Share

3. Tetangga Baru

Penulis: Nebula
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-08 21:04:24

Orang bilang, cinta datang karena terbiasa. Maka Laura akan membuat Darius terbiasa dengan keberadaanya, bukan hanya sebagai sekretaris pria itu di kantor. Tapi juga seorang wanita yang bisa menggeser tahta kekasih pria itu di hatinya.

Atas bantuan Ratu, yang menyetujui rencana yang Laura ajukan. Di sinilah dirinya sekarang. Kepayahan menggeret koper besarnya memasuki sebuah apartemen mewah yang tak pernah dibayangkannya akan menjadi tempat tinggalnya, selama misi berlangsung.

Sepertinya Ratu tak memedulikan harus merogoh kocek tambahan demi melancarkan misi yang tengah Laura emban.

Wanita paruh baya itu benar-benar terobsesi meluluhlantakan hubungan asmara putranya, dengan wanita yang tak direstuinya.

"Kamu bisa menempati unit apartemen yang bersebelahan dengan Darius." 

Orang kaya memang beda. Hanya selang satu hari usai pertemuan keduanya dengan Ratu, mendiskusikan rencana untuk memulai pendekatan dengan Darius. Wanita paruh baya itu mencetuskan ide kepindahan ini. Bahkan mengirimkan orang untuk membantu mengurus semuanya.

Tak seperti pindah rumah yang Laura bayangkan akan sangat merepotkan karena harus membawa barang-barang yang berada di kontrakan sempitnya. Laura hanya cukup membawa baju serta keperluan pribadinya yang lain.

Lagipula kepindahannya ke apartemen mewah yang sama dengan Darius hanya untuk sementara. Setelah misi selesai, Laura akan kembali ke kontrakan kecilnya.

Selain itu, menurut informasi dari orang suruhan Ratu, apartemen yang akan Laura tempati sudah memiliki fasilitas lengkap. Jadi perabotan usang milik Laura yang ada di kontrakan tak perlu ikut di boyong ke sini.

"Kamu harus sering bergentayangan di sekitar Darius. Bukan hanya di kantor. Saya rasa kurang efektif jika hanya mendekatinya di kantor, karena perhatian Darius lebih banyak tersita pada urusan pekerjaan." ucap Ratu mengutarakan pendapatnya. Yang kemudian mengusulkan kepindahan Laura di apartemen yang sama dengan putranya.

Mengembuskan napas lega. Laura berdecak kagum. Apartemen yang di tempatinya bahkan jauh lebih luas dibanding apartemen milik Jihan yang cukup sering disinggahinya.

Demi mengenyangkan rasa penasarannya, Laura berkeliling ke setiap sudut apartemen yang ada di sana. 

Setelah puas berkeliling, Laura berdiam diri di balkon. Menatap langit malam yang tampak cantik. Meluruhkan rasa lelahnya yang sejak tadi merongrong.

Menoleh kearah kanannya. Laura menatap balkon kamar Darius. Tergelitik rasa penasaran. Apa yang tengah pria itu lakukan?

Tapi memangnya Darius ada di apartemennya? Sekarang kan malam minggu. Waktunya menghabiskan waktu dengan pasangan. 

Ya, pengecualian untuk Laura yang menyandang status jomlo.

Suara pintu sliding menyentak Laura. Mengoyak lamunan singkatnya tentang Darius.

Eh, tunggu! 

I—itu Darius?

Mampus! 

Orangnya ada di sana.

Laura panik. Gadis itu kelimpungan. Dia tak mau Darius menangkap keberadaanya begitu saja. Pertemuan mereka harus dibuat sedramatis mungkin agar berkesan dan melekat di pikiran serta hati pria itu.

Entah apa yang merasuki pikiran Laura. Ketika dia langsung tiarap, bak prajurit di medan pertempuran yang tengah menghindari serangan musuh.

Laura harus merayap dengan susah payah demi menghindari Darius. Hingga akhirnya sampai di dalam kamarnya.

Dengan jantung yang masih bergemuruh ribut, Laura bergegas menutup pintu sliding yang menjadi penghubung dengan balkon.

Darius tidak sempat menangkap keberadaanya kan? Iya kan?!

Kenapa pria itu ada di apartemennya? Harusnya dia kencan dengan kekasihnya. Ini kan malam minggu.

Tapi tunggu! Bukankah hal ini justru menguntungkan Laura? Menjadi kesempatannya memulai aksi mendekati Darius.

Melirik penunjuk waktu di pergelangan tangan kirinya, Laura mendapati pukul delapan. Mungkin masih tak terlalu malam untuk mengetuk pintu unit Darius dan memperkenalkan diri sebagai tetangga baru?

Tak mau membuang waktu, Laura segera bersiap. Berganti baju dan memperbaiki penampilannya yang sudah tak keruan.

Siapa tau kan, Laura bisa menghabiskan malam minggu dengan pria itu. Jadi bisa memuluskan aksinya.

Selang beberapa menit, Laura sudah bersiap. Gadis itu mematut diri di depan cermin. Memindai penampilannya yang tak boleh mengecawakan. Dress berwarna lilac di atas lutut memeluk tubuhnya dengan sempurna. Rambut hitam panjangnya dibiarkan tergerai.

Ketika dirasa semuanya sudah sesuai. Laura menyambar kotak berisi kue yang sengaja dibelinya sebagai modus perkenalan tetangga baru.

Berderap keluar menuju unit apartemen Darius yang ada di sebelahnya. Laura menatap gamang pintu di depannya.

Sial! Kemana keberanian yang tadi menggebu-gebu? Kenapa sekarang berguguran hanya karena di hadapkan pintu pria itu.

Berdeham-deham berusaha mengendapkan rasa gugupnya. Laura mencoba untuk melakukan pelatihan lebih dulu.

"Selamat malam, saya tetangga ba—loh! Astaga! Ini Pak Darius? Ya ampun Pak, kok bisa kebetulan begini? Mungkin sudah menjadi garis takdir kita ya?" 

Bagaimana? Apa keterkejutan Laura sudah sangat natural?

Mengangguk-nganggukkan kepala, Laura kembali membayangkan uang seratus juta demi bisa membakar semangatnya.

Menekan bel unit apartemen Darius. Laura menunggu dengan jantung berdegup ribut.

Tapi pintu di depannya masih belum menampakan pergerakan apa pun. Sebagai tanda jika pemiliknya menyadari tengah kedatangan tamu.

Astaga. Kemana bos galaknya? Kaki Laura sudah mulai pegal berdiri sejak tadi.

Kembali menekan bel, Laura menelan paksa rasa dongkolnya.

Awas saja kalau masih tak diacuhkan.

Tubuh Laura menegang. Jantungnya kian jumpalitan seperti menaiki trampolin. Saat terdengar suara pintu yang perlahan terkuak. Memperlihatkan sosok Darius yang berbeda dari biasanya.

Tak ada pakaian formal yang membalut tubuh tegap pria itu. Berganti sebuah kaus putih berlengan pendek yang kian menunjukan bisep kekarnya. Sementara bagian bawah, Darius mengenakan celana hitam panjang bergaris-garis putih kecil, yang tampak nyaman untuk dibawa tidur.

"Ekhm! Ada keperluan apa?" ucap Darius mendapati keterdiaman sosok yang berdiri di depan unit apartemennya.

Tersentak. Laura merutuki diri karena terhipnotis penampilan Darius. Kemana semua kata-kata yang sudah disiapkannya tadi untuk menyapa ramah sebagai tetangga baru?

Merekahkan senyuman terbaiknya, Laura berusaha memunguti fokusnya yang sempat tercecer.

"Selamat malam, saya tetangga baru." duh, tadi gimana ya kata-katanya setelah itu? Kenapa Laura jadi lupa?!

"U—unit kita bersebelahan." dengan gerakan kikuk. Laura mengulurkan tangannya yang sejak tadi memegangi kotak kue. "I—ini, sebagai tanda perkenalan."

Darius menjatuhkan pandangan pada kotak kue yang diulurkan wanita asing yang mengaku sebagai tetangga barunya.

"Hm, ya, terima kasih. Dan, salam kenal."

Mengukir senyuman yang lebih mirip ringisan, Laura mengangguk. Lalu sedikit mendekatkan wajahnya agar Darius terkejut, ketika mengenalinya sebagai sekretaris pria itu.

Tapi tak ada reaksi yang Laura harapkan. Darius justru pamit, "maaf, saya ada urusan. Sekali lagi terima kasih untuk cindera matanya. Permisi, selamat malam."

Brak! 

Pintu ditutup di depan Laura yang membatu.

Mengejap-ngejap, Laura masih mencerna apa yang baru saja terjadi?

Darius tak mengenalinya? Pria itu memperlakukannya seperti orang asing yang belum pernah dikenal.

Mengerang frustrasi, Laura menyentuhkan keningnya di pintu apartemen Darius dengan tubuh lunglai.

Bukan sepenuhnya salah Darius jika tak mengenali Laura. Karena penampilannya sewaktu di kantor memang berbeda.

Menegakan posisi tubuhnya, Laura mengacungkan jari telunjuk di depan pintu apartemen Darius, seolah tengah berbicara dengan pria itu. "Tunggu saja. Gue pasti bisa ngerampok hati lo yang digembok perempuan lain."

Berbalik pergi menuju unitnya sendiri, Laura bersiap menyusun strategi lain.

Bab terkait

  • Sang Penggoda Bayaran   4. Menjadi Pengganggu

    Minggu pagi adalah kesempatan Laura bercumbu lebih lama dengan kasurnya. Tapi berbeda dengan minggu pagi kali ini. Dia sudah bersiap dengan celana training dan kaus yang dirasa nyaman untuk berolahraga. Mengikat rambut panjangnya menjadi kunciran tinggi yang bergoyang mengikuti gerak kepalanya. Laura bersiap melanjutkan misinya.Berbekal informasi dari Ratu, yang mengatakan Darius suka mengikuti car free day untuk berolahraga. Laura memasang alarm lebih pagi agar tak kesiangan.Selesai bersiap. Laura mengisi perut dengan sebungkus roti. Dia belum sempat berbelanja, jadi tak banyak stok makanan di apartemen barunya.Dari balik celah pintu yang sedikit terbuka, Laura mengawasi tetangga unit sebelahnya. Dia yakin Darius belum keluar dari sarangnya. Karena Laura terus mengawasi sejak tadi.Dan ketika target yang dinantikan akhirnya keluar. Laura segera bergerak.Menutup pintu apartemennya, sembari terburu-buru mengejar Darius yang terbalut pakain olahraga. Bahkan dari arah belakang. Pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • Sang Penggoda Bayaran   5. Pemantik Emosi

    "Sepertinya kalian dekat," celetukan itu membuat pergerakan Darius yang hendak memasang sabuk pengaman sempat terinterupsi beberapa detik. Mencerna maksud dari kata-kata yang dilontarkan Regina padanya.Mengela napas, Darius tak segera memberi jawaban. Pria itu memilih melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda untuk memasang sabuk pengaman. Walau tau wanita di sampingnya tengah menekuk wajah masam."Tentu saja kami dekat," balas Darius kemudian. Tapi mungkin dia memilih kata-kata yang kurang tepat. Karena jawaban yang disuguhkan menambah kadar kekesalan kekasihnya. "Laura sekretarisku, ingat?" Tambahnya sebelum Regina memuntahkan kemarahan."Apa hubungannya?""Tentu saja ada, Na. Kami bekerjasama di kantor. Beberapa kali dia ikut makan siang bersamaku saat menemui klien. Atau jika sedang malas keluar untuk mencari makan. Aku biasanya meminta tolong pada Laura memesankan makanan. Dan memberitaunya beberapa hal yang aku kurang suka. Juga makanan yang menajdi pantangan untuk aku maka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Sang Penggoda Bayaran   6. Termakan Umpan

    Sepi meraja. Merayap dan memerangkap dua sosok di dalam mobil yang kini melaju dengan kecepatan sedang. Melalui ekor mata. Laura mencuri pandang kearah Darius. Aroma pria itu menguar kuat, bahkan mengalahkan pengharum mobil. Bukan. Yang menyerbu indra penciuman Laura bukan sesuatu yang membuatnya mual. Justru sebaliknya. Aroma pria itu membuat jantungnya berdegup genit. Kok bisa, orang yang baru selesai olahraga justru menguarkan aroma seksi begini? Sebenarnya sudah terendus setiap Laura berdekatan dengan Darius. Tapi sewaktu di luar masih agak samar. Dan ketika terperangkap berdua dengan pria itu di dalam mobil. Aromanya kian menjadi-jadi. Pantas saja Regina hobi menggelayuti pria itu. Astaga! Fokus! Kenapa pikirannya jadi melantur kemana-mana? Apa aroma tubuh Darius memiliki efek samping mengacaukan pikiran seseorang? Atau hal tersebut hanya berlaku untuk Laura? Aneh. Biasanya dia memiliki imun dan kebal terhadap pria tampan. Buktinya tak pernah kepincut para pria kliennya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-12
  • Sang Penggoda Bayaran   7. Menempeli Darius

    Bahkan dalam mimpi sekali pun, Laura tak pernah membayangkan, apa yang saat ini tengah dilakukannya bersama Darius. Benar-benar bisa terjadi.Pria yang selalu memasang wajah serius. Bahkan garang saat menemukan hal yang menurutnya tak sesuai standar versi dirinya ketika mengurusi pekerjaan, akan bertransformasi bak monster yang begitu ditakuti.Tak terkecuali dengan Laura yang enggan berurusan dengan pria itu di luar persoalan pekerjaan.Sayangnya, takdir menuntun Laura untuk lebih banyak melibatkan diri pada pria yang kini diam-diam dia foto. Ck! Bagaimana bisa seorang pria yang tengah mendorong troli belanja bisa tampak begitu keren? Darius lebih mirip seperti seorang model yang tengah melakukan pemotretan dengan background rak-rak barang yang ada di super market.Pria itu mendorong troli belanja di sampingnya. Mengikuti kemana pun langkah Laura menyusuri setiap rak barang yang tengah ditujunya."Bapak nggak capek?""Capek?" dengan kening mengernyit bingung, Darius menatap gadis y

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-13
  • Sang Penggoda Bayaran   8. Mengacaukan Kencan

    "Loh, Pak Darius? Mau nonton juga?" memasang wajah terkejut, Laura menyapa bosnya. Tentunya pria itu tak sendiri. Ada wanita berambut sebahu yang menggelayut manja dilengan Darius. Tawa bahagia yang sejak tadi mengudara seketika luruh. Mendapati sosok Laura yang menyapa kekasihnya."Iya Lau, kamu mau nonton juga?"Terkekeh sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, Laura memberi anggukan, "iya dong, Pa. Ke bioskop ya mau nonton. Masa nyuci baju?""Sayang, kita makan dulu yuk, filmnya masih satu jam lagi kan? Aku laper," menggoyang-goyangkan lengan Darius yang berada dipelukannya, Regina berusaha mencuri atensi kekasihnya.Ada rasa tak rela melihat perhatian pria itu terbagi untuk wanita lain."Sayang ...." Regina kembali merengek mendapati Darius tak segera menggubrisnya."Yasudah, ayo," jawab Darius, kemudian beralih menatap Laura yang sejak tadi memerhatikan interaksi mereka, "hm, Lau, saya duluan, ya. Selamat menonton.""Ah, oh, iya Pak, terima kasih. Bapak juga selamat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • Sang Penggoda Bayaran   9. Pemeran Tambahan

    "Loh, Pak Darius?"Suara itu bak pemantik ledakan dikepala Regina. Setelah susah payah memperbaiki moodnya. Kini kembali luluh lantak karena keberadaan Laura.Astaga ..., dari sekian banyak film yang terputar di gedung bioskop ini, kenapa harus menonton film yang sama dengannya serta Darius?Bagaimana caranya menjauhkan wanita itu?!Dan lagi, tunggu!A—apa yang wanita itu lakukan?! Kenapa menempati kursi di sisi kanan Darius? Sementara Regina sudah lebih dulu menduduki kursi bagian kiri pria itu.Jadi sekarang, posisi Darius berada di tengah-tengah."Kamu menonton ini juga?""Iya Pak, penasaran dari kemarin tapi masih maju-mundur soalnya belum dapat waktu yang tepat. Akhirnya kesampaian juga. Eh, nggak nyangka Bapak nonton film yang sama. Tau gitu kan, tadi barengan masuk ke sininya."Enak saja! Dia kira Regina sudi?Tentu tidak!Dengan wajah tertekuk kesal, Regina mempererat pelukannya dilengan Darius. Lagipula untuk apa kekasihnya itu melakukan sesi ramah tamah pada Laura?Tidak bia

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Sang Penggoda Bayaran   10. Pertemuan Rahasia

    "Bagaimana perkembangannya?" Ratu melempar tanya. Bahkan di saat pantatnya baru saja mendarat di atas kursi. Tapi seperti biasa, wanita paruh baya itu enggan berbasa-basi."Cukup baik, Bu.""Cukup?" beo Ratu dengan kening mengernyit tak suka. "Itu jelas bukan jawaban yang saya harapkan.""Bu, saya baru memulai pendekatan dengan Pak Darius.""Tapi kalian sudah mengenal lama.""Itu tidak ada korelasinya Bu. Saya bekerja secara profesional sebagai sekretaris Pak Darius. Di luar itu, kami jarang membahas hal yang tak berkaitan dengan pekerjaan."Ratu mengela napas, berusaha menebalkan kesabaran dari rasa kesal yang menggelayuti hatinya."Lalu bagaimana perkembangannya di lapangan? Apa Darius dan perempuan itu masih lengket?"Meringis, Laura tak segera memberi jawaban. Meraih minuman yang tersuguh di depannya. Ia teguk beberapa kali, meletakan gelasnya ke atas meja lagi. Baru kemudian melontarkan jawaban."Cukup sulit memisahkan mereka karena Pak Darius cukup bucin sama pacarnya, Bu.""Ben

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Sang Penggoda Bayaran   11. Mangsa yang Memusingkan

    "Hadeh, gue kira lo hilang dari peradaban," oceh Jihan ketika membukakan pintu apartemennya untuk Laura.Tak segera menjawab. Laura mendorong bahu sahabatnya agar segera menyingkir dan membuatnya bisa memasuki apartemen wanita itu.Mengempaskan tubuh lelahnya di atas sofa, Laura mengembuskan napas lega. Menyamankan diri ketika akhirnya bisa meluruhkan rasa lelah."Capek banget ya nyari duit."Berkacak pinggang di depan sahabatnya yang tengah berleha-leha, Jihan mendengkus, "tumben ngeluh.""Gue juga manusia biasa, yang kadang mengeluh soal hidup. Tapi seringnya disuarakan dalam hati. Nggak koar-koar kayak lo.""Gue nggak ngeluh, cuma curhat sama diri sendiri."Mengibaskan tangan tak acuh, Laura enggan menanggapi ocehan Jihan, "lo ada tamu suguhin minum kek. Panas banget di luar, kasih yang bikin seger, Ji.""Apaan? Sini gue ceburin ke bak mandi biar seger.""Buruan Ji, dehidarasi nih kayaknya gue.""Lo kalau dehidrasi bukan butuh air minum. Tapi segepok uang biasanya.""Itu sih kalau

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22

Bab terbaru

  • Sang Penggoda Bayaran   15. Menanggalkan Formalitas

    "Giliran lo," mengedipkan satu mata, Cindy memberi semangat pada Laura yang tersenyum kaku.Berdiri canggung di depan Darius, Laura berusaha menebas paksa rasa gugupnya.Ingat. Saat ini, pria di depannya bukan atasan di tempat kerjanya. Tapi target yang harus bisa Laura taklukan."Jadi, saya boleh berdansa dengan anda?"Mengulurkan tangan, Darius membalas pertanyaan Laura dengan isyarat jika dia menerimanya."Saya tidak tau kamu teman Cindy?" sembari menggerakan tubuh secara perlahan. Darius mulai membuka obrolan."Bukankah itu sebuah kebetulan yang tak terduga Pak? Oh, atau bisa saya panggil nama saja? Cindy atau pun ibu Pak Darius pasti heran jika saya memanggil anda dengan embel-embel, Pak."Darius mendengkus. Menatap sosok sekretarisnya yang malam ini tampak menawan dengan riasan yang berbeda dari biasanya. Ketika bekerja di kantor atau pun dalam kesehariannya. Tak terlalu tebal, tapi cukup pas dan mampu membuat pangling."Bukankah saya pernah meminta hal itu sama kamu?""Meminta

  • Sang Penggoda Bayaran   14. Memulai Drama

    "Cewek lo mana? Nggak ikut?""Dia sibuk.""Sibuk apa takut ketemu gue sama Tante Ratu?"Mengela napas, Darius menatap sepupunya. Berusaha menebalkan kesabaran yang selalu menipis saat bersinggungan dengan Cindy."Gue nggak mau ribut."Mendengkus sinis, Cindy melirik Darius yang memilih menyibukan diri dengan ponsel. Meminimalisir konfrontasi dengannya."Pelet tuh cewek kenceng banget kayaknya. Bikin lo ketempelan dia bertahun-tahun."Mengela napas gusar, Darius mengantongi ponselnya. Bangkit dari duduknya yang satu meja dengan Cindy. "Kabur lagi? Lo bikin gue tersinggung tau nggak? Berasa virus yang harus dihindari.""Gue cuma berusaha menghargai pesta sepupu kita. Kalau sampai ada ribut-ribut, kasihan Mayang. Pestanya kacau.""Lo dari tadi ngoceh soal ribut. Emang siapa sih yang ngajak ribut? Nggak ada perasaan. Gue datengin meja lo buat ngobrol. Anggap aja menjalin silaturahmi, memperbaiki hubungan kita yang kaku dan dingin kayak balok es."Darius sudah akan kembali bicara. Membala

  • Sang Penggoda Bayaran   13. Meracik Taktik Jitu

    "Kamu Laura?"Suara yang tiba-tiba tertangkap pendengarannya membuat Laura yang seperti anak hilang di tengah keramaian, menolehkan kepala dan memberi anggukan dengan wajah bingung."Ya," menatap wanita asing di depannya, Laura mengerutkan kening, "anda—""Gue Cindy," mengulurkan tangan, ia memperkenalkan diri lebih dulu sebelum Laura menyelesaikan ucapannya.Ah, Cindy sepupunya Darius?Segera membalas uluran tangan gadis itu, Laura mengukir senyuman, "saya Laura.""Jangan terlalu formal," Cindy bersedekap usai jabatan tangan dengan Laura usai. "Jadi lo perempuan bayaran itu?"Laura terbelalak mendengar pertanyaan blak-blkan dari Cindy. Dengan gugup, ia mengedarkan pandangan ke sekitar, khawatir ada yang mencuri dengar."Jangan bahas itu di sini," Laura mengikis jarak dengan Cindy, "dan gue bukan perempuan bayaran," tambahnya sembari mendesis kesal."Tapi Tante Ratu bilang—""Apa kita bisa mencari tempat lain untuk membicarakan hal ini?"Astaga ..., kenapa Ratu harus membagi perjanjia

  • Sang Penggoda Bayaran   12. Masa Lalu yang Merepotkan

    "Masuk!" Darius berseru keras, agar sosok yang baru saja mengetuk pintu bisa mendengar instruksinya.Ketika pintu ruang kerjanya terkuak. Sosok Laura muncul dengan senyuman secerah matahari di jam dua belas siang."Pagi Pak," sapa gadis itu, usai menutup pintu dan mengayunkan langkah. Memasuki ruang kerja Darius."Pagi," Darius membalas singkat, dengan kening yang mengernyit mendapati kedatangan sekretarisnya sembari membawa nampan alih-alih berkas yang biasa diberikan padanya.Berdeham-deham meluruhkan rasa gugupnya. Laura meletakan nampan berisi segelas susu coklat dan sepiring sandwich.Ikut menjatuhkan pandangan pada apa yang disuguhkan Laura. Kernyitan dikening Darius kian dalam, "ini apa?""Susu coklat dan sandwich."Apa pria itu masih mengantuk? Masa iya minuman dan makanan di depannya dia tak tau namanya?Mengela napas panjang Darius menutup laptop yang sudah dipelototinya lima belas menit yang lalu. Sesampainya di kantor dia memang segera mendekam di ruangannya untuk menyeles

  • Sang Penggoda Bayaran   11. Mangsa yang Memusingkan

    "Hadeh, gue kira lo hilang dari peradaban," oceh Jihan ketika membukakan pintu apartemennya untuk Laura.Tak segera menjawab. Laura mendorong bahu sahabatnya agar segera menyingkir dan membuatnya bisa memasuki apartemen wanita itu.Mengempaskan tubuh lelahnya di atas sofa, Laura mengembuskan napas lega. Menyamankan diri ketika akhirnya bisa meluruhkan rasa lelah."Capek banget ya nyari duit."Berkacak pinggang di depan sahabatnya yang tengah berleha-leha, Jihan mendengkus, "tumben ngeluh.""Gue juga manusia biasa, yang kadang mengeluh soal hidup. Tapi seringnya disuarakan dalam hati. Nggak koar-koar kayak lo.""Gue nggak ngeluh, cuma curhat sama diri sendiri."Mengibaskan tangan tak acuh, Laura enggan menanggapi ocehan Jihan, "lo ada tamu suguhin minum kek. Panas banget di luar, kasih yang bikin seger, Ji.""Apaan? Sini gue ceburin ke bak mandi biar seger.""Buruan Ji, dehidarasi nih kayaknya gue.""Lo kalau dehidrasi bukan butuh air minum. Tapi segepok uang biasanya.""Itu sih kalau

  • Sang Penggoda Bayaran   10. Pertemuan Rahasia

    "Bagaimana perkembangannya?" Ratu melempar tanya. Bahkan di saat pantatnya baru saja mendarat di atas kursi. Tapi seperti biasa, wanita paruh baya itu enggan berbasa-basi."Cukup baik, Bu.""Cukup?" beo Ratu dengan kening mengernyit tak suka. "Itu jelas bukan jawaban yang saya harapkan.""Bu, saya baru memulai pendekatan dengan Pak Darius.""Tapi kalian sudah mengenal lama.""Itu tidak ada korelasinya Bu. Saya bekerja secara profesional sebagai sekretaris Pak Darius. Di luar itu, kami jarang membahas hal yang tak berkaitan dengan pekerjaan."Ratu mengela napas, berusaha menebalkan kesabaran dari rasa kesal yang menggelayuti hatinya."Lalu bagaimana perkembangannya di lapangan? Apa Darius dan perempuan itu masih lengket?"Meringis, Laura tak segera memberi jawaban. Meraih minuman yang tersuguh di depannya. Ia teguk beberapa kali, meletakan gelasnya ke atas meja lagi. Baru kemudian melontarkan jawaban."Cukup sulit memisahkan mereka karena Pak Darius cukup bucin sama pacarnya, Bu.""Ben

  • Sang Penggoda Bayaran   9. Pemeran Tambahan

    "Loh, Pak Darius?"Suara itu bak pemantik ledakan dikepala Regina. Setelah susah payah memperbaiki moodnya. Kini kembali luluh lantak karena keberadaan Laura.Astaga ..., dari sekian banyak film yang terputar di gedung bioskop ini, kenapa harus menonton film yang sama dengannya serta Darius?Bagaimana caranya menjauhkan wanita itu?!Dan lagi, tunggu!A—apa yang wanita itu lakukan?! Kenapa menempati kursi di sisi kanan Darius? Sementara Regina sudah lebih dulu menduduki kursi bagian kiri pria itu.Jadi sekarang, posisi Darius berada di tengah-tengah."Kamu menonton ini juga?""Iya Pak, penasaran dari kemarin tapi masih maju-mundur soalnya belum dapat waktu yang tepat. Akhirnya kesampaian juga. Eh, nggak nyangka Bapak nonton film yang sama. Tau gitu kan, tadi barengan masuk ke sininya."Enak saja! Dia kira Regina sudi?Tentu tidak!Dengan wajah tertekuk kesal, Regina mempererat pelukannya dilengan Darius. Lagipula untuk apa kekasihnya itu melakukan sesi ramah tamah pada Laura?Tidak bia

  • Sang Penggoda Bayaran   8. Mengacaukan Kencan

    "Loh, Pak Darius? Mau nonton juga?" memasang wajah terkejut, Laura menyapa bosnya. Tentunya pria itu tak sendiri. Ada wanita berambut sebahu yang menggelayut manja dilengan Darius. Tawa bahagia yang sejak tadi mengudara seketika luruh. Mendapati sosok Laura yang menyapa kekasihnya."Iya Lau, kamu mau nonton juga?"Terkekeh sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, Laura memberi anggukan, "iya dong, Pa. Ke bioskop ya mau nonton. Masa nyuci baju?""Sayang, kita makan dulu yuk, filmnya masih satu jam lagi kan? Aku laper," menggoyang-goyangkan lengan Darius yang berada dipelukannya, Regina berusaha mencuri atensi kekasihnya.Ada rasa tak rela melihat perhatian pria itu terbagi untuk wanita lain."Sayang ...." Regina kembali merengek mendapati Darius tak segera menggubrisnya."Yasudah, ayo," jawab Darius, kemudian beralih menatap Laura yang sejak tadi memerhatikan interaksi mereka, "hm, Lau, saya duluan, ya. Selamat menonton.""Ah, oh, iya Pak, terima kasih. Bapak juga selamat

  • Sang Penggoda Bayaran   7. Menempeli Darius

    Bahkan dalam mimpi sekali pun, Laura tak pernah membayangkan, apa yang saat ini tengah dilakukannya bersama Darius. Benar-benar bisa terjadi.Pria yang selalu memasang wajah serius. Bahkan garang saat menemukan hal yang menurutnya tak sesuai standar versi dirinya ketika mengurusi pekerjaan, akan bertransformasi bak monster yang begitu ditakuti.Tak terkecuali dengan Laura yang enggan berurusan dengan pria itu di luar persoalan pekerjaan.Sayangnya, takdir menuntun Laura untuk lebih banyak melibatkan diri pada pria yang kini diam-diam dia foto. Ck! Bagaimana bisa seorang pria yang tengah mendorong troli belanja bisa tampak begitu keren? Darius lebih mirip seperti seorang model yang tengah melakukan pemotretan dengan background rak-rak barang yang ada di super market.Pria itu mendorong troli belanja di sampingnya. Mengikuti kemana pun langkah Laura menyusuri setiap rak barang yang tengah ditujunya."Bapak nggak capek?""Capek?" dengan kening mengernyit bingung, Darius menatap gadis y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status