Home / Romansa / Sang Penggoda Bayaran / 2. Terkepung Resah

Share

2. Terkepung Resah

Author: Nebula
last update Last Updated: 2022-11-04 01:09:25

Melemparkan diri ke atas tempat tidur. Laura terlentang, sembari menatap langit-langit kamarnya.

Mengembuskan napas gusar. Gadis itu meraih foto seorang pria yang akan menjadi targetnya.

Dari sekian banyak makhluk penghuni bumi. Kenapa harus pria itu?! Kenapa harus Darius Bhalendra, bos galaknya? KENAPA?!

Dan yang lebih gila. Laura sudah membuat kesepakatan dengan Ratu—wanita paruh baya yang baru diketahuinya merupakan ibu dari bosnya.

"Cari mati gue. Astaga Laura! Otak lo pasti ketinggalan pas tadi ketemuan sama emaknya si bos." menjambaki rambutnya sendiri, Laura terus mengocehkan kegusarannya.

Tumpukan uang di dalam koper membuat pikiran Laura tumpul. Tapi setelah menginjakan kaki di kontrakannya, nyali Laura seketika menciut. Kesadarannya yang sempat lenyap terhipnotis uang seratus juta, akhirnya kembali. Apalagi setiap melihat foto Darius yang di dapatkannya dari Ratu tadi.

"Ke dukun aja kali ya, biar bos galak gue langsung klepek-klepek." anggap saja Laura memilih jalur express dalam menaklukan Darius.

Jika biasanya menggunakan wajah cantiknya untuk menjerat para targetnya. Kali ini kepulan asap menyan yang Laura andalkan.

Suara ponsel yang meraung mengisi kamar Laura, membuat gadis itu menghentikan racaun sembari berguling kesana-kemari di atas kasur. Padahal dia belum membersihkan diri setelah dari luar. Melakukan pertemuan dengan klien kelas kakap yang rupanya ibu dari Darius. Tapi pikirannya yang tengah semrawut membuat Laura butuh meluruskan punggungnya sejenak.

Nama yang menghiasi layar ponselnya membuat Laura merubah posisi berbaringnya menjadi duduk bersila di atas kasur.

Ketika Laura mengangkat panggilan, suara sang ibu menyusup masuk ke pendengarannya.

Ada resah yang diam-diam menjamah hati Laura. Mendapati ibunya yang tiba-tiba menghubungi.

Apa ada sesuatu yang terjadi?

Usai mengucap salam dan dibalas oleh Laura. Senyap tiba-tiba saja merayap. Membuat Laura sampai harus menjauhkan sejenak gawainya dari telinga hanya untuk memeriksa, apa sambungan teleponnya dengan sang ibu belum terputus?

Dan memang masih tersambung. Lalu kenapa wanita paruh baya di seberang sana tiba-tiba membisu?

"Halo? Bu?" karena tak juga mendapat respon. Laura yang akhirnya memecah kebisuan diantara mereka.

Apa ibunya lupa, jika mereka sedang terhubung dengan sambungan telepon, bukan saling melakukan telepati? Jadi mana Laura tau maksud ibunya yang tiba-tiba menghubungi jika hanya diam dan tak mengatakan apa-apa, usai mengucap salam.

Suara dehaman menjadi respon sang ibu, lalu berbicara dengan nada ragu. "Nak, Ibu butuh uang." aku Ratih tanpa basa-basi.

"Uang?" beo Laura yang diiyakan Ratih dengan gumaman. "Belum ada setengah bulan aku kirim uang ke Ibu. Apa ada keperluan mendadak biaya sekolah adik-adik?"

Laura berusaha mengendalikan suaranya agar tak terdengar ketus. Meski dia dikepung kekesalan. Uang yang selalu dikirimkannya tak sedikit. Tapi belum ada satu bulan sudah habis?

"B—bukan, Nak." suara Ratih kian mencicit. Wanita paruh baya itu gamang harus mengutarakan alasannya pada Laura.

"Lalu?" dengan kening mengernyit dalam, Laura mulai mengendus kejanggalan. "Uang itu buat suami Ibu?" tanyanya dengan rahang mengetat, dan mencengkram ponsel ditangannya lebih erat.

Kali ini apalagi yang pria tak tau diri itu lakukan?!

"Nak, jangan bilang begitu. Walau bagaimana pun, dia juga Ayahmu."

Ayah? Laura hanya mengakui sosok yang telah terkubur di dalam tanah sebagai ayahnya.

Bukan pria asing yang menikahi ibunya sewaktu Laura masih duduk dibangku SMP, dan menjadi seonggok beban keluarga mereka. Alih-alih menjalankan tugasnya sebagai tulang punggung keluarga. Tapi tugas itu justru diemban sang ibu yang terlalu mudah dirayu suaminya yang manipulatif.

Dan sekarang, tugas menjadi tulang punggung keluarga dilemparkan pada Laura.

"Ibu, maaf Laura menanyakan hal ini. Tapi aku berhak tau."

"S—soal apa?" tanya Ratih gugup, seolah akan diinterogasi.

"Uang yang aku kirim untuk kebutuhan adik-adik, tidak dipakai untuk hal lain kan?"

Laura selalu memberi uang untuk membantu biaya kebutuhan keluarganya di kampung, dan ada juga uang yang dikhususkan untuk biaya sekolah dua adiknya. Laura berpesan pada sang ibu agar tak menggunakan uang untuk sekolah para adiknya. Jika wanita paruh baya itu butuh, lebih baik mengatakannya pada Laura. Tanpa menyentuh uang khusus pendidikan kedua adiknya.

"Bu?" panggil Laura karena Ratih hanya membisu di seberang sana. Sikap ibunya itu hanya memantik kecurigaannya.

"S—sesekali aja, Nak." aku Ratih akhirnya dengan suara mencicit takut. Tapi tetap saja berhasil membuat Laura meledakan kemarahannya.

"Uang yang aku kirim untuk kebutuhan keluarga kita nggak sedikit. Kenapa Ibu masih merampas uang yang aku khususkan sebagai biaya pendidikan adik-adik?" Laura tak bermaksud berbicara kasar. Tapi ketenangannya koyak mendengar pengakuan Ratih.

Sungguh! Dia sangat menyayangi wanita paruh baya itu. Tapi ketika sang ibu terlalu lunak dan mengikuti kemauan pria benalu itu, maka Laura tak bisa lagi menahan diri.

"Kalau memang tidak mau mengirim uang lagi yasudah." dengan suara parau, Ratih membalas ucapan Laura. "Lagipula, Ibu hanya mengambil sedikit. Dan kedua adikmu tak mengalami kendala apa pun dengan sekolahnya."

Mengais sisa kesabaran yang tercecer, Laura berusaha mengendapkan kemarahannya.

"Maaf, bukan begitu maksudku Bu. Aku akan kirimkan uang." mengucap salam, dan setelah mendapat balasan dari ibunya. Laura segera mematikan sambungan. 

Melempar sembarang ponselnya, Laura kembali rebah di atas kasur. Mengela napas panjang, berusaha meredakan sesak yang menghantam perasaanya.

Lebih baik menyudahi dengan cepat, sebelum terlibat pertengkaran lebih hebat dengan ibunya.

Sebagai anak sulung, Laura mengemban tanggung jawab menjadi tulang punggung keluarganya di kampung.

Ayahnya sudah meninggal. Dan Ibunya menikah lagi dengan pria antah berantah yang selalu membuat kepala Laura mendidih. 

Gaji yang Laura dapat dari tempatnya bekerja memang cukup besar. Tapi jika dibagi tiga kebutuhan, seperti kebutuhan hidupanya di perantauan, kebutuhan keluarganya di kampung, dan biaya pendidikan dua adiknya. Maka gaji hasil kucuran keringatnya di perusahaan tetap terasa kurang.

Hal itu juga yang melandasi Laura mengikuti jejak Jihan menjadi penggoda bayaran.

"Kita kan bukan pelakor, Lau. Justru kerjaan kita ini membantu para wanita di luar sana menguji kesetiaan para pasangannya." ucap Jihan atas profesi sampingan yang mereka geluti saat ini.

Entah ide gila dari mana, Jihan menawarkan jasa untuk menggoda para pria. Tapi anehnya, cukup banyak yang tertarik menyewa Jihan. Hingga gadis itu mulai kewalahan karena banyaknya permintaan.

"Lau, lo lagi butuh duit kan?" tanya Jihan sewaktu Laura sempat mengeluhkan kegusarannya karena uang hasil gajinya tak bisa mencukupi kebutuhannya beserta keluarganya di kampung.

"Gue ada tawaran buat lo? Kerjanya pas ada klien yang minta jasa kita aja."

"Lo punya kerjaan sampingan?" 

"Hm, begitulah."

"Apaan? Gue mau dong, Ji." Laura rasa tak ada salahnya mencari uang tambahan. Dan tak hanya terpaku pada gajinya saat ini. 

Jihan meringis, lalu memberitaukan pekerjaan sampingannya, "jadi penggoda bayaran."

"Hah! Lo gila?!" 

Tapi sekarang, Laura ikut terjun ke dalam kegilaan yang Jihan ciptakan. Menjadi penggoda bayaran.

Related chapters

  • Sang Penggoda Bayaran   3. Tetangga Baru

    Orang bilang, cinta datang karena terbiasa. Maka Laura akan membuat Darius terbiasa dengan keberadaanya, bukan hanya sebagai sekretaris pria itu di kantor. Tapi juga seorang wanita yang bisa menggeser tahta kekasih pria itu di hatinya.Atas bantuan Ratu, yang menyetujui rencana yang Laura ajukan. Di sinilah dirinya sekarang. Kepayahan menggeret koper besarnya memasuki sebuah apartemen mewah yang tak pernah dibayangkannya akan menjadi tempat tinggalnya, selama misi berlangsung.Sepertinya Ratu tak memedulikan harus merogoh kocek tambahan demi melancarkan misi yang tengah Laura emban.Wanita paruh baya itu benar-benar terobsesi meluluhlantakan hubungan asmara putranya, dengan wanita yang tak direstuinya."Kamu bisa menempati unit apartemen yang bersebelahan dengan Darius." Orang kaya memang beda. Hanya selang satu hari usai pertemuan keduanya dengan Ratu, mendiskusikan rencana untuk memulai pendekatan dengan Darius. Wanita paruh baya itu mencetuskan ide kepindahan ini. Bahkan mengirimk

    Last Updated : 2022-11-08
  • Sang Penggoda Bayaran   4. Menjadi Pengganggu

    Minggu pagi adalah kesempatan Laura bercumbu lebih lama dengan kasurnya. Tapi berbeda dengan minggu pagi kali ini. Dia sudah bersiap dengan celana training dan kaus yang dirasa nyaman untuk berolahraga. Mengikat rambut panjangnya menjadi kunciran tinggi yang bergoyang mengikuti gerak kepalanya. Laura bersiap melanjutkan misinya.Berbekal informasi dari Ratu, yang mengatakan Darius suka mengikuti car free day untuk berolahraga. Laura memasang alarm lebih pagi agar tak kesiangan.Selesai bersiap. Laura mengisi perut dengan sebungkus roti. Dia belum sempat berbelanja, jadi tak banyak stok makanan di apartemen barunya.Dari balik celah pintu yang sedikit terbuka, Laura mengawasi tetangga unit sebelahnya. Dia yakin Darius belum keluar dari sarangnya. Karena Laura terus mengawasi sejak tadi.Dan ketika target yang dinantikan akhirnya keluar. Laura segera bergerak.Menutup pintu apartemennya, sembari terburu-buru mengejar Darius yang terbalut pakain olahraga. Bahkan dari arah belakang. Pria

    Last Updated : 2022-11-08
  • Sang Penggoda Bayaran   5. Pemantik Emosi

    "Sepertinya kalian dekat," celetukan itu membuat pergerakan Darius yang hendak memasang sabuk pengaman sempat terinterupsi beberapa detik. Mencerna maksud dari kata-kata yang dilontarkan Regina padanya.Mengela napas, Darius tak segera memberi jawaban. Pria itu memilih melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda untuk memasang sabuk pengaman. Walau tau wanita di sampingnya tengah menekuk wajah masam."Tentu saja kami dekat," balas Darius kemudian. Tapi mungkin dia memilih kata-kata yang kurang tepat. Karena jawaban yang disuguhkan menambah kadar kekesalan kekasihnya. "Laura sekretarisku, ingat?" Tambahnya sebelum Regina memuntahkan kemarahan."Apa hubungannya?""Tentu saja ada, Na. Kami bekerjasama di kantor. Beberapa kali dia ikut makan siang bersamaku saat menemui klien. Atau jika sedang malas keluar untuk mencari makan. Aku biasanya meminta tolong pada Laura memesankan makanan. Dan memberitaunya beberapa hal yang aku kurang suka. Juga makanan yang menajdi pantangan untuk aku maka

    Last Updated : 2022-11-10
  • Sang Penggoda Bayaran   6. Termakan Umpan

    Sepi meraja. Merayap dan memerangkap dua sosok di dalam mobil yang kini melaju dengan kecepatan sedang. Melalui ekor mata. Laura mencuri pandang kearah Darius. Aroma pria itu menguar kuat, bahkan mengalahkan pengharum mobil. Bukan. Yang menyerbu indra penciuman Laura bukan sesuatu yang membuatnya mual. Justru sebaliknya. Aroma pria itu membuat jantungnya berdegup genit. Kok bisa, orang yang baru selesai olahraga justru menguarkan aroma seksi begini? Sebenarnya sudah terendus setiap Laura berdekatan dengan Darius. Tapi sewaktu di luar masih agak samar. Dan ketika terperangkap berdua dengan pria itu di dalam mobil. Aromanya kian menjadi-jadi. Pantas saja Regina hobi menggelayuti pria itu. Astaga! Fokus! Kenapa pikirannya jadi melantur kemana-mana? Apa aroma tubuh Darius memiliki efek samping mengacaukan pikiran seseorang? Atau hal tersebut hanya berlaku untuk Laura? Aneh. Biasanya dia memiliki imun dan kebal terhadap pria tampan. Buktinya tak pernah kepincut para pria kliennya

    Last Updated : 2022-11-12
  • Sang Penggoda Bayaran   7. Menempeli Darius

    Bahkan dalam mimpi sekali pun, Laura tak pernah membayangkan, apa yang saat ini tengah dilakukannya bersama Darius. Benar-benar bisa terjadi.Pria yang selalu memasang wajah serius. Bahkan garang saat menemukan hal yang menurutnya tak sesuai standar versi dirinya ketika mengurusi pekerjaan, akan bertransformasi bak monster yang begitu ditakuti.Tak terkecuali dengan Laura yang enggan berurusan dengan pria itu di luar persoalan pekerjaan.Sayangnya, takdir menuntun Laura untuk lebih banyak melibatkan diri pada pria yang kini diam-diam dia foto. Ck! Bagaimana bisa seorang pria yang tengah mendorong troli belanja bisa tampak begitu keren? Darius lebih mirip seperti seorang model yang tengah melakukan pemotretan dengan background rak-rak barang yang ada di super market.Pria itu mendorong troli belanja di sampingnya. Mengikuti kemana pun langkah Laura menyusuri setiap rak barang yang tengah ditujunya."Bapak nggak capek?""Capek?" dengan kening mengernyit bingung, Darius menatap gadis y

    Last Updated : 2022-11-13
  • Sang Penggoda Bayaran   8. Mengacaukan Kencan

    "Loh, Pak Darius? Mau nonton juga?" memasang wajah terkejut, Laura menyapa bosnya. Tentunya pria itu tak sendiri. Ada wanita berambut sebahu yang menggelayut manja dilengan Darius. Tawa bahagia yang sejak tadi mengudara seketika luruh. Mendapati sosok Laura yang menyapa kekasihnya."Iya Lau, kamu mau nonton juga?"Terkekeh sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, Laura memberi anggukan, "iya dong, Pa. Ke bioskop ya mau nonton. Masa nyuci baju?""Sayang, kita makan dulu yuk, filmnya masih satu jam lagi kan? Aku laper," menggoyang-goyangkan lengan Darius yang berada dipelukannya, Regina berusaha mencuri atensi kekasihnya.Ada rasa tak rela melihat perhatian pria itu terbagi untuk wanita lain."Sayang ...." Regina kembali merengek mendapati Darius tak segera menggubrisnya."Yasudah, ayo," jawab Darius, kemudian beralih menatap Laura yang sejak tadi memerhatikan interaksi mereka, "hm, Lau, saya duluan, ya. Selamat menonton.""Ah, oh, iya Pak, terima kasih. Bapak juga selamat

    Last Updated : 2022-11-16
  • Sang Penggoda Bayaran   9. Pemeran Tambahan

    "Loh, Pak Darius?"Suara itu bak pemantik ledakan dikepala Regina. Setelah susah payah memperbaiki moodnya. Kini kembali luluh lantak karena keberadaan Laura.Astaga ..., dari sekian banyak film yang terputar di gedung bioskop ini, kenapa harus menonton film yang sama dengannya serta Darius?Bagaimana caranya menjauhkan wanita itu?!Dan lagi, tunggu!A—apa yang wanita itu lakukan?! Kenapa menempati kursi di sisi kanan Darius? Sementara Regina sudah lebih dulu menduduki kursi bagian kiri pria itu.Jadi sekarang, posisi Darius berada di tengah-tengah."Kamu menonton ini juga?""Iya Pak, penasaran dari kemarin tapi masih maju-mundur soalnya belum dapat waktu yang tepat. Akhirnya kesampaian juga. Eh, nggak nyangka Bapak nonton film yang sama. Tau gitu kan, tadi barengan masuk ke sininya."Enak saja! Dia kira Regina sudi?Tentu tidak!Dengan wajah tertekuk kesal, Regina mempererat pelukannya dilengan Darius. Lagipula untuk apa kekasihnya itu melakukan sesi ramah tamah pada Laura?Tidak bia

    Last Updated : 2022-11-18
  • Sang Penggoda Bayaran   10. Pertemuan Rahasia

    "Bagaimana perkembangannya?" Ratu melempar tanya. Bahkan di saat pantatnya baru saja mendarat di atas kursi. Tapi seperti biasa, wanita paruh baya itu enggan berbasa-basi."Cukup baik, Bu.""Cukup?" beo Ratu dengan kening mengernyit tak suka. "Itu jelas bukan jawaban yang saya harapkan.""Bu, saya baru memulai pendekatan dengan Pak Darius.""Tapi kalian sudah mengenal lama.""Itu tidak ada korelasinya Bu. Saya bekerja secara profesional sebagai sekretaris Pak Darius. Di luar itu, kami jarang membahas hal yang tak berkaitan dengan pekerjaan."Ratu mengela napas, berusaha menebalkan kesabaran dari rasa kesal yang menggelayuti hatinya."Lalu bagaimana perkembangannya di lapangan? Apa Darius dan perempuan itu masih lengket?"Meringis, Laura tak segera memberi jawaban. Meraih minuman yang tersuguh di depannya. Ia teguk beberapa kali, meletakan gelasnya ke atas meja lagi. Baru kemudian melontarkan jawaban."Cukup sulit memisahkan mereka karena Pak Darius cukup bucin sama pacarnya, Bu.""Ben

    Last Updated : 2022-11-21

Latest chapter

  • Sang Penggoda Bayaran   15. Menanggalkan Formalitas

    "Giliran lo," mengedipkan satu mata, Cindy memberi semangat pada Laura yang tersenyum kaku.Berdiri canggung di depan Darius, Laura berusaha menebas paksa rasa gugupnya.Ingat. Saat ini, pria di depannya bukan atasan di tempat kerjanya. Tapi target yang harus bisa Laura taklukan."Jadi, saya boleh berdansa dengan anda?"Mengulurkan tangan, Darius membalas pertanyaan Laura dengan isyarat jika dia menerimanya."Saya tidak tau kamu teman Cindy?" sembari menggerakan tubuh secara perlahan. Darius mulai membuka obrolan."Bukankah itu sebuah kebetulan yang tak terduga Pak? Oh, atau bisa saya panggil nama saja? Cindy atau pun ibu Pak Darius pasti heran jika saya memanggil anda dengan embel-embel, Pak."Darius mendengkus. Menatap sosok sekretarisnya yang malam ini tampak menawan dengan riasan yang berbeda dari biasanya. Ketika bekerja di kantor atau pun dalam kesehariannya. Tak terlalu tebal, tapi cukup pas dan mampu membuat pangling."Bukankah saya pernah meminta hal itu sama kamu?""Meminta

  • Sang Penggoda Bayaran   14. Memulai Drama

    "Cewek lo mana? Nggak ikut?""Dia sibuk.""Sibuk apa takut ketemu gue sama Tante Ratu?"Mengela napas, Darius menatap sepupunya. Berusaha menebalkan kesabaran yang selalu menipis saat bersinggungan dengan Cindy."Gue nggak mau ribut."Mendengkus sinis, Cindy melirik Darius yang memilih menyibukan diri dengan ponsel. Meminimalisir konfrontasi dengannya."Pelet tuh cewek kenceng banget kayaknya. Bikin lo ketempelan dia bertahun-tahun."Mengela napas gusar, Darius mengantongi ponselnya. Bangkit dari duduknya yang satu meja dengan Cindy. "Kabur lagi? Lo bikin gue tersinggung tau nggak? Berasa virus yang harus dihindari.""Gue cuma berusaha menghargai pesta sepupu kita. Kalau sampai ada ribut-ribut, kasihan Mayang. Pestanya kacau.""Lo dari tadi ngoceh soal ribut. Emang siapa sih yang ngajak ribut? Nggak ada perasaan. Gue datengin meja lo buat ngobrol. Anggap aja menjalin silaturahmi, memperbaiki hubungan kita yang kaku dan dingin kayak balok es."Darius sudah akan kembali bicara. Membala

  • Sang Penggoda Bayaran   13. Meracik Taktik Jitu

    "Kamu Laura?"Suara yang tiba-tiba tertangkap pendengarannya membuat Laura yang seperti anak hilang di tengah keramaian, menolehkan kepala dan memberi anggukan dengan wajah bingung."Ya," menatap wanita asing di depannya, Laura mengerutkan kening, "anda—""Gue Cindy," mengulurkan tangan, ia memperkenalkan diri lebih dulu sebelum Laura menyelesaikan ucapannya.Ah, Cindy sepupunya Darius?Segera membalas uluran tangan gadis itu, Laura mengukir senyuman, "saya Laura.""Jangan terlalu formal," Cindy bersedekap usai jabatan tangan dengan Laura usai. "Jadi lo perempuan bayaran itu?"Laura terbelalak mendengar pertanyaan blak-blkan dari Cindy. Dengan gugup, ia mengedarkan pandangan ke sekitar, khawatir ada yang mencuri dengar."Jangan bahas itu di sini," Laura mengikis jarak dengan Cindy, "dan gue bukan perempuan bayaran," tambahnya sembari mendesis kesal."Tapi Tante Ratu bilang—""Apa kita bisa mencari tempat lain untuk membicarakan hal ini?"Astaga ..., kenapa Ratu harus membagi perjanjia

  • Sang Penggoda Bayaran   12. Masa Lalu yang Merepotkan

    "Masuk!" Darius berseru keras, agar sosok yang baru saja mengetuk pintu bisa mendengar instruksinya.Ketika pintu ruang kerjanya terkuak. Sosok Laura muncul dengan senyuman secerah matahari di jam dua belas siang."Pagi Pak," sapa gadis itu, usai menutup pintu dan mengayunkan langkah. Memasuki ruang kerja Darius."Pagi," Darius membalas singkat, dengan kening yang mengernyit mendapati kedatangan sekretarisnya sembari membawa nampan alih-alih berkas yang biasa diberikan padanya.Berdeham-deham meluruhkan rasa gugupnya. Laura meletakan nampan berisi segelas susu coklat dan sepiring sandwich.Ikut menjatuhkan pandangan pada apa yang disuguhkan Laura. Kernyitan dikening Darius kian dalam, "ini apa?""Susu coklat dan sandwich."Apa pria itu masih mengantuk? Masa iya minuman dan makanan di depannya dia tak tau namanya?Mengela napas panjang Darius menutup laptop yang sudah dipelototinya lima belas menit yang lalu. Sesampainya di kantor dia memang segera mendekam di ruangannya untuk menyeles

  • Sang Penggoda Bayaran   11. Mangsa yang Memusingkan

    "Hadeh, gue kira lo hilang dari peradaban," oceh Jihan ketika membukakan pintu apartemennya untuk Laura.Tak segera menjawab. Laura mendorong bahu sahabatnya agar segera menyingkir dan membuatnya bisa memasuki apartemen wanita itu.Mengempaskan tubuh lelahnya di atas sofa, Laura mengembuskan napas lega. Menyamankan diri ketika akhirnya bisa meluruhkan rasa lelah."Capek banget ya nyari duit."Berkacak pinggang di depan sahabatnya yang tengah berleha-leha, Jihan mendengkus, "tumben ngeluh.""Gue juga manusia biasa, yang kadang mengeluh soal hidup. Tapi seringnya disuarakan dalam hati. Nggak koar-koar kayak lo.""Gue nggak ngeluh, cuma curhat sama diri sendiri."Mengibaskan tangan tak acuh, Laura enggan menanggapi ocehan Jihan, "lo ada tamu suguhin minum kek. Panas banget di luar, kasih yang bikin seger, Ji.""Apaan? Sini gue ceburin ke bak mandi biar seger.""Buruan Ji, dehidarasi nih kayaknya gue.""Lo kalau dehidrasi bukan butuh air minum. Tapi segepok uang biasanya.""Itu sih kalau

  • Sang Penggoda Bayaran   10. Pertemuan Rahasia

    "Bagaimana perkembangannya?" Ratu melempar tanya. Bahkan di saat pantatnya baru saja mendarat di atas kursi. Tapi seperti biasa, wanita paruh baya itu enggan berbasa-basi."Cukup baik, Bu.""Cukup?" beo Ratu dengan kening mengernyit tak suka. "Itu jelas bukan jawaban yang saya harapkan.""Bu, saya baru memulai pendekatan dengan Pak Darius.""Tapi kalian sudah mengenal lama.""Itu tidak ada korelasinya Bu. Saya bekerja secara profesional sebagai sekretaris Pak Darius. Di luar itu, kami jarang membahas hal yang tak berkaitan dengan pekerjaan."Ratu mengela napas, berusaha menebalkan kesabaran dari rasa kesal yang menggelayuti hatinya."Lalu bagaimana perkembangannya di lapangan? Apa Darius dan perempuan itu masih lengket?"Meringis, Laura tak segera memberi jawaban. Meraih minuman yang tersuguh di depannya. Ia teguk beberapa kali, meletakan gelasnya ke atas meja lagi. Baru kemudian melontarkan jawaban."Cukup sulit memisahkan mereka karena Pak Darius cukup bucin sama pacarnya, Bu.""Ben

  • Sang Penggoda Bayaran   9. Pemeran Tambahan

    "Loh, Pak Darius?"Suara itu bak pemantik ledakan dikepala Regina. Setelah susah payah memperbaiki moodnya. Kini kembali luluh lantak karena keberadaan Laura.Astaga ..., dari sekian banyak film yang terputar di gedung bioskop ini, kenapa harus menonton film yang sama dengannya serta Darius?Bagaimana caranya menjauhkan wanita itu?!Dan lagi, tunggu!A—apa yang wanita itu lakukan?! Kenapa menempati kursi di sisi kanan Darius? Sementara Regina sudah lebih dulu menduduki kursi bagian kiri pria itu.Jadi sekarang, posisi Darius berada di tengah-tengah."Kamu menonton ini juga?""Iya Pak, penasaran dari kemarin tapi masih maju-mundur soalnya belum dapat waktu yang tepat. Akhirnya kesampaian juga. Eh, nggak nyangka Bapak nonton film yang sama. Tau gitu kan, tadi barengan masuk ke sininya."Enak saja! Dia kira Regina sudi?Tentu tidak!Dengan wajah tertekuk kesal, Regina mempererat pelukannya dilengan Darius. Lagipula untuk apa kekasihnya itu melakukan sesi ramah tamah pada Laura?Tidak bia

  • Sang Penggoda Bayaran   8. Mengacaukan Kencan

    "Loh, Pak Darius? Mau nonton juga?" memasang wajah terkejut, Laura menyapa bosnya. Tentunya pria itu tak sendiri. Ada wanita berambut sebahu yang menggelayut manja dilengan Darius. Tawa bahagia yang sejak tadi mengudara seketika luruh. Mendapati sosok Laura yang menyapa kekasihnya."Iya Lau, kamu mau nonton juga?"Terkekeh sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, Laura memberi anggukan, "iya dong, Pa. Ke bioskop ya mau nonton. Masa nyuci baju?""Sayang, kita makan dulu yuk, filmnya masih satu jam lagi kan? Aku laper," menggoyang-goyangkan lengan Darius yang berada dipelukannya, Regina berusaha mencuri atensi kekasihnya.Ada rasa tak rela melihat perhatian pria itu terbagi untuk wanita lain."Sayang ...." Regina kembali merengek mendapati Darius tak segera menggubrisnya."Yasudah, ayo," jawab Darius, kemudian beralih menatap Laura yang sejak tadi memerhatikan interaksi mereka, "hm, Lau, saya duluan, ya. Selamat menonton.""Ah, oh, iya Pak, terima kasih. Bapak juga selamat

  • Sang Penggoda Bayaran   7. Menempeli Darius

    Bahkan dalam mimpi sekali pun, Laura tak pernah membayangkan, apa yang saat ini tengah dilakukannya bersama Darius. Benar-benar bisa terjadi.Pria yang selalu memasang wajah serius. Bahkan garang saat menemukan hal yang menurutnya tak sesuai standar versi dirinya ketika mengurusi pekerjaan, akan bertransformasi bak monster yang begitu ditakuti.Tak terkecuali dengan Laura yang enggan berurusan dengan pria itu di luar persoalan pekerjaan.Sayangnya, takdir menuntun Laura untuk lebih banyak melibatkan diri pada pria yang kini diam-diam dia foto. Ck! Bagaimana bisa seorang pria yang tengah mendorong troli belanja bisa tampak begitu keren? Darius lebih mirip seperti seorang model yang tengah melakukan pemotretan dengan background rak-rak barang yang ada di super market.Pria itu mendorong troli belanja di sampingnya. Mengikuti kemana pun langkah Laura menyusuri setiap rak barang yang tengah ditujunya."Bapak nggak capek?""Capek?" dengan kening mengernyit bingung, Darius menatap gadis y

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status