Home / Fantasi / Sang Pendekar / Serangan Senyap Pasukan Kerajaan Sirnabaya

Share

Serangan Senyap Pasukan Kerajaan Sirnabaya

Author: CahyaGumilar79
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ketika sudah sampai di barak, Panglima Jowarya segera mempersilahkan Senopati Sami Aji untuk duduk, dan ia pun memerintahkan para prajurit untuk menjamu sang senopati serta para prajuritnya yang berada di luar barak.

"Aku bukanlah tamu terhormat, janganlah Panglima terlalu repot dalam penyambutan ini!" kata Senopati Sami Aji.

"Tidak apa-apa, Gusti Senopati. Hamba pikir para petinggi kerajaan Sirnabaya jauh lebih baik dalam menyambut tamu, itu pernah hamba alami sendiri ketika hamba mendapat tugas dari sang raja untuk berkunjung ke istana kerajaan Sirnabaya," jawab Panglima Jowarya bersikap ramah.

Senopati Sami Aji tersenyum dan berdecak kagum atas kebaikan Panglima Jowarya. Keduanya pun segera berbincang mengenai kecurigaan dari pihak kerajaan Sirnabaya dengan siasat busuk dari Prabu Domala yang sengaja membuat kekacauan dengan mengirim para prajurit yang terlatih untuk mengadu domba kerajaan Sirnabaya dengan kerajaan Randakala.

"Prajurit kerajaan Sirnabaya sudah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Viandhi Fukuh
walaupun jaman kerajaan lampau yg kau tuang di cerita ini, tapi orang jaman dulu nggak sebodo itu kalik, justru teramat pinter kalo soal perang, tolong lah di koreksi. jangan sampe gem ku yg buat apresiasi lu, jadi kecewa ya.
goodnovel comment avatar
Viandhi Fukuh
coba bayangin pas pemanah lagi jalan maju tiba tiba di hujani ratusan panah musuh, padahal pemanah itu gak ada yg make tameng, cuma pembawa tombak doang, kadang pasukan pedang juga ada. tor autor, imajinasiku buyar kalo kek gini, tolong lah.... tolong presisi sedikit gitu lho
goodnovel comment avatar
Viandhi Fukuh
strategi macam apa yg jadiin pemanah di depan hahahaha setauku di jaman peperangan kalo soal pergerakan basis depan itu pembawa tombak atau pedang yg di dampingi perisai buat pelindung serangan panah, ini malah pemanah yg langsung maju paling depan, auto mati kalo ada serangna dadakan. hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Pendekar   Gusti Patih Balong Gandu

    Seminggu kemudian, Prabu Erlangga bersama para petinggi istana sudah berkumpul di pendapa istana. Tidak seperti biasanya, wajah sang raja tampak berseri-seri seperti sedang mengalami kegembiraan dalam jiwanya.Diam-diam, Maha Patih Randu Aji mengamati sikap sang raja kala itu. Bertanyalah ia sedikit berbisik kepada Prabu Erlangga, "Hamba lihat, Gusti Prabu tampak dalam keadaan bahagia. Ada apakah gerangan?"Prabu Erlangga tersenyum dan segera menjawab lirih pertanyaan dari sang maha patih, "Ratuku sedang mengandung." Prabu Erlangga balas berbisik.Maha Patih Randu Aji tersenyum dan segera mengulurkan tangannya ke arah sang raja, dengan wajah penuh kegembiraan, Prabu Erlangga langsung meraih uluran tangan sang maha patih. "Selamat, Gusti Prabu. Semoga bayi dalam kandungan sang permaisuri dalam kondisi baik dan sehat," ucap Maha Patih Randu Aji, ikut merasa bahagia mendengar kabar kehamilan istri sang raja yang merupakan kakak iparnya itu."Terima kasih

  • Sang Pendekar   Pertarungan Patih Balong Gandu

    Dengan penuh kesiagaan, sang patih menunggu lawannya mendekat. Ia tidak sedikit pun terpancing oleh sikap pendekar itu. Namun dengan tiba-tiba saja, pendekar itu menyabetkan pedang ke arah Patih Balong Gandu.Dengan secepat kilat, sang patih pun meloncat tinggi menghindari ujung pedang lawannya. Karena itu, maka pendekar tersebut segera meloncat pula mengejar Patih Balong Gandu.Namun pada saat itu, sang patih langsung melakukan serangkaian tendangan sedemikian kerasnya, pendekar itu terjungkal dan terpental jauh."BEDEBAH!" Prajurit itu tertegun sejenak, darah segar mengalir deras dari mulut dan hidungnya."Itu balasan untukmu yang bersikap jumawa!" teriak Patih Balong Gandu.Dua bola mata pendekar itu sangat tajam mengawasi gerak-gerik sang Patih. "Aku harus mencari akal untuk segera membinasakan orang itu," desisnya dalam hati.Kemudian ia bangkit dan tertawa sambil berkata, "Hebat kau, Ki Sanak. Tapi ingat! Kau tidak akan bisa lari dari cengkeraman

  • Sang Pendekar   Darasoma Dari Kundar

    Setibanya di kadipaten Alas Purba, Patih Balong Gandu langsung disambut hangat oleh para prajurit yang bertugas di kediaman sang adipati."Silahkan duduk dulu, Gusti Patih!" kata prajurit penjaga mempersilahkan sang patih untuk duduk di pendapa kediaman sang adipati.Kemudian, prajurit itu langsung memberi tahu sang adipati tentang kedatangan Patih Balong Gandu. Setibanya di dalam rumah tersebut, prajurit itu langsung melangkah menghampiri sang adipati yang sedang berada di ruang tengah bersama istrinya."Mohon maaf, Gusti Adipati. Ada Gusti Patih Balong Gandu baru saja tiba," kata prajurit itu bersikap ramah di hadapan sang adipati."Ya, nanti aku ke luar. Kau jamu saja dulu!" jawab Adipati Kondara lirih."Baik, Gusti Prabu." Prajurit itu langsung berlalu dari hadapan Adipati Kondara, dan bergegas melangkah menghampiri sang patih untuk menyampaikan pesan dari sang adipati.Selang beberapa saat kemudian, Adipati Kondara sudah keluar dan langsung menyamb

  • Sang Pendekar   Perjalanan Darasoma

    Rasmini diam sejenak, kemudian ia menghela nafas dalam-dalam. Setelah itu, ia pun berkata, "Baiklah, jika ini sudah menjadi keputusan kamu. Nenek ikut saja!" tandasnya menuruti keinginan cucunya.Mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang nenek, Darasoma merasa bahagia, dan ia pun berkata lagi, "Kita akan menetap di Kuta Tandingan dan menjadi bagian dari kerajaan Sanggabuana, kita beli tanah di sana dan memulai hidup bahagia bersama para penduduk kerajaan Sanggabuana!""Iya, Nak. Nenek juga sependapat dengan kamu, di kerajaan Sanggabuana semua penganut agam diperlakukan dengan baik dan mereka hidup secara berdampingan di sana," tandas Rasmini tersenyum-senyum."Sebelum kita menuju Kuta Tandingan, kita akan melapor dan akan diambil sumpah oleh pihak prajurit yang ada di wilayah kadipaten Kuta Gandok. Setelah itu, baru kita akan diizinkan melanjutkan perjalanan menuju Kuta Tandingan," terang Darasoma.Selang beberapa menit kemudian, Rangkuti sudah tiba di kediaman Darasoma

  • Sang Pendekar   Kekecewaan Prabu Dormala

    Salah satu dari keempat prajurit itu langsung memacu derap langkah kudanya lebih mendekat ke arah kereta kuda yang ditumpangi oleh Rangkuti, Darasoma dan neneknya.Bertanya seorang prajurit itu kepada Rangkuti, "Kalian siapa, dari mana dan hendak ke mana?" Prajurit itu bersikap tegas terhadap ketiga orang asing yang sudah masuk ke wilayah kedaulatan kerajaan Sanggabuana.Rangkuti sedikit bergetar dan merasa takut berhadapan dengan para prajurit itu, dengan bersikap ramah dan sopan, Rangkuti pun menjawab lirih pertanyaan prajurit tersebut,"Mohon maaf sebelumnya, kami dari Kundar bertujuan hendak mencari suaka ke Kuta Tandingan. Akan tetapi, kami akan singgah terlebih dahulu di kadipaten Kuta Gandok," "Setelah meminta suaka, lantas apalagi tujuan kalian?" tanya prajurit itu tegas."Kami akan meminta izin kepada gusti adipati untuk merestui kami menjadi bagian dari rakyat kerajaan ini," jawab Rangkuti."Baiklah, ikut kami sekarang!" kata prajurit itu kem

  • Sang Pendekar   Pertarungan Panglima Janeka Di Tepi Jurang

    Panglima Janeka mendapatkan tugas dari sang raja yang disampaikan langsung oleh Patih Balong Gandu. Yang mana ia diperintahkan untuk menelusuri hutan yang ada di batas wilayah kedua kerajaan.Mengenai hal itu, sang panglima sangat cepat tanggap dan langsung bergerak sendiri menuju ke barat perbatasan kerajaan Sanggabuana dan kerajaan Kuta Waluya.Demikian, ketika Panglima Janeka sudah tiba di sebuah hutan yang ada di perbatasan dua kerajaan itu. Tiba-tiba, Panglima Janeka dikagetkan dengan hadirnya seorang pria bersenjata lengkap. Diduga kuat, pria tersebut merupakan seorang prajurit senior dari kerajaan Kuta Waluya yang kala itu sedang berpatroli di tempat tersebut.Sejenak kemudian terdengar prajurit itu menghentak sambil berteriak nyaring, "Serahkan dirimu!" Pedangnya lurus terjulur ke depan hendak menusuk langsung mengarah ke pusat jantung Panglima Janeka.Saat seperti itulah yang ditunggu-tunggu oleh Panglima Janeka, ia hanya bersikap santai kemudian melonca

  • Sang Pendekar   Sangkudi Dan Radita

    Di hutan Tandingan, Ki Bayu Seta dan Ki Jasukarna sedang santai bersama menikmati waktu luang mereka hari itu. Mereka hanya duduk-duduk santai di bawah rindangnya pepohonan.Sepasang bola mata kakek tua itu berkeliaran seperti teringat sesuatu lalu tertawa parau. Mengamati dua pemuda yang sedang melakukan perburuan di hutan yang tidak jauh dari tempatnya duduk."Kau itu, Ki!" kata Ki Jasukarna mengarah kepada Ki Bayu Seta.Tersenyum Ki Bayu Seta ketika berpaling ke arah dua pemuda itu, "Aku terlalu pandai mempermainkan kedua pemuda itu. Mereka itu ingin menjadi prajurit kerajaan, terima saja!" imbuh Ki Bayu Seta lirih."Tidak semudah itu, Ki. Aku ingin mengetes dan menguji kesungguhan mereka terlebih dahulu, sebelum membentuk pribadi mereka untuk menjadi prajurit kuat," tegas Ki Jasukarna.Kedua pemuda itu, dulu sempat mendatangi Ki Jasukarna ketika sedang berada di Kepatihan Kuta Tandingan. Mereka menyatakan diri ingin menjadi murid si kakek itu. Akan tetap

  • Sang Pendekar   Rencana Perjodohan Jaka Kelana

    Setibanya di Padepokan Kumbang Hitam, Sangkudi dan Radita langsung dibaringkan di bebalean yang ada di pendapa padepokan tersebut.Salah seorang prajurit yang membawa kedua pemuda itu langsung melangkah menuju pintu padepokan, perlahan ia mengetuk pintu,"Tok ... tok ... tok, Guru!" panggil prajurit itu berdiri di depan pintu padepokan."Siapa?" sahut Ki Bayu Seta dari dalam padepokan."Aku Rumita, dua pemuda itu sudah aku bawa, Guru," jawab prajurit itu."Kau laporkan kepada Ki Jasukarna, itu bukan urusanku!" kata Ki Bayu Seta."Baik, Guru." Prajurit itu segera melangkah meninggalkan padepokan tersebut dan segera berjalan menuju ke arah barak tempat kediaman Ki Jasukarna yang berada di belakang padepokan.Rumita langsung menghadap Ki Jasukarna dan melaporkan bahwa ia dan kawannya sudah berhasil membawa Sangkudi dan Radita. "Baringkan saja di barak dan minta kepada tabib untuk mengobati mereka!" perintah Ki Jasukarna lirih. "Setelah itu, kau beri m

Latest chapter

  • Sang Pendekar   Maha Patih Akilang (Bab terakhir)

    Sore hari, setelah berangkatnya Senopati Yurawida ke istana kerajaan Sanggabuana. Maha Patih Akilang kembali melakukan perbincangan dengan para prajurit senior. Kebrutalan para prajurit kerajaan Sirnabaya masih menjadi topik penting dalam perbincangan tersebut."Hidupku tidak akan pernah merasa tenang sebelum bisa membalas kematian para prajurit kita dan aku berjanzi akan menghancurkan kerajaan Sirnabaya yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadap kerajaan kita!" kata Maha Patih Akilang berbicara dengan para prajuritnya di pendapa istana kepatihan."Aku pikir ini semua hanya sebuah kesalahpahaman saja, Gusti Patih?" tanya seorang prajurit senior mengerutkan kening."Itu hanya alasan dari Jaka Sena. Sebenarnya ia sudah merancang sedemikian rupa," jawab Maha Patih Akilang di antara deru napas yang bergejolak penuh dengan amarah yang sudah membumbung tinggi di dalam jiwa dan pikirannya kala itu."Saat masih menjabat sebagai panglima pasukan sejagat raya pun, ia sudah berusaha menekan pa

  • Sang Pendekar   Serangan Mendadak Dari Pasukan Kerajaan Sirnabaya

    Dengan demikian, Darunda dan Panglima Janeka terus berbincang sambil mengamati pergerakan pasukan musuh. Mereka duduk santai di sebuah bangku panjang yang ada di atas tembok raksasa yang menjulang tinggi—pagar pembatas dan benteng pertahanan wilayah kerajaan Sanggabuana."Prabu Wihesa adalah murid Ki Buyut Dalem, dia dibesarkan di wilayah kepatihan Waluya Jaya semasa masih menjadi sebuah kadipaten sebelum bergabung dengan kerajaan Sanggabuana," terang Panglima Janeka."Aku baru tahu, ternyata Wihesa merupakan seorang pendekar sakti yang memiliki ilmu kanuragan yang sangat mumpuni," ujar Darunda.Panglima Janeka menghela napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkan perlahan sambil tersenyum memandang cahaya obor yang tampak remang-remang di tengah hutan.Posisi Panglima Janeka dan Darunda kala itu berada di atas tembok raksasa, sehingga apa pun yang terjadi di dalam hutan akan terlihat, apalagi dengan kondisi hutan yang gundul seperti itu.Kala itu, hanya D

  • Sang Pendekar   Pergerakan Dari Pasukan Kuta Waluya

    Di saung tersebut, sang raja langsung membicarakan sesuatu yang sangat penting kepada pendekar muda itu. Sejatinya, raja dan maha patih sangat tertarik kepada Kumba dan mereka berniat untuk merekrut pemuda itu untuk menjadi seorang prajurit kerajaan.Semua berdasarkan penilaian dari sang raja dan maha patih yang suka dengan kepiawaian pendekar tersebut dalam hal olah kanuragan."Seandainya kau mau dan siap. Aku akan menawarkan sesuatu buatmu," kata sang raja lirih, pandangannya lurus ke wajah Kumba.Kumba menghela napas sejenak. Ia berpikir, "Apakah aku layak menjadi prajurit di kerajaan? Sedangkan kemampuanku hanya terbatas?"Maha Patih Randu Aji mengerutkan kening dan mengamati Kumba yang hanya diam termangu. "Jawablah! Jika kau bersedia, kau akan mendapatkan kedudukan sebagai prajurit dan bisa mendapatkan pelatihan khusus dari para pelatih ilmu beladiri di Padepokan Kumbang Hitam!" timpal Maha Patih Randu Aji menatap tajam wajah Kumba–sang pendekar muda

  • Sang Pendekar   Kumba Sang Pendekar

    Ketika fajar sudah menyingsing, para prajurit kerajaan Sanggabuana segera bergerak melewati perbatasan wilayah kerajaan Sanggabuana. Kemudian, ribuan pasukan tersebut memasuki hutan dengan maksud mengambil jalan pintas hendak menuju barak para prajurit kerajaan Sirnabaya—yang menjadi target utama serangan pagi itu.Beberapa meter hampir mendekati target, Senopati Yurawida segera menyeru kepada para prajuritnya untuk berhenti sejenak. Dengan demikian, pasukan yang berjalan di barisan terdepan pun segera menghentikan langkah mereka."Tugas utama kita adalah menghancurkan barak musuh dan mengusir mereka agar menjauh dari daerah ini!" kata Senopati Yurawida berkata kepada para panglimanya yang kala itu berada di barisan terdepan ribuan pasukan tersebut."Tapi ingat! Kalian harus berhati-hati, jangan sampai menimbulkan banyak korban dari prajurit kita!" pinta sang senopati menambahkan."Baik, Senopati. Kami akan melindungi pasukan di barisan depan dengan menggun

  • Sang Pendekar   Menjelang Perang Di Batas Kerajaan

    Namun, para prajurit tersebut berlari dengan begitu cepat. Sehingga para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak dapat mengejar mereka.Entah ke mana larinya mereka? Langkah dan pergerakan mereka sudah tidak dapat dideteksi ketika masuk ke wilayah kerajaan Sirnabaya.Akan tetapi, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah dapat mengetahui, bahwa para penyusup itu merupakan kelompok prajurit kerajaan Sirnabaya yang sengaja masuk ke wilayah kedaulatan Kundar yang kini sudah masuk dalam wilayah kerajaan utama Sanggabuana.Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak Panglima Amerya yang kala itu dipercaya sebagai pimpinan keamanan di wilayah tersebut. "Apa maksud mereka, hingga berani menyusup ke wilayah kita?" tanya Panglima Amerya mengarah kepada seorang prajurit yang baru kembali setelah mengejar para penyusup itu.Prajurit itu mengerutkan keningnya, tampak tidak memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan oleh para penyusup tersebut."Entahlah, aku p

  • Sang Pendekar   Terbentuknya Kadipaten Conada

    Sebulan kemudian, Prabu Erlangga langsung memanggil Dewangga, Dasamuka, dan segenap tokoh masyarakat Conada. Prabu Erlangga hendak membicarakan kesepakatan bersama tentang pembentukan kadipaten Conada sesuai keinginan rakyat di daerah tersebut.Prabu Erlangga dan para tokoh utama Conada segera menggelar pembicaraan penting yang membahas pembentukan pejabat pemerintahan untuk memimpin kadipaten Conada, musyawarah tersebut dihadiri pula oleh para petinggi istana dan juga Adipati Sargeni serta Adipati Soarna sebagai perwakilan dari daerah yang dulunya merupakan bagian dari induk daerah Conada yang sebagian besar wilayah tersebut masuk di dalam wilayah pemerintahan dua kadipaten itu."Apakah kalian akan menyetujui dan menerima keputusanku, jika aku sendiri yang memilih siapa yang layak menjadi seorang pemimpin yang akan menjadi adipati di kadipaten Conada?" tanya sang raja di sela perbincangannya dengan para tokoh masyarakat Conada.Dasamuka dan tokoh masyarakat Conada ya

  • Sang Pendekar   Tewasnya Pimpinan Pemberontak

    Beberapa saat kemudian, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah berhasil mendekat ke arah lembah tempat keberadaan para pemberontak tersebut, Panglima Wanakarma dan Panglima Jaka Kelana segera membagi tugas."Kau dengan 150 prajurit segera naik ke bukit sana, aku dan yang lainnya tetap di sini!" bisik Panglima Jaka Kelana."Baik, Panglima." Panglima Wanakarma segera turun dari kudanya. Setelah mengikatkan tali kuda, ia langsung memerintahkan para prajuritnya untuk segera naik ke atas bukit yang berada tepat di atas lembah. Dengan penuh kehati-hatian dan terkesan senyap, Panglima Wanakarma dan para prajuritnya mulai bergerak perlahan naik ke atas bukit dengan maksud menyergap para prajurit musuh yang berada di beberapa saung yang mereka dirikan si atas bukit tersebut."Kalian langsung sergap mereka! Jika mereka tidak melakukan perlawanan jangan sakiti mereka!" perintah Panglima Wanakarma.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas tersebut dan langsung

  • Sang Pendekar   Persiapan Dalam menggempur Para Pemberontak

    Ternyata semua rencana berjalan seperti yang telah diperhitungkan. Pasukan pemberontak akhirnya mundur tepat pada waktunya, meskipun para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak melakukan gangguan terhadap mereka.Pra prajurit kerajaan Sanggabuana yang baru tiba itu, sangat merasakan kenyamanan setelah melakukan perjalanan jauh, tiba di tempat tersebut tanpa ada halangan."Bersyukurlah, kita datang mereka sudah lebih dulu ketakutan dan menjauh dari tempat ini," ujar Wanakarma sang panglima perang yang baru saja pulang dari Kepatihan Waluya Jaya dan langsung ikut bersama Senopati Lintang ke Alas Conan."Aku harap, kalian bisa menikmati istirahat kalian malam ini," timpal Panglima Jaka Kelana.Dari kelima ratus prajurit yang dipimpinnya itu, yang bertugas jaga hanya sekitar seratus prajurit saja, itu pun secara bergiliran agar mereka tidak terlalu kelelahan ketika akan menggempur pertahanan musuh di dalam hutan tersebut."Kalian harus segera istirahat!" seru Pangl

  • Sang Pendekar   Senopati Lintang Hendak Mengusir Pemberontak

    Keesokan harinya tepat menjelang sore, Panglima Jaka Kelana dan Senopati Lintang serta ribuan pasukan dengan persenjataan lengkap sudah bersiap hendak melakukan perjalanan jauh menuju ke kadipaten Conan Selatan dan Conan Utara untuk mengamankan kedua kadipaten tersebut dari teror para pemberontak yang akhir-akhir ini kerap melakukan teror terhadap para penduduk.Tampak seribu prajurit khusus sudah bersiap untuk segera berangkat, ada sekitar 300 pasukan kuda dan 20 pedati yang ditarik oleh beberapa ekor sapi yang membawa peralatan kemah dan juga bahan makanan untuk perbekalan para prajurit selama bertugas di sana."Aku harap kalian berhati-hati dan waspada terhadap para pemberontak itu!" pesan Prabu Erlangga di sela pelepasan para prajurit kerajaan yang hendak bertugas menumpas para pemberontak yang berada di hutan Conan."Baik, Gusti Prabu," ucap Senopati Lintang.Selain dirinya, istrinya pun ikut dalam tugas tersebut. Winiresti bersama ratusan prajurit wanita dan pasuka

DMCA.com Protection Status