“Jadi kau benar-benar akan kembali pada Don Ramford?” tanya Jade sambil merapikan dasi yang melingkar pada leher suaminya.
Sebenarnya risih juga bagi Max jika harus dasinya harus dirapikan oleh Jade. Namun ia tetap harus menahan diri agar menjalankan perannya dengan baik.
Max kemudian mengancingkan jas yang meruoakan seragam khas pengawal Ramford. Jas itu memiliki garis leher sebatas dada atas, dan ini terlihat aneh di mata Jade. Selama mereka menikah, Max sangat malas untuk mengancingkan jas atau jaket kecuali ketika musim dingin tiba.
“Ya, bukankah dokter sudah mengatakan kalau keadaanku jauh lebih baik, dan aku sudah bisa memulai aktivitasku kembali seperti semula,” kata Max kemudian mengambil tas punggungnya.
“Tapi Sayang, bukankah kau pernah mengatakan kau akan mencari pekerjaan lain karena kau hanya dipermainkan di sana?” tanya Jade mencoba mencegah suaminya
Max memilih untuk berada di mobil sambil menunggui kedua anak itu di sekolah. Ia masih bisa memantau kegiatan anak-anaknya melalui sela-sela pagar. Untuk membunuh kebosanan, Max pun mendengarkan alunan musik pop yang biasa ia dengar saat masih menjadi Ernest, sangat berbeda dengan Max yang sebenarnya, seorang penyuka musik cadas.Kesenangannya mendengarkan musik pun mendadak berubah saat seseorang mengetuk jendela kacanya dengan keras. Mau tak mau ia pun menurunkan kaca jendelanya dan mendapati lima pria gagah tengah menunggunya di luar.Belum sempat Max menanyakan keperluan mereka, kelima orang itu sudah tertawa terbahak-bahak lantaran mendengarkan lagu romantis yang diperdengarkan di mobil Max.“Hei orang baru keluar kau!” seru salah satunya sambil mencoba membuka paksa mobil yang dikendarai Max.Tak ingin mobil milik Tuan Ramford mengalami kerusakan seperti kecelakaan yang dialami Max
Tampaknya Boz benar-benar terprovokasi oleh sikap Max yang jelas-jelas menantangnya. Ia yang biasanya ditakuti oleh para pengawal yang menuggu anak majikan mereka di area ini, kini tak bernilai apa-apa di hadapan seorang baru pertama kali muncul di area ini.“Sudah Boz tunggu apalagi, bukankah itu permintaannya agar kita semua menyerangnya secara bersamaan?” tantang salah satu anak buahnya yang berkepala botak.“Benar apa yang dikatakan oleh Dwayne, laki-laki seperti dia seharusnya diajarkan tata krama. Kita harus beritahu dia siapa statusnya, dan apa akibatnya jika melawan Gang Mata Pedang,” kelakar pria Asia membenarkan perkataan rekannya yang berkepala botak.“Ah besar mulut kalian, sejak tadi hanya bicara saja, sebentar lagi sekolah usai, kalian jadi menghajarku atau tidak?” tantang Max penuh dengan ejekan.Semakin lama ucapan Max semakin membuat gank mata peda
Perlahan sosok berpakaian serba putih itu semakin tampak diantara kabut yang mengitari sekolah putra dan putri Ernest. Pria kurus yang tadi dihantam itu pun mendongak dan ia masih tak bisa menggerakkan kedua tangannya.Seperti biasa, setiap kali Gregory datang, semua aktivitas pun terhenti. Setiap mahluk yang ada di bumi akan mematung dalam posisi terakhir mereka, kecuali Ernest. Hanya dia yang bisa berbicara dengan Gregory Sang Malaikat Penjaga.“Ada yang ingin kau sampaikan Gregory?” tanyanya dengan susah payah, karena rahang yang terasa nyeri akibat dorongan telapak tangan yang baru saja menyerangnya.Ini kalinya Gregory tersenyum dengan tidak bersahabat. Sesuatu yang belum pernah terjadi selama mereka saling mengenal.“Kau telah melakukan kesalahan Ernest!” seru Gregory tanpa basa-basi.“Aku? Kesalahan? Apa yang telah aku perbuat? Aku hanya melak
Semakin dekat kepalan tangan yang diarahkan Boz pada wajah Max, semakin cepat pula jantungnya berdetak.“Apa aku bisa melawannya, apa aku punya kekuatan untuk itu?” Max berpikir sambil memejamkan mata.Ia memang sudah mendapatkan kesembuhan dari rasa sakit akibat pukulan mereka, tapi tak yakin kalau kekuatannya kembali seperti sedia kala. Atau mungkin ia kembali menjadi manusia normal seperti pada umumnya.Bugh!Kepalan tangan itu berhasil mendarat dengan keras pada wajah Max, tepatnya pada hidung mancungnya. Namun keanehan pun kembali terjadi.“Hah ini sungguhan? Bagaimana mungkin pukulan itu sama sekali tidak membuat hidungnya berdarah? Atau setidaknya ia merasakan kesakitan seperti saat aku memukul perutnya beberapa menit yang lalu?” pikir Boz.Kali ini Max benar-benar tidak lagi merasakan pukulan yang dilontarkan oleh Boz. Bahkan k
Bisik-bisik itu terus saja terdengar. Semuanya tampak berlomba untuk membicarakan tentang keributan antara orang baru itu dan gank mata pedang.“sebenarnya siapa orang itu?”Semuanya mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya orang yang membuat keributan dengan Gank Mata Pedang. Apa yang mereka lihat benar-benar sebuah kejutan.Dwayne, salah satu anggota Gank Mata Pedang mencoba untuk duduk perlahan-lahan. Benturan yang baru saja dialaminya terasa sangat keras. Entah ia jatuh dari ketinggian berapa.Pria berkepala pelontos itu merasakan nyeri pada bagian siku dan punggungnya,“Ugh apa yang terjadi, apa teman-temanku juga mengalami hal yang sama denganku?” gumamnya bertanya-tanya.Perlahan ia mulai berdiri dengan susah payah. Ia pun harus memegangi lututnya seperti orang tua yang sudah mengalami keropos pada tulang lutut ataupun punggung.
Dwayne hanya diam saat mendengar teriakan Boz. Ia masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia alami.Max sendiri melirik jam pada pergelangan tangannya, dan mengangguk, tak lama lagi waktunya kedua anak kecil itu pulang, dan seharusnya ia berada tepat di depan gerbang. Ini adalah kebiasaan saat ia masih hidup sebagai seorang Ernest. Setiap kali menjemput kedua putra putrinya, ia selalu ingin berada di barisan terdepan, dan membuat mereka berpikir kalau ayahnya selalu ada untuk mereka.Kebiasaan ini tak pernah ditinggalkan oleh Ernest, ia rela menunda meeting, dan mengosongkan agenda di saat jam pulang sekolah kedua anaknya, dan ia sendiri yang menyetir mobilnya. Setelah selesai mereka akan mampir ke Cafe Sera untuk menikmati kudapan.“Dwyane, apalagi yang kau tunggu. Jangan biarkan ia menuju gerbang sekolah dan membuat martabat kita hancur!” teriak Boz sekali lagi.Dwayne tak menya
Ketiga anak buah Boz langsung mendongak begitu melihat apa yang ada di hadapan mereka. Sekali lagi sebuah kejutan pun menanti. Tak ayal kejutan itu membuat mereka berempat mulai gemetar.Tak satu pun dari mereka berani berbicara, bahkan untuk membuka mulut saja rasanya sangat berat seolah-olah terkunci rapat. Bahkan keringat pun mulai mengucur dari dahi mereka secara perlahan.“Apa kalian memang sangat hobi untuk berkelahi?” tanya Max.Sepeninggal Dwayne, ia pun memperhatikan lelaki itu diam-diam. Max bermaksud untuk berjaga-jaga apakah mereka akan melakukan serangan kedua kalinya.Pengawal muda itu pun mulai melipir dan mencuri dengar apa yang dikatakan oleh mereka. Begitu mendengar apa yang dibicarakan oleh Gank Mata Pedang, nuraninya pun mulai tergerak untuk membantu Dwyane yang hendak dihajar oleh mereka.Max pun langsung mendekat ke arah mereka dan menahan kedua
Hari masih terik, masih terlalu awal untuk bermimpi, tapi apa yang didapat Max kali ini benar-benar seperti mimpi. Empat orang itu langsung berlutut di hadapannya, dengan kepala yang menunduk.“Apa yang kalian lakukan?” tanya Max sambil merapatkan kedua laisnya yang tebal.“Kami bersalah, kami telah berlaku sombong dan semena-mena terhadapmu, juga beberapa pengawal yang lain. Kami minta maaf,”Max melirik ke arah Dwayne yang juga berlutut sama seperti yang lainnya.“Dwyane, bukankah kau sudah meminta maaf padaku tadi, Lagipula kenapa kalian semua harus berlutut seperti ini, cepat berdiri!” perintah Max.“Ma … maafkan kami, kami tak akan berdiri sebelum kau memaafkan apa yang telah kami perbuat,” jawab mereka serempak.“Hmm sudah … sudah, berdiri semua. Kalian kumaafkan,” balas Max kemud
Sementara itu di pegunungan Aiken Mountain, tempat yang sangat dingin dan selalu dipenuhi kabut sepanjang tahun. Di sebuah area tanah yang lapang penuh tampak sebuah bangunan yang berdiri dengan kokoh. Di situ tempat berdirinya kelompok persaudaraan legenda bintang enam. Tak jauh dari bangunan itu tampak ratusan orang dengan pakaian serba hitam berdiri berjajar. Mereka semua menggenggam pedang dengan erat yang terbuat dari baja.Kesemuanya menunjukkan aura kematian yang sangat kuat, sekuat pedang mereka. Saat mereka memotong besi, sudah seperti memotong ranting, sangat mudah. Hanya dalam hitungan detik saja akan mampu terbelah menjadi dua bagian.Kedua mata mereka memandang begitu tajam seperti iblis dari neraka yang siap untuk menghancurkan.Mereka adalah pasukan kedua yang memang dibentuk oleh Max. Mereka semua gabungan dari pengawal terlatih yang bekerja pada Tuan Ramford.Karir Max sebagai pengawal memang melaju pesat. Dia yang awalnya tidak memiliki kemampuan dan hanya diremehka
Seketika pria berpakaian kelabu itu pun ketakutan. Wajahnya semakin lama semakin pucat pasi, “Lepaskan aku! Lepaskan!” Pria itu terus saja berteriak.Sekarang ini dia sedang merasakan aura yang mengerikan dan siap membunuh dari orang-orang yang bersamanya ini. Pria ini sangat yakin kalau orang-orang yang membawanya sekarang sudah sering membunuh orang.Dia pun yakin kalau bukan satu dua atau tiga orang yang pernah dibunuh. Mungkin saja jumlahnya ratusan. Jika tidak, tak mungkin ia bisa merasakan keganasan orang-orang itu.Sikap mereka memang terlihat biasa saja, tapi saat mengeluarkan senjata dan menyeret tubuhnya, semua tampak begitu ringan dan tidak ada kendala sama sekali. Seolah tidak ada beban apa-apa yang dialaminya.Pria bergaya kuno ini sampai tidak berani untu membayangkan apa yang akan ia terima kalau sampai jatuh ke dalam genggaman mereka.Selang beberapa menit kemudian …Bill pun tiba di hadapan Mx, dan ia langsung berkata dengan sedikit tergesa, tapi tidak meninggalkan ke
Setelah mendapatkan pukulan maut dari Max, pria berpakaian kelabu itu pun tampak begitu ketakutan. Dia sendiri adalah seorang salah satu master beladiri yang dulu pernah menolong dan mengobati Rex.Kemampuannya tidak bisa disebut sebagai sang ahli amatir atau pemula. Namun juga tidak bisa dikatakan sebagai tingkat utama, karena masih banyak ilmu yang harus dikuasai olehnya.Meskipun begitu, di hadapan Max ia bahkan tidak sanggup untuk menahan pukulan dan langsung terhempas begitu saja hanya oleh sebuah pukulan saja.Sekarang ini, pria berpakaian abu-abu itu sudah terluka sangat parah. Dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bertarung lagi.Saat ia melihat Max berjalan menghampiri selangkah demi selangkah, wajah pria itu pun semakin terlihat pucat seperti sudah tidak ada aliran darah di sana.Max dengan angkuh datang menghampirinya, dan Ia pun bertanya dengan nada yang dingin, “Siapa yang telah menyuruhmu ke sini dan membunuh putri Nyonya Vanessa?”Begitu mendengar pertanyaan Max,
Cahaya yang terpancar itu mengarah pada leher Olive. Dia pasti mati kalau sampai belati itu memotong urat leher Olive. Gerakannya begitu cepat, sampai tidak ada orang yang sempat melakukan sesuatu.“Aaa tidaak!” Saat itu Daniel berteriak lantang, ia takut jika sesuatu terjadi pada kakaknya. Berbeda sekali dengan Vanessa yang entah dimana keberadaannya sekarang. Mungkinkah wanita itu melarikan diri.Max hanya memaki dalam hati, “Dasar perempuan tidak berguna. Ibu macam apa dia membiarkan darah dagingnya berada dalam bahaya.”Max pun dengan cepat menggeser tubuh kedua anaknya pada Jade yang sekarang berdiri di belakangnya. Jade langsung mendekap anak itu dengan erat. Sekelebat bayangan pun melintas dan berdiri di samping Max.Itu adalah Zack yang bersiap untuk mendampingi Max. Bersama dengan Max ia melayangkan tinju dan Bruk! Sebuah dentuman terdengar sanagt nyaring, seolah-olah seluruh ruangan meledak terkena pukulan Max dan Zack.Max tidak akan pernah memberi ampun pada siapapun yang
Hari ini adalah hari ulang tahun Olive. Vanessa telah menyiapkan sebuah pesta besar. Ia menyewa taman hotel Prime Bayview hanya untuk menyenangkan anak perempuannya.Tak heran jika Olive sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ibunya. Sejah ayahnya sakit, ia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya, hanya tekanan dan bahkan hukuman untuknya. Namun bagaimanapun juga Olive adalah seorang anak yang juga membutuhkan kasih sayang orang tua.Meski hari ini Olive merasakan kebahagiaan, tapi sesungguhnya kebahagiaan itu tidak untuknya. Pesta ini dibuat oleh Vanessa demi memperlancar bisnisnya.“Olive, selamat ulang tahun. Jadilah anak yang pintar dan panutan untuk adikmu. Bahagialah selalu Olive,” batin Max yang sedari tadi memperhatikan putri sulungnya dari kejauhan.Saat ini ia sama sekali tidak berani untuk menunjukkan wajahnya di dekat anak itu. Meski sesungguhnya ia ingin memeluk Olive seperti yang biasa dilakukan setiap anak sulungnya berulang tahun. Namun se
Cepat-cepat Max merubah ekspresinya. Ia kembali memasang wajah dingin, jangan sampai Vanessa melihat perubahan pada wajahnya.“Oh, benarkah Nyonya? Saya tidak tahu mengenai kapan ulang tahun mereka, istriku juga tidak bercerita apa-apa,” jawab Max.Vanessa tertawa dingin, “Ha ha sudahlah kau tidak mengetahui ulang tahun mereka itu tidak masalah. Bukankah itu bukan kewajibanmu, lagipula belakangan ini kau lebih sering mengawalku dibanding mengurus kedua anak itu. Sekarang mereka berdua sudah menjadi tanggung jawab istrimu.”“Saya mengerti Nyonya. Hanya saja saya sedikit kaget saat anda menanyakan tentang mereka berdua.”Vanessa mendesah napas panjang, “Yah aku tahu. Meski aku jauh dari mereka dan sudah lama tidak saling menyapa, bahkan aku sempat berpikir untuk membawa mereka ke sekolah asrama saja. Kau tahu kan anak-anak itu sangat berisik!”Max tidak berkata apa-apa. Kalau boleh dikata, dia yang lebih peduli dengan anak-anak dibanding Vanessa. Jade sendiri sudah lama menginginkan keh
Sementara itu di luar hotel …Bill menoleh ke arah Max. Ia penasaran dengan satu keputusan yang dibuat oleh rekannya itu.“Max, kenapa kau membiarkan Selena pergi begitu saja? Apa kau tidak ingin menghabisinya juga?”Saat ini Bill tampak begitu mengkhawatirkan keadaan. Ia teringat akan anggapan kalau kita ingin membasmi sesuatu harus dimilai dari akarnya, jika tidak maka akan tumbuh lagi.Bill menganggap otak dari semua kekacauan ini adalah Selena. Apalagi terlihat jelas bagaimana Tuan Randall begitu menghormati Selena.Saat ini tatapan Selena dipenuhi dengan kebencian terhadap Max dan Bill. Menandakan kalau ia tidak terima dengan perlakuan seperti ini dan dia tidak akan tinggal diam.Max tertawa lirih, kemudian ia pun berkata, “Dia hanya seorang Selena Harris yang tidak penting. Tidak ada gunanya untukku membunuh dia, tujuanku sekarang ini adalah untuk menyuruhnya kembali ke kota Zylan karena aku tahu kalau ia akan membalas dendam kepada Tuan Ramford dan aku, dengan begitu maka aku a
Pengawal pribadi Selena Harris menghela napas perlahan dan berkata, “Nona, tidak ada gunanya untuk membicarakan hal ini sekarang. Kita harus segera pergi dari tempat ini!”Selena Harris pun mengangguk, “Hmm, ayo kita pergi!”Selena sadar kalau saat ini Tuan Randall sudah mati dan tidak ada gunanya lagi untuk terus berlama-lama di kota Northbay. Dia harus segera kembali ke kota Zylan dan menceritakan semua masalah yang telah terjadi di sini pada keluarga besarnya.Jika keluarga besarnya tahu tentang hal ini, maka ia bisa segera membuat keputusan langkah apa yang harus mereka ambil selanjutanya. Bagaimanapun juga grup Mulder masih mereka inginkan untuk saat ini.Kematian Tuan Randall menjadi sebuah kerugian yang besar bagi keluarga Harris.Brak!Saat itu tiba-tiba pintu pun terbuka dengan cara ditendang oleh seseorang.“Ha ha ha, sepertinya sudah terlambat untuk kalian pergi sekarang,” sindir seseorang yang datang dengan tertawa sinis.“Max, kau!” seru Selena tak percaya dengan apa yang
Siapa dia sebenarnya? Sejak kapan ada seorang master yang menguasai ilmu mengerikan dari kota kecil seperti Northbay.“Jangan membuang waktuku. Kalau kau tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan dalam waktu sepuluh menit saja, maka kembalilah!” seru Max dengan tidak sabar setelah ia menghabiskan satu kaleng beernya, yang entah kaleng ke berapa saat itu.Begitu mendengar kata-kata Max, wajah Bill pun memerah dan makin lama semakin garag. Di dalam hatinya muncul kemarahan yang berapi-api.Bill tampak tersenyum muram kemudian berkata, “Awalnya aku hanya ingin bersenang-senang, sedikit bermain denganmu bukannya tidak masalah. Sayang sekali aku hanya punya sedikit waktu.”Sebenarnya Bill masih belum ingin meninggalkan Northbay, tapi akan menjadi sangat membosankan. Lagipula ia adalah anak buah Max yang tentunya harus menuruti pria itu. Ketika dia mengikuti Max kembali ke kota Southbay ada sesuatu yang menunggu dirinya di sana, tentunya bukan sesuatu hal yang menyenangkan.Semenjak hubunga