiga kali, barulah ada sebuah suara lembut terdengar yang menyahut dari dalam. "Maaf guru, tadi Lan'er sedang masak. Makanya tidak mendengar panggilan guru." Seorang gadis remaja yang terlihat berusia belasan tahun keluar dari rumah dan mendekati Tabib Tangan Dewa. "Ada apa guru?" Tanya gadis itu penasaran. Parasnya yang cantik masih tetap terlihat meskipun saat ini ia tengah mengerutkan keningnya. "Apakah ada seseorang yang mendekati tempat ini?" Gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak mendengar ata
Kawanan Landak Jarum Beracun itu dengan cepat meninggalkan Fang setelah mengetahui dirinya memiliki kemampuan yang jauh lebih kuat daripada mereka. Fang tidak menyusulnya, karena memang pemuda itu tak memiliki keinginan untuk bertarung maupun membunuh hewan gaib tersebut.Ia hanya melepas dan memastikan bahwa kawanan landak tersebut sudah pergi sepenuhnya, kemudian melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Namun, baru berjalan beberapa saat, Fang kembali harus menghentikan langkahnya sebab ada sekelompok hewan gaib lain yang menghadang dirinya.Lima ekor beruang yang memiliki perawakan tiga kali lipat lebih besar daripada Fang menghadang jalan pemuda itu. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung menyerang Fang tanpa menunggu penjelasan ataupun lainnya."Sepertinya kawanan beruang ini berjenis kelamin perempuan?" Fang menaikkan alisnya, kemudian menyambut satu serangan yang datang.Cakar beruang itu berbenturan dengan tapak Fang, namun karena pemuda
Tabib Tangan Dewa menghentikan langkah setelah melihat sebuah gubuk yang dindingnya terbuat dari papan dan ditutupi atap yang terjalin dari daun rumbai. Rumah itu tak besar namun juga tidak kecil, lebih tepatnya sederhana."Itu tempat tinggalku dan Lan'er selama ini!" Pandangan Fang menyapu sekelilingnya, kemudian melihat seorang gadis yang tengah berlatih ilmu beladiri. Gerakannya lincah dan penuh tenaga meskipun dirinya masih terlihat belasan tahun. Hal itu membuat Fang kagum dan terpana."Adik Lan sudah jauh lebih kuat daripada terakhir kali kami bersama." Fang bergumam dalam hatinya. Gadis itu adalah Lan Xuefeng, adik angkat Fang yang ia temui saat awal-awal keluar dari Hutan Kematian.Di sisi lain, Lan Xuefeng merasakan ada aura kehidupan yang mendekat ke arahnya. Gadis itu menolehkan tubuhnya dan sejurus kemudian diam tak bergerak dari tempatnya.Pandangannya menatap tajam ke arah dua pria yang berjalan mendekat ke arahnya. Seorang lelaki tua yang i
Fang membagikan pengetahuannya tentang tubuh Yin dan Yang. Tubuh Yin adalah dimana kondisi tubuh pemiliknya akan melepaskan aura dingin dari waktu ke waktu. Sebaliknya, tubuh Yang lebih memancarkan aura yang panas dari sekujur tubuh pemiliknya.Bisa dikatakan kedua jenis tubuh ini sangat spesial dan sangat langka. Sebab itulah, ketika seorang pendekar memilikinya, maka mereka akan memiliki kekuatan alami yang dahsyat."Hanya itu?" Fang mengangguk, sebenarnya ia kurang memahami tentang jenis tubuh Yin dan Yang ini.Tabib Tangan Dewa menghela napas lebih berat, dan kemudian menceritakan tentang kedua tubuh ini pada pemuda itu.Benar seperti yang dikatakan Fang sebelumnya, seseorang yang memiliki tubuh Yin dan Yang adalah manusia yang langka, dan akan mendapatkan kekuatan y
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung