Beranda / Urban / Sang Penguasa, Mr. Levon / Adegan di Dalam Ruangan

Share

Adegan di Dalam Ruangan

Penulis: imam Bustomi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 15:42:12

Berselang beberapa menit, Levon dan wanita itu sudah berada di ruangan VVIP dan menuntun Levon menuju kasur. Kurang beberapa langkah, Levon mendorong keras wanita itu sampai terpental ke atas kasur.

“Hei pemuda tampan, bersabarlah dan jangan bermain kasar,” ketus wanita itu kesakitan.

“Siapa namamu, wanita jal*ng?” tanya Levon mempertebal ucapannya.

“Brenda.”

“Oke, Brenda. Malam ini kamu milikku!” seru Levon dengan tatapan menyeramkan sambil berjalan menghampiri Brenda dan menjambak rambutnya.

“Sakit, Tuan. Jangan bermain kasar!” pinta Brenda menahan sakit.

“Bukankah kamu sudah dibayar oleh Fletcher? Jadi aku berhak atas dirimu dan sesuka hatiku melakukan apa saja.”

“Anda sangat mabuk be—berat,” rintih Brenda karena Levon semakin menekan rambutnya.

Levon membanting tubuh Brenda, “Mabuk ataupun tidak, itu bukan urusanmu!” seru Levon sambil dengan tatapan mata seorang penjahat pada Brenda.

Brenda ketakutan, “Dengar, Tuan! Malam ini tubuhku milikmu, aku akan memuaskanmu dengan satu syarat ... jangan bermain kasar.” Ucapan Brenda sangat lembut. Ia berharap Levon luluh.

“Apakah aku tidak salah dengar? Anda tidak berhak memberi syarat apapun karena anda sudah dibayar!” Levon mengangkat dagu dan melebarkan matanya sebagai isyarat akan bermain kasar kepada Brenda.

“Baiklah, Tuan. Lakukan sesuka hatimu,” balas Brenda pasrah dengan gerakan gelisah dan menelan ludahnya sendiri.

Levon membuka pengait ikat pinggang dan menariknya. Kemudian  mencambukkan hingga memunculkan suara tertentu.

“Apa yang akan Tuan lakukan?” tanya Brenda gemetar dengan napas memburu.

“Untuk memukuli tubuhmu sampai memar,” jawab Levon menatap bringas kepada Brenda.

“Ma-maaf, Tuan. Sepertinya anda sudah kelewatan. Aku dibayar untuk memuaskan birahimu, bukan untuk disiksa,” kesal Brenda  dengan menatap arah lain sambil bangkit dari kasur, tetapi Levon segera menghempaskan tubuhnya lagi dengan keras.

“Justru birahiku akan puas ketika menyiksa wanita murahan seperti dirimu!” teriak Levon membuat Brenda merasa terancam.

“Tuan! Aku akan kembalikan uangnya padamu, tapi biarkan aku pergi dari sini.” Brenda memelas dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada.

“Baiklah kalau begitu, berikan uangnya dan kamu boleh pergi.” Levon menurunkan suaranya.

Brenda bangun dan berjalan menuju sofa di sebelah kasur. “Ini uangnya, Tuan.” Brenda menyodorkan uang 500 dolar yang diambil dalam tasnya.

“Rupanya sebelum membawaku kesini, anda sudah kesini terlebih dahulu,” singgung Levon tersenyum kecut melihat tas Brenda berada di dalam ruangan.

Brenda tidak merespon ucapan Levon, ia segera pergi. Di depan pintu ruangan, ia berhenti dan menoleh ke belakang dengan ekspresi sangat kesal, “Orang miskin seperti dirimu memang lebih tertarik pada uang daripada keindahan tubuh seorang wanita.”

Levon menyengir, “Brenda! Dirimu sangat cantik. Aku yakin kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan yang terhormat daripada pekerjaan murahan ini,” nasihat Levon sambil memasang ikat pinggangnya kembali. Brenda berpikir sejenak, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Setelah selesai memakai ikat pinggang, Levon mengambil hp di dalam kantong celana dan menelpon Pulisic “Tunggu di depan bar!” perintah Levon dan langsung menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban Pulisic.

Levon pun bergegas meninggalkan ruangan, di luar bar Pulisic sudah menunggu. Levon masuk ke dalam mobil bagian belakang dan langsung mengambil laptop di sampingnya.

“Apa yang dilakukan si bajingan itu kepada Tuan?” tanya Pulisic sambil melajukan mobilnya.

“Sedikit bersenang-senang. Dia mengira aku masuk ke dalam jebakannya. Dia mengira aku terpengaruh oleh minuman beralkohol. Dia mengira aku mabuk berat, padahal aku hanya berpura-pura saja. Dia mengira aku tidak sadar dengan kalimat terakhir darinya.” Levon menyengir sambil mengutak-atik laptopnya.

“Lalu, apa langkah selanjutnya yang akan Tuan lakukan?” tanya Pulisic penasaran.

“Mencari tahu rencananya,” ucap Levon sambil tetap mengotak-atik laptopnya.

Beberapa lama kemudian, Levon menyeringai menatap layar laptopnya, “Kamu memang pintar, tapi sayang kepintaranmu belum seberapa. Kamu pikir aku sebodoh yang kamu lihat? Kamu pikir akan bisa menghancurkanku? Kamu salah besar!”

“Bajingan itu memang sangat jahat,” geram Pulisic sambil menghentikan mobilnya yang sudah sampai di restoran RDO.

Sebelum Levon masuk ke dalam restoran, ia membagi-bagikan uang 500 dolar yang didapat dari Brenda kepada beberapa anak belasan tahun yang berkeliaran di area restoran. Levon berjalan lagi menuju ke dalam restoran, tetapi sebelum memasuki pintu otomatis, ia dihadang oleh satpam bertubuh besar.

“Maaf Pemuda, restoran ini tidak memberikan makanan gratis untuk seorang gelandangan.” Ucapan si satpam terlihat sopan, tapi tatapannya meremehkan penampilan Levon.

“Aku ingin makan di restoran ini,” ucap Levon lembut.

“Jangan bercanda, anak muda. Makanan dan minuman di restoran ini sangat mahal,” jawab si satpam sambil tertawa keras sampai didengar oleh pengunjung restoran.

“Aku benar-benar ingin makan disini, Tuan!” tegas Levon.

“Sepertinya anda sudah gila. Anda tahu harga satu minuman disini? Mungkin dirimu membutuhkan penghasilan satu tahun kerja untuk membeli satu minuman saja di restoran ini,” ucap si satpam sambil mendorong bahu Levon.

“Tuan! Aku berkata jujur. Di dalam sudah ada temanku yang menunggu. Izinkan aku masuk ke dalam,” ucap Levon memelas.

“Anda sudah melewati batas, membuat kesabaranku hilang. Jangan sampai aku bertindak kasar kepadamu.!” si satpam menggertakkan giginya untuk menakuti Levon.

“Nona Rose....” Levon justru berteriak sekencang mungkin. Si satpam semakin geram kepada Levon. Ia menghampiri dan mengayunkan tangan kanannya ke arah wajah Levon. Pukulan itu hanya sampai di depan wajah Levon karena dengan enteng tangan Levon menepisnya.

“Dengar Tuan! Aku sudah sabar dengan semua perlakuanmu padaku! Jangan membuatku marah dan memaksaku memukulmu!” Levon tiba-tiba memunculkan aura yang menakutkan kepada si satpam. Matanya tajam bak seekor elang membuat nyali si satpam menciut.

Di detik ini, Rose keluar dari restoran karena Levon berteriak memanggilnya. Levon langsung memasang aura orang biasa lagi.

“Levon?” sapa Rose.

“Maaf, Nona. Satpam ini tidak mengizinkanku masuk,” balas Levon sambil menunjuk si satpam.

“Mengapa anda tidak mengizinkan temanku masuk?” tanya Rose setengah memarahi si satpam di depannya.

“Maaf, Nona. Aku pikir dia berbohong.” 

Rose menarik tangan Levon dan membawanya masuk ke dalam. Pengunjung keheranan melihat ada wanita cantik memakai baju bermerk sedang menggandeng seorang yang terlihat gembel. Di dalam juga ada Fletcher yang sudah berada di meja makan. Hatinya langsung tersengat ketika melihat Levon digandeng oleh Rose.

“Levon sudah datang. Jadi silahkan kamu pergi dari sini,” kata Rose pada Fletcher yang sudah sampai dihadapannya sambil tetap menggandeng tangan Levon.

Fletcher marah, tapi beberapa detik kemudian ia tertawa keras, “Hahaha apakah setelah kamu puas bermain dengan Brenda, kamu masih berani datang kesini?”

“Apa maksudmu, Fletcher?” tanya Rose penasaran.

“Apakah kamu tahu, Sayangku. Dia sudah bercinta dengan seorang pelacur di ruangan bar,” jawab Fletcher sambil melirik dengan tatapan sindiran pada Levon.

“Apa yang kau katakan, Tuan?” tanya Levon sambil menggelengkan kepalanya.

“Kau benar-benar manusia sampah, Fletcher. Barusan kau datang kesini menemuiku dan mengatakan Levon menyuruhmu untuk menggantikannya. Dan sekarang kau menuduhnya!” Rose memarahi Fletcher sambil menunjuk-nunjuk dirinya.

“Aku tidak menuduh, Sayangku. Dan kamu akan percaya kepadaku setelah melihat rekaman menjijikkan ini. Rekaman ini akan menunjukkan betapa bejatnya Levon dibalik wajah polosnya itu,” ucap Fletcher tersenyum jahat sambil memberikan hpnya kepada Rose.

Rose mengambil hp dari tangan Fletcher dan membuka rekaman yang dimaksud. Betapa terkejutnya setelah ia memutar rekaman itu, “Dasar otak mesum!”

“Itulah sifat asli si sampah itu,” timpal Fletcher sambil tertawa keras sampai pengunjung restoran memperhatikan mereka dan ingin tahu rekaman apa yang diberikan Fletcher kepada Rose.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
gairah muda dalam cinta nan ceria
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Peringatan Dari Levon

    “Aku membicarakanmu, bajingan!” kesal Rose pada Fletcher sambil mengeraskan suara speaker hp yang sedang memutar isi rekaman video. Lalu, Rose menyodorkan hp itu pada Fletcher.“Apa? Tidak mungkin.” Fletcher terkejut setengah menahan malu setelah tahu rekaman video itu bukan Levon dan wanita jal*ng, melainkan video p*rno. Semua pengunjung yang mendengar, menertawakan Fletcher.“Diam!” teriak Fletcher sambil mematikan hp itu. Fletcher menatap tajam Levon sambil menelepon seseorang.“Kau salah mengirim video, sialan!” umpat Fletcher pada sesorang yang diteleponnya.“Maaf Tuan, sepertinya ada yang menghack isi rekaman itu,” jawab seseorang yang ditelepon Fletcher.“Bangsat!” kesal Fletcher sambil mematikan teleponnya dan menghampiri Levon penuh amarah.“Siapa dibalik semua ini, Sampah? Siapa yang kau suruh untuk menghack isi rekaman video bejatmu bersama wanita

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Levon menceritakan sosok Tuan Leo

    “Ya...?” Rose tidak mengedipkan mata menatap Levon. Ia tidak sabar menunggu jawaban dari Levon.“Saya hanya menebak saja sosok Tuan Leo, setengah memberikan sedikit ancaman kepada Tuan Ethan agar sikapnya tidak semena-mena... tapi mereka justru tertawa dan mengangap ucapanku sebagai lelucon. Saya memang bodoh, tidak pandai mengarang cerita,” jelas Levon menyengir sambil memiringkan kepala menyipitkan mata.Rose menghela napas dan beberapa detik kemudian, ia tertawa sambil menepuk paha Levon, “Rupanya kau sedikit berani juga, Lev. Kau harus belajar lagi untuk meyakinkan sesorang bahwa ucapanmu itu fakta.”“Hehehe”“Aku tahu, kau melakukannya karena dirimu merasa kesal dan—” Rose tiba-tiba berhenti berkata dan bagai mikir seharusnya ia tak mengatakan ini pada Levon.“Dan selalu dihina oleh orang lain ... saya sudah terbiasa dengan itu,” sambung Levon tersenyum menatap

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Identitas Setingan

    “Kau ...?” Rose dan Levon terperangah melihat kehadiran Fletcher, tanpa disadari ia sudah ada di meja makan sebelah.“Dasar Sampah tidak berguna! Bisanya hanya mengkhayal ... Mana mungkin orang miskin sepertimu bisa datang ke ruangan bawah tanah? Alam mimpi pun tidak sudi menerima orang kotor sepertimu!” sindir Fletcher di tempat duduk meja makannya. Ia tertawa sinis pada Levon.“Mengapa kau mengikuti kami, bajingan?” Rose spontan berdiri dan melotot pada Fletcher. Hal itu membuat para pengunjung melirik ke arah mereka.Fletcher berdiri menghampiri mereka, “Duduklah sayang ... Aku mengikutimu karena ingin menjagamu dari niat tangan kotor itu,” pungkas Fletcher lembut sambil melirik Levon dengan mata menyempit.“Ayo kita pergi dari tempat ini, Lev,” kesal Rose pada Fletcher sambil menarik tangan Levon, tetapi Levon tidak berdiri menuruti kemauan Rose.“Nona, makanannya dihabiskan dulu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Hantaman Levon

    “Maafkan aku, Rose. Maafkan jika pertanyaanku menyinggung perasaanmu.” Levon langsung menunduk dan mengatupkan tangan di depan dada. Rose terlihat marah, tetapi detik berikutnya berubah tertawa keras sampai memegangi perut, “Hahaha kau lucu, Lev. Kau seperti mobil tanpa rem.” “Hehehe.” Levon hanya bisa menyengir sambil menggaruk kepala. “Oke! Berhubung kau bertanya banyak sekaligus dengan super cepat maka kujawab juga dengan super cepat ... nama Papaku, Frankie. Nama Mamaku, Evelyn. Papa mempunyai perusahaan industri kimia di Washington. Dan mereka tinggal di rumah Washington agar lebih dekat dengan perusahaan. Seminggu sekali, Papa dan Mama mengunjungiku kesini.” Rose membalas Levon dengan menjawab pertanyaan dengan super cepat. “Oke! Kalau Papamu punya perusahaan, mengapa Rose tidak bekerja disana?” Levon tak mau kalah, ia bertanya lagi dengan super cepat. “Karena aku ingin mandiri dan untuk mencapai terget hidup.” Rose masih men

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Levon Difitnah

    Keesokan hari, Levon berangkat ke kantor dengan peran seperti biasa. Levon langsung pergi menuju ruangan cleaning service untuk mengganti pakaian lusuhnya dengan seragam khusus cleaning service.Saat Levon membuka loker pakaian miliknya, ia kaget dan tak percaya. Di dalam loker ada jam tangan mahal merk Rolex. Beberapa detik, kekagetan Levon berubah menjadi sengiran, “Kau masih ingin bermain denganku? Sepertinya aku harus memberikan pelajaran padamu.” Yang dimaksud Levon adalah Fletcher. Ia tahu, jam tangan mahal yang ada di loker pakaian adalah milik Fletcher. Otak Levon bekerja, ia mengerti jam tangan ini dijadikan alat untuk menjebak dirinya.“Kau licik, Fletcher. Dan sedikit pintar,” gerutu Levon menyeringai sambil mengambil jam tangan.Bersamaan dengan itu, Fletcher, Jackson, dan beberapa staf lainnya datang ke ruangan Levon.“DASAR MALING!” teriak Fletcher menatap marah pada Levon yang sedang mem

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Kerja Buruk Pulisic

    “Coba dipercepat sedikit!” pinta Rose terus menerus mengetukkan jari pada meja komputer.“Baik, Nona.” Ronald mengangguk dan mempercepat rekaman cctv.“Stop!” perintah Rose melebarkan mata ketika isi rekaman menunjukkan seseorang yang mencurigakan.Orang yang dimaksud adalah Jackson. Ia mengendap-endap penuh hati-hati memasuki ruangan cleaning service. Di tangan Jackson terlihat sedang memegang sebuah jam tangan.“Tuan Jackson?” semua orang mulai bertanya-tanya keheranan pada Jackson.“Orang itu bukan aku!” kilah Jackson ragu-ragu membuka mulut dan kaki bergerak-gerak tidak tenang.“Untuk memperjelas, coba di zoom, Tuan,” pinta Levon dengan pandangan tidak terlepas dari layar komputer yang berisi rekaman cctv di depan pintu cleaning service.“Kamu benar, Lev. Cepat, Tuan Ronald!” Rose mempertegas ucapan Levon.“Baik.&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Ethan Mencium Kaki Sang Penguasa

    “Mengapa kau terkejut, Ethan? Tidak ada yang mustahil bagi Tuan Leo. Meski berada di Turki, ia tetap tahu pekerjaan anak buahnya disini!” geram Pulisic mengeraskan rahang memutari Ethan dengan tatapan iblis. “Tuan Leo sangat marah, ada pengunjungnya yang dihina oleh CEO restoran RDO sendiri.”“Ampun, Tuan. Sampaikan permintaan maafku pada Tuan Leo,” balas Ethan memelas sambil menurunkan badannya dan bersujud di kaki Pulisic.“Bukan kakiku yang harus kau cium, Ethan,” respon Pulisic tetap membiarkan Ethan mencium sepatu bersihnya.Ethan mengangkat alis, “Lalu? Siapa Tuan?”“Tuan Leo tidak akan memecatmu, asal kau mencium kaki pengunjung yang kau hina,” jelas Pulisic.Ethan membulatkan mata dan berdiri lagi, “Tidak mungkin, Tuan,” kata Ethan sambil melirik jijik ke arah Levon. Ethan semakin merasa jijik ketika melihat sepetu bekas yang melekat pada kaki Levon. “

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Masalah Perusahaan

    Levon tidak segera merespon ucapan Pulisic. Ia melangkah pada sofa dan mendaratkan pantatnya pada permukaan sofa, “Ceritakan!” perintah Levon dengan tatapan dingin pada Pulisic yang berdiri di hadapannya. “Omset perusahaan LEO Group di bulan ini sedang mengalami penurunan, Tuan,” jawab Pulisic dengan posisi masih berdiri di hadapan Levon. Ia sudah siap mendengar amarah dari Sang Tuan. Biasanya, Levon sangat marah ketika mendengar omzet perusahaan menurun. tidak seperti biasanya, Levon justru menguap mendengar penjelasan Pulisic. Ia tidak menunjukkan amarah sedikit pun, “Aku sangat mengantuk,” ucap Levon santai, lalu menepuk-nepuk sofa kosong disampingnya, “Kemarilah Tuan Pulisic, duduklah disampingku.” Pulisic menurut, ia melangkah dengan rasa takut. Pulisic duduk di samping Levon dengan wajah penuh keringat, padahal di ruangan ini sudah sangat dingin. Levon memang tersenyum, tetapi Pulisic mengartikan senyuman Levon adalah bahaya bagi dirinya. “Menga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28

Bab terbaru

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   240. Akhir Cerita

    Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   239. Angelina Dalam Bahaya

    “Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   238. Angelina Masuk Sendirian

    “Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   237. Rencana Jahat Amelia

    Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   236. Wanita Itu Hanya Umpan

    Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   235. Bukan Sebuah Permainan

    Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   234. Obat Sariawan

    “Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   233. Penyebab Tuan Leo Hampir Terbunuh

    Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   232. Ancaman Bunuh Diri

    “Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me

DMCA.com Protection Status