Home / Urban / Sang Penguasa, Mr. Levon / Peringatan Dari Levon

Share

Peringatan Dari Levon

Author: imam Bustomi
last update Last Updated: 2021-09-07 09:49:43

“Aku membicarakanmu, bajingan!” kesal Rose pada Fletcher sambil mengeraskan suara speaker hp yang sedang memutar isi rekaman video. Lalu, Rose menyodorkan hp itu pada Fletcher.

“Apa? Tidak mungkin.” Fletcher terkejut setengah menahan malu setelah tahu rekaman video itu bukan Levon dan wanita jal*ng, melainkan video p*rno. Semua pengunjung yang mendengar, menertawakan Fletcher.

“Diam!” teriak Fletcher sambil mematikan hp itu. Fletcher menatap tajam Levon sambil menelepon seseorang.

“Kau salah mengirim video, sialan!” umpat Fletcher pada sesorang yang diteleponnya.

“Maaf Tuan, sepertinya ada yang menghack isi rekaman itu,” jawab seseorang yang ditelepon Fletcher.

“Bangsat!” kesal Fletcher sambil mematikan teleponnya dan menghampiri Levon penuh amarah.

“Siapa dibalik semua ini, Sampah? Siapa yang kau suruh untuk menghack isi rekaman video bejatmu bersama wanita jal*ng itu?” hardik Fletcher sambil menarik kerah baju setengah mencekik Levon.

“Apa kau sudah gila , Fletcher?” murka Rose sambil melepaskan cengkeraman tangan Fletcher pada Levon.

“Aku tidak mengerti apa maksudmu, Tuan?” Levon memasang wajah sedih sambil membenarkan kerah bajunya.

“Jangan berpura-pura sok polos, Sampah ... dibalik wajah polosmu itu, kau sangat licik.” Nada suara Fletcher meninggi sehingga terdengar ke luar restoran. Satpam datang menghampiri mereka, tetapi ia tidak berani berbuat banyak karena disana ada sosok Fletcher dan Rose. Alasannya mereka adalah staf perusahaan terbesar di Amerika. Bukan hanya itu, restoran RDO dengan LEO Group mempunyai hubungan yang kuat.

“Mengapa Tuan sangat membenciku? Mengapa Tuan selalu menuduhku?” tanya Levon menatap Fletcher dengan mata sayu.

“Jangan kau dengarkan ucapannya, Lev. Dia seorang bajingan!” tegas Rose, sementara Fletcher semakin geram kepada Levon.

“Sampah!” Fletcher memaki Levon sambil memukul keras pipi Levon sampai berubah warna. Levon memegang pipinya dan merintih kesakitan.

Plak ... Rose refleks menampar Fletcher sebagai balasan perbuatannya pada Levon.

“Rose?” Fletcher terkejut dengan tamparan Rose.

“Sebaiknya kau pergi, bajingan!” seru Rose pada Fletcher sambil menunjuk arah pintu. 

Levon tersenyum dalam hati menyaksikan tamparan Rose pada Fletcher, “Senjata makan tuan, bodoh! Bukan orang lain yang menghack cctv yang ada di ruangan itu, melainkan diriku sendiri.” Levon memang pandai dalam segala hal, termasuk teknologi. Ia mampu menghack cctv dalam waktu yang sangat singkat. Ia menjalankan aksinya di mobil, saat perjalanan dari bar menuju restoran RDO.

Di detik ini, manajer restoran RDO, Tuan Ethan keluar dari dalam dan menghampiri mereka, “Tuan Fletcher? Nona Rose?” sapa Ethan ramah yang sudah sangat mengenal mereka.

“Aku ingin kau mengusirnya dari sini!” Fletcher tanpa basa-basi langsung menyuruh Ethan yang baru datang untuk mengusir Levon. 

“Kau bukan pemilik restoran ini, bajingan!” Rose mengingatkan Fletcher.

“Aku tahu! Pemilik restoran ini dan perusahaan LEO Group sama, yakni Tuan Leo dari Turki. Dan aku memegang peranan penting di perusahaan LEO Group,” ucap Fletcher menyombongkan diri.

“Tidak ada hubungannya,” sahut Rose dengan tatapan jengkel pada Fletcher.

“Jelas ada hubungannya! Perusahaan LEO Group dan restoran RDO memiliki image yang bagus ... Dan kita sudah tahu bahwa restoran RDO terkenal dengan kemewahannya. Yang datang ke restoran ini hanya dari kalangan atas. Aku khawatir jika ada gelandangan yang masuk ke dalam restoran ini, image dari restoran RDO akan hancur,” jelas Fletcher memanas-manasi Ethan sambil melirik sinis ke arah Levon.

“Otakmu sudah konslet, Fletcher. Bicaramu semakin tidak nyambung sama sekali ... Ow ya, dia Levon, bukan gelandangan. Dia juga berkerja di LEO Group.” Rose membela Levon. Ia sangat kesal pada Fletcher.

Fletcher menghiraukan ucapan Rose dan menatap Ethan, “Bayangkan, Tuan Ethan.”

“Kau benar, Tuan Fletcher. Yang boleh datang ke restoran ini hanya dari kalangan atas. Aku tidak mau ada orang rendah seperti dirinya mengotori tempat ini,” ucap Ethan menatap dengan tatapan hina pada Levon. Fletcher menyeringai, ia puas Ethan menuruti kemauannya.

“Saya pikir, Tuan adalah orang terhormat yang tidak mengenal sistem kasta.” Levon kali ini bersuara. Yang tadinya ia menunduk, kini terpaksa mendongak dan menatap kecewa pada Ethan.

"Hahaha...." Justru Ethan dan Fletcher tertawa mendengar ucapan Levon.

“Mengapa kalian tertawa? Ucapan Levon itu benar! Malam ini aku juga kecewa dengan sikapmu, Tuan Ethan,” ucap Rose mengangkat dagu . Ethan dan Fletcher berhenti tertawa.

“Maaf Nona, saya hanya ingin menjaga image restoran ini saja,” kata Ethan ramah pada Rose.

“Saya rasa anda salah menilai Tuan Leo. Saya yakin, Tuan Leo orang yang sangat baik dan tidak mengenal sistem kasta ... saya yakin jika Tuan Leo tahu sifat Tuan Ethan, ia pasti memecat anda,” ucap Levon menatap kecewa Ethan, tetapi lagi-lagi Ethan dan Fletcher tertawa.

“Haha siapa dirimu, Sampah? Aku saja yang menjabat sebagai direktur keuangan sampai detik ini belum tahu sosok Tuan Leo, apalagi dirimu si cleaning service,” tanggap Fletcher sambil tertawa terbahak-bahak.

“Sampah sepertimu memang pandai mengarang cerita,” sambung Ethan sambil menahan tawa.

“Ingat ucapanku, Tuan Ethan. Jika Tuan Leo tahu, ia pasti memecat Tuan!” tegas Levon, tetapi Ethan dan Fletcher menganggap ucapan Levon sebagai lelucon saja. Levon menghiraukannya, ia memilih untuk pergi dari restoran. Rose juga kesal kepada Ethan dan Fletcher, ia mengikuti Levon keluar.

“Mengapa kau ikut keluar, Rose?” tanya Fletcher dengan mata melebar dan menyatukan alis, tetapi Rose menghiraukan dan tetap melangkah keluar. Fletcher tentu semakin kesal dan dendam kepada Levon.

Levon keluar dengan senyuman, ia memikirkan nasib Ethan. Ia ingin tahu, apakah hari esok Ethan masih tertawa terbahak-bahak atau justru akan berlutut di kakinya. Levon juga memikirkan Fletcher, ia tak sabar menunggu permainan selanjutnya dari Fletcher. Sekitar 30 meter dari restoran RDO, Levon berhenti dan duduk di bangku jalan di bawah pohon besar pinggir jalan.

“Jalanmu sangat cepat, Lev,” ujar Rose sedikit ngos-ngos an yang sedari tadi mengikuti Levon.

“Mengapa Nona mengikutiku?” Levon berdiri.

“Aku juga kesal kepada mereka ... Mengapa berdiri? Duduklah!” perintah Rose sambil duduk dan mengatur napasnya. Levon juga duduk disamping Rose.

“Lev?” Rose menoleh ke samping.

“Ya, Nona?” Levon menoleh ke arah Rose.

“Aku sedikit penasaran dengan ucapanmu mengenai Tuan Leo di restoran barusan ... Kau sangat yakin Tuan Leo itu orang yang baik, padahal sampai detik ini tidak ada satu pun yang tahu tentang sosok Tuan Leo,” kata Rose memasang wajah serius setengah penasaran.

“Apakah sosok Tuan Leo sangat misterius? Apakah di internet tidak ada beritanya?” Levon justru juga sangat penasaran dengan sosok Tuan Leo, meskipun ia tahu Tuan Leo adalah dirinya sendiri.

“Hanya berita saja, tidak ada satu pun foto dan video tentang dirinya ... karena jika ada yang berani memasang foto atau video tentang dirinya, maka orang itu akan celaka ... kejam bukan?” 

“Benarkah?” respon Levon setengah tidak percaya.

“Yaa ... Makanya, aku penasaran ... mengapa dirimu mengatakan Tuan Leo itu sangat baik. Apakah kau mengenal sosok Tuan Leo?” Rose menatap tajam Levon.

“Aku ....” Levon menghela napas dan juga menatap tajam Rose. Matanya seakan memberi isyarat bahwa ia akan memberitahu sesuatu pada Rose.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
waspada Dan perhatian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Levon menceritakan sosok Tuan Leo

    “Ya...?” Rose tidak mengedipkan mata menatap Levon. Ia tidak sabar menunggu jawaban dari Levon.“Saya hanya menebak saja sosok Tuan Leo, setengah memberikan sedikit ancaman kepada Tuan Ethan agar sikapnya tidak semena-mena... tapi mereka justru tertawa dan mengangap ucapanku sebagai lelucon. Saya memang bodoh, tidak pandai mengarang cerita,” jelas Levon menyengir sambil memiringkan kepala menyipitkan mata.Rose menghela napas dan beberapa detik kemudian, ia tertawa sambil menepuk paha Levon, “Rupanya kau sedikit berani juga, Lev. Kau harus belajar lagi untuk meyakinkan sesorang bahwa ucapanmu itu fakta.”“Hehehe”“Aku tahu, kau melakukannya karena dirimu merasa kesal dan—” Rose tiba-tiba berhenti berkata dan bagai mikir seharusnya ia tak mengatakan ini pada Levon.“Dan selalu dihina oleh orang lain ... saya sudah terbiasa dengan itu,” sambung Levon tersenyum menatap

    Last Updated : 2021-09-19
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Identitas Setingan

    “Kau ...?” Rose dan Levon terperangah melihat kehadiran Fletcher, tanpa disadari ia sudah ada di meja makan sebelah.“Dasar Sampah tidak berguna! Bisanya hanya mengkhayal ... Mana mungkin orang miskin sepertimu bisa datang ke ruangan bawah tanah? Alam mimpi pun tidak sudi menerima orang kotor sepertimu!” sindir Fletcher di tempat duduk meja makannya. Ia tertawa sinis pada Levon.“Mengapa kau mengikuti kami, bajingan?” Rose spontan berdiri dan melotot pada Fletcher. Hal itu membuat para pengunjung melirik ke arah mereka.Fletcher berdiri menghampiri mereka, “Duduklah sayang ... Aku mengikutimu karena ingin menjagamu dari niat tangan kotor itu,” pungkas Fletcher lembut sambil melirik Levon dengan mata menyempit.“Ayo kita pergi dari tempat ini, Lev,” kesal Rose pada Fletcher sambil menarik tangan Levon, tetapi Levon tidak berdiri menuruti kemauan Rose.“Nona, makanannya dihabiskan dulu

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Hantaman Levon

    “Maafkan aku, Rose. Maafkan jika pertanyaanku menyinggung perasaanmu.” Levon langsung menunduk dan mengatupkan tangan di depan dada. Rose terlihat marah, tetapi detik berikutnya berubah tertawa keras sampai memegangi perut, “Hahaha kau lucu, Lev. Kau seperti mobil tanpa rem.” “Hehehe.” Levon hanya bisa menyengir sambil menggaruk kepala. “Oke! Berhubung kau bertanya banyak sekaligus dengan super cepat maka kujawab juga dengan super cepat ... nama Papaku, Frankie. Nama Mamaku, Evelyn. Papa mempunyai perusahaan industri kimia di Washington. Dan mereka tinggal di rumah Washington agar lebih dekat dengan perusahaan. Seminggu sekali, Papa dan Mama mengunjungiku kesini.” Rose membalas Levon dengan menjawab pertanyaan dengan super cepat. “Oke! Kalau Papamu punya perusahaan, mengapa Rose tidak bekerja disana?” Levon tak mau kalah, ia bertanya lagi dengan super cepat. “Karena aku ingin mandiri dan untuk mencapai terget hidup.” Rose masih men

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Levon Difitnah

    Keesokan hari, Levon berangkat ke kantor dengan peran seperti biasa. Levon langsung pergi menuju ruangan cleaning service untuk mengganti pakaian lusuhnya dengan seragam khusus cleaning service.Saat Levon membuka loker pakaian miliknya, ia kaget dan tak percaya. Di dalam loker ada jam tangan mahal merk Rolex. Beberapa detik, kekagetan Levon berubah menjadi sengiran, “Kau masih ingin bermain denganku? Sepertinya aku harus memberikan pelajaran padamu.” Yang dimaksud Levon adalah Fletcher. Ia tahu, jam tangan mahal yang ada di loker pakaian adalah milik Fletcher. Otak Levon bekerja, ia mengerti jam tangan ini dijadikan alat untuk menjebak dirinya.“Kau licik, Fletcher. Dan sedikit pintar,” gerutu Levon menyeringai sambil mengambil jam tangan.Bersamaan dengan itu, Fletcher, Jackson, dan beberapa staf lainnya datang ke ruangan Levon.“DASAR MALING!” teriak Fletcher menatap marah pada Levon yang sedang mem

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Kerja Buruk Pulisic

    “Coba dipercepat sedikit!” pinta Rose terus menerus mengetukkan jari pada meja komputer.“Baik, Nona.” Ronald mengangguk dan mempercepat rekaman cctv.“Stop!” perintah Rose melebarkan mata ketika isi rekaman menunjukkan seseorang yang mencurigakan.Orang yang dimaksud adalah Jackson. Ia mengendap-endap penuh hati-hati memasuki ruangan cleaning service. Di tangan Jackson terlihat sedang memegang sebuah jam tangan.“Tuan Jackson?” semua orang mulai bertanya-tanya keheranan pada Jackson.“Orang itu bukan aku!” kilah Jackson ragu-ragu membuka mulut dan kaki bergerak-gerak tidak tenang.“Untuk memperjelas, coba di zoom, Tuan,” pinta Levon dengan pandangan tidak terlepas dari layar komputer yang berisi rekaman cctv di depan pintu cleaning service.“Kamu benar, Lev. Cepat, Tuan Ronald!” Rose mempertegas ucapan Levon.“Baik.&rdqu

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Ethan Mencium Kaki Sang Penguasa

    “Mengapa kau terkejut, Ethan? Tidak ada yang mustahil bagi Tuan Leo. Meski berada di Turki, ia tetap tahu pekerjaan anak buahnya disini!” geram Pulisic mengeraskan rahang memutari Ethan dengan tatapan iblis. “Tuan Leo sangat marah, ada pengunjungnya yang dihina oleh CEO restoran RDO sendiri.”“Ampun, Tuan. Sampaikan permintaan maafku pada Tuan Leo,” balas Ethan memelas sambil menurunkan badannya dan bersujud di kaki Pulisic.“Bukan kakiku yang harus kau cium, Ethan,” respon Pulisic tetap membiarkan Ethan mencium sepatu bersihnya.Ethan mengangkat alis, “Lalu? Siapa Tuan?”“Tuan Leo tidak akan memecatmu, asal kau mencium kaki pengunjung yang kau hina,” jelas Pulisic.Ethan membulatkan mata dan berdiri lagi, “Tidak mungkin, Tuan,” kata Ethan sambil melirik jijik ke arah Levon. Ethan semakin merasa jijik ketika melihat sepetu bekas yang melekat pada kaki Levon. “

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Masalah Perusahaan

    Levon tidak segera merespon ucapan Pulisic. Ia melangkah pada sofa dan mendaratkan pantatnya pada permukaan sofa, “Ceritakan!” perintah Levon dengan tatapan dingin pada Pulisic yang berdiri di hadapannya. “Omset perusahaan LEO Group di bulan ini sedang mengalami penurunan, Tuan,” jawab Pulisic dengan posisi masih berdiri di hadapan Levon. Ia sudah siap mendengar amarah dari Sang Tuan. Biasanya, Levon sangat marah ketika mendengar omzet perusahaan menurun. tidak seperti biasanya, Levon justru menguap mendengar penjelasan Pulisic. Ia tidak menunjukkan amarah sedikit pun, “Aku sangat mengantuk,” ucap Levon santai, lalu menepuk-nepuk sofa kosong disampingnya, “Kemarilah Tuan Pulisic, duduklah disampingku.” Pulisic menurut, ia melangkah dengan rasa takut. Pulisic duduk di samping Levon dengan wajah penuh keringat, padahal di ruangan ini sudah sangat dingin. Levon memang tersenyum, tetapi Pulisic mengartikan senyuman Levon adalah bahaya bagi dirinya. “Menga

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Penguasa, Mr. Levon   Levon Berkata Jujur

    Pada jam istirahat, Levon bergegas pergi ke kantin khusus staf karyawan yang disediakan oleh perusahaan LEO Group yang berada di lantai empat. LEO Group menyediakan kantin agar semua staf karyawan tidak keluyuran pada jam istirahat. Menu di kantin perusahaan ada yang sederhana sampai harga mewah.Disana sudah ada staf karyawan yang lain. Levon disambut cibiran oleh Fletcher, “Wow lihatlah! Si Sampah sudah datang. Apakah kalian yakin mau makan disini? Pasti kalian muntah melihat Sampah ada di sini,”“Lebih baik kau pergi dari sini!” usir Eric dengan tatapan mata menghina. Beberapa hari ini, Eric memang tidak masuk kantor karena sakit.“Ya benar ....” yang lainnya menjawab.“Apa-apaan kalian. Kantin ini diperuntukkan semua staf karyawan tanpa kecuali!” Rose kesal dengan sikap mereka. Ia berdiri dan menghampiri Levon, “Ayo Lev, makan bersamaku.”Levon masih tak bergerak, ia melebarkan b

    Last Updated : 2021-09-28

Latest chapter

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   240. Akhir Cerita

    Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   239. Angelina Dalam Bahaya

    “Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   238. Angelina Masuk Sendirian

    “Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   237. Rencana Jahat Amelia

    Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   236. Wanita Itu Hanya Umpan

    Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   235. Bukan Sebuah Permainan

    Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   234. Obat Sariawan

    “Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   233. Penyebab Tuan Leo Hampir Terbunuh

    Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m

  • Sang Penguasa, Mr. Levon   232. Ancaman Bunuh Diri

    “Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status