Kejenuhan yang dirasakan ketika sedang dalam situasi mengalami ujian hidup memang sangat menyesakkan. Itu yang dialami Indira. Hari-harinya serasa menghimpit dan tinggal di rumah yang pernah ia habiskan bersama dengan Alden cukup memberinya tekanan yang menambah daftar siksaan jiwanya. Ingin rasanya mengutarakan pada Menik, mertuanya, untuk sejenak pergi dan mencari kelegaan yang mampu memberinya ruang gerak.
Masalah yang dihadapi dalam hidup memang sangat kompleks. Jika ekonomi bukan sumbernya, maka lingkunganlah yang akan berperan. Kebimbangan dalam menentukan sikap membelenggu Indira dalam kungkungan yang tidak bisa ia uraikan.
“Indi, ini pertemuan kita yang keempat,” cetus Mina membuka percakapan pertemuan mereka hari itu.
“Ada perubahan yang kamu rasakan?” tanya Mina kemudian.
Indira mengeluarkan buku diari dari tasnya dan mengangsurkan pada Mina.
Mina tersenyum.
“Kamu memilih menulis? Itu bagus. Aku juga l
11 September Semua menjadi semakin membaik. Sejak aku memutuskan untuk meninggalkan semuanya di Bali, aku merasa lega. Semoga aku bisa memulai dari bawah tanpa penyesalan. Ini akan kujalani dan tekuni sebagai titik balik yang menuntunku menjadi seorang manusia yang mandiri. Urusan hati akan kututp rapat-rapat. Mungkin keberuntungan mengarungi kebahagiaan pernikahan bukan rejekiku. 01 Oktober Aku harus segera memutuskan tentang hak asuh Renzo. Rasanya tidak adil jika aku terlarut dalam kesendirian sementara Renzo harus kehilangan Alden dan kini juga diriku. Walaupun tidak yakin, tapi aku harus mengambil solusi yang terbaik. Renzo tidak pantas menerima akibat dari prahara kedua orang tuanya. Dia harus memiliki masa depan yang cerah dan aku akan berjuang untuk itu! 16 Oktober Aku tidak bisa! Aku bukan ibu yang baik! Setiap melihat Renzo, aku kembali teringat akan Alden. Apa yang harus aku lakukan? Ini seperti kembali ke titik awal depresiku. Maaf
Dalam perjalanan hidup seseorang, segala bentuk pengalaman mampu mengubah mereka menjadi pribadi yang sangat berbeda dari yang sebelumnya kita kenal. Ketika kita mengenal sahabat sekolah dulu yang begitu menyenangkan mendadak berubah menjadi sosok yang getir dan menarik diri, mungkin perjalanan hidupnya telah membentuk sahabat kita menjadi manusia yang berada pada ujung keputus asaan.Sebaliknya, jika seseorang yang kita kenal sebagai orang pemalu tiba-tiba tampil menarik dan juga mengesankan, mungkin hidupnya telah melewati proses metamorphose yang lebih baik. Namun, kita semua tahu, bahwa tidak selamanya kita berada dalam titik terendah. Roda selalu berputar dan kita akan terbawa dengan sendirinya menuju puncak.Hanya saja, ada persyaratan untuk mencapai level tersebut.Indira Sartika, mengalami sendiri pahit dan getirnya hidup dan menjadi pribadi yang rapuh dan juga tidak bisa menentukan sikap dengan tegas. Ketika tersadar bahwa itu akan selalu membayangi dir
Indira merapikan gambar pola yang baru saja selesai ia gambar. Setelah mengirimkan pesan untuk para pelanggannya, Indira mulai mengantung baju yang siap diambil oleh mereka. Narti memasang plastik untuk menjaga baju supaya tidak terkena debu.“Mbak, aku mau ke sekolah Renzo siang ini. Nanti untuk sisa tagihan langsung minta aja ya?” pesan Indira. Narti mengiyakan dan Indira bersiap untuk mandi.Setelah mendengar tentang kecerobohan gurunya yang mengatakan pada Renzo mengenai surat perwalian tersebut, Indira bermaksud untuk menegur wali kelas anaknya.Tidak seharusnya guru tersebut lancang menguak hal ini tanpa persetujuannya. Telepon dari Shana masuk dan Indira mengangkatnya.Ternyata itu adalah undangan untuk merayakan hari ulang tahun Genta di akhir pekan ini. Indira menyanggupi untuk mampir dan menghadiri acara tersebut dan Shana dengan senang hati berpesan untuk membawa Renzo.“Jangan lupa, Renzo bawain baju ganti! Kita nginep
Udara di puncak sangat mendukung mereka untuk menikmati makanan yang hangat. Ternyata dalam hal memasak, Shana begitu pintar dan lebih cekatan dibandingkan Indira dan Siwi. Genta sedang merayu Shana untuk kembali memasak udang cabai hijau kesukaannya.“Tapi kamu bayarin aku massage ya?” todong Shana pada Genta.“Iya deh. Sepuluh kali juga ayo!” sambut Genta menyanggupi. Indira tersenyum dan membantunya memasak sementara Siwi sedang sibuk menemani Renzo membangun bangunan dari batang korek api bersama Keenan.Ponsel Keenan berbunyi dan ketika melihat nama di layar, dia segera bangkit dan keluar. Tidak ada yang curiga sedikit pun tentang panggilan tersebut. Keenan berjalan menuju halaman dan mengusap ikon hijau.‘Halo, Al?’‘Apa kabar, Bro?’‘Baek. Kemana aja Loe?’‘Ada di sini.’‘Loe gila, Al! Bisa-bisanya pergi tanpa berita dan konyol banget sikap Loe
Undangan dari kedutaan Indonesia itu Alden terima dengan hati penuh tanya. Sudah kali kedua ia menerima undangan untuk paguyuban bagi warga Indonesia yang tinggal di Indonesia. Ia tidak mungkin menolak untuk menghadiri acara tersebut. Pikirnya mungkin perlu untuk mendekatkan diri supaya mudah dalam proses mendapatkan perpanjangan visa.Acaranya sekitar pukul tujuh malam dan Alden berniat untuk memenuhi undangan tersebut.Pria itu memilih baju yang tepat untuknya menghadiri acara tersebut. Setelah usai, jam di tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia segera bergegas dan mandi.Jarak yang akan dia tempuh nanti adalah sekitar satu jam dan Alden tidak ingin hadir terlambat. Tidak sulit untuknya mendapatkan taxi dan mobil berwarna kuning itu meluncur menuju kantor kedutaan.Dengan ragu-ragu, Alden menunjukkan kartu undangan pada penerima tamu dan pemuda itu tersenyum lebar dan melupakan bahasa Swedia yang tadinya sempat ia lontarkan pada Alden.T
Mengenal pribadi Niara cukup membuat Alden terhibur. Kesan pertama yang tidak begitu baik, kini akhirnya luntur dan Alden menikmati kebersamaan mereka.Niara adalah wanita yang belum ia kenal seutuhnya. Di luar pembawaannya yang ceria dan suka berkelakar, dia juga menyimpan sesuatu yang tidak pernah ia ungkapkan pada Alden.Hanya saja, jika Alden menilai, Niara pernah mengalami hal yang membuatnya begitu trauma dan dia memang mencoba melarikan diri dari masa lalunya. Hari ini Alden baru saja menerima pesan dengan emoticon lucu dari Niara yang mengatakan bahwa indomie adalah makanan paling berharga.Alden tersenyum geli. Niara baru saja mendapatkan kiriman dari keluarganya yang dititipkan lewat salah satu anggota komunitas mereka. Tawaran untuk Alden turut menikmati mie instan khas Indoensia tersebut terlontar dan ia berjanji membawa sore itu.Alden baru saja memutuskan untuk menghubungi ibunya. Tangis Menik bercampur dengan marah dan omelan khas ibunya pu
Pagi hari, Alden terbangun karena aroma harum yang menguar dari dapurnya. Dengan mata setengah mengantuk, ia membuka mata. Setengah terpicing ia memastikan siapa yang ada di dapur. Alden dengan malas bangkit dan menyeret kakinya menuju ke arah dapur.Niara dengan suara bersenandung merdu, sedang bernyanyi sembari menyiapkan mie kuah instan untuknya!“Pagi!” serunya dengan suara biasa dan ceria. Raut suram dan sendu tadi malam hilang dan seperti tidak pernah ada.“Mie instan siap disantap lima menit lagi!” ucapnya kemudian.Alden memberi isyarat untuk ijin membasuh muka dan sikat gigi dulu. Niara mengangguk dan kembali sibuk memotong sayuran dan jamur untuk tambahan.Setelah merasakan air dingin menyentuh wajah dan segarnya pasta gigi menyegarkan mulutnya, Alden siap bersantap hidangan istimewa.Ketika tiba di dapur, Alden bingung. Mie instan sudah terhidang dengan kepulan asap panas yang menggoda perutnya, tapi Niara
Niara membetulkan ranselnya yang melorot dan menekan bel. Tidak lama terdengar langkah kaki dan pintu terkuak. Alden tersenyum ceria dan membuka pintu lebar-lebar.“Empat puluh menit! Telaaat!” protes Alden.Niara menunjukkan kantong belanja dan membuat gerakan cepat.“Aku belanja dulu, karena aku bakal nginep di sini!” cetus Niara dalam bahasa isyarat.Alden mengernyitkan dahi dan berharap tidak ada yang terjadi pada Niara.“Tenang! Kali ini bukan karena aku terdesak!” hibur Niara sembari teriak dari dapur.Alden tertawa lega dan menarik snack rumput laut dari paper bag yang baru dirapikan ke dalam kulkas oleh Niara.“Aku siap dengar ceritamu. Kalo menarik, semua outline akan kuganti dengan ceritamu,” ungkap Niara sembari membuka laptop dan duduk di karpet.Alden masih sibuk mengunyah sementara menyiapkan rangkuman kisahnya dengan Indira.“No judgement, janji ya?&rdq
You know I want youIt's not a secret I try to hideI know you want meSo don't keep sayin' our hands are tiedYou claim it's not in the cardsAnd fate is pullin' you miles awayAnd out of reach from meBut you're here in my heartSo who can stop me if I decideThat you're my destiny?What if we rewrite the stars?Say you were made to be mineNothing could keep us apartYou'd be the one I was meant to findIt's up to you, and it's up to meNo one can say what we get to beSo why don't we rewrite the stars?Maybe the world could be oursTonightYou think it's easyYou think I don't wanna run to youBut there are mountainsAnd there are doors that we can't walk throughI know
Inilah kisah dari beberapa manusia yang mampu menaklukkan tantangan hidup dan cobaannya.Indira Sartika, seorang wanita yang begitu tegar menjalani berbagai krisis dalam hidupnya selama ini, akhirnya merengkuh dan layak mendapatkan buah dari keprihatinannya.Bukan karena dia wanita hebat dan memiliki kualitas bertahan yang mumpuni, tapi karena dia mencoba mengikuti nuraninya yang tidak mungkin berbohong. Setiap jalan yang ia ambil selalu menempuh cara benar dan bukan yang mudah.Berani berkata tidak dan menolak segala nikmat dunia, demi mempertahankan martabat sebagai wanita yang juga pantas dihormati.Pria melihat dia sebagai pribadi yang begitu berharga untuk dimiliki, karena prinsipnya tidak sekedar menjadi perempuan yang pasrah.Indira tahu dengan baik, tujuan hidup dan keinginannya. Tahu bagaimana memperjuangkan haknya sebagai wanita dan juga berani mengambil tanggung jawab meskipun pahit.Siwi dan Shana adalah saksi bagaimana Indira me
Alunan musik yang memenuhi ruang keluarga membuat hati siapa pun menjadi damai. Pilihan mereka adalah menikah di Bali dan setelah persiapan matang di Salatiga, akhirnya bersama-sama terbang ke Bali dua hari lalu.Besok adalah hari yang mereka nantikan. Persiapan gedung dan catering memang menggunakan event organizer, tapi Indira dan Menik tampak tidak bisa diam.Keduanya sibuk memeriksa bunga, pilihan makanan, tamu undangan, tempat duduk dan bahkan persiapan bulan madu. Keduanya memastikan jika ini akan berjalan baik dan tidak ada kendala.Kini malam sebelum pernikahan, Gya harus tinggal di hotel dan menjauh dari Renzo sementara waktu. Alden menggoda putranya yang tampak mulai gugup dengan seloroh yang cukup vulgar. Keenan menimpali dengan tawa yang tergelak. Genta dengan tenangnya mengatakan semua akan berakhir indah.“Seindah lenguhan panjang dan senyum cemerlang di pagi hari!” imbuh Alden tanpa menahan diri.Indira muncul dan bertola
Silka dan Ignar bergilir merawat dan menjaga Gya hingga sembuh. Renzo masih harus menyelesaikan keperluan surat menyurat untuk persyaratan pernikahan.Setiap sore dia datang menggantikan kedua adik sepupunya dan tidur di rumah sakit.Gya memang tidak memiliki luka dalam, tapi sepertinya dia masih menyimpan ketakutan tersendiri. Wajahnya sesekali mengernyit dan cemas.“Kamu masih inget kejadian itu, Kak?” tanya Silka tampak prihatin.Gya memejamkan mata dan membenarkan.“Kebencian sama Bayu nggak sebanding dengan penyesalanku karena udah ngebiarin dia masuk dalam hidup ini.”“Nyalahin diri adalah target Bayu yang sebenarnya. Jangan terpengaruh oleh hal itu, Kak. Kayaknya nggak berharga banget,” bantah Silka dengan cepat-cepat.“Ya. Dia memang mau ngancurin aku pelan-pelan, lewat pikiranku.”Gya sadar sekali akan hal itu.“Kita nggak akan ngebiarin itu, kan?” Silk
Renzo merasakah tubuhnya gemetar oleh amarah yang mengelegak. Melihat kekasihnya dihajar sedemikian rupa oleh pria biadab, membuat Renzo diliputi dendam.Alden dan Indira terus menenangkan dengan kata-kata lembut.“En, tenang. Pakai ini dan bukan ini,” ucap Alden sembari menunjuk kepala kemudian lengan.Putranya duduk terkulai dan meremas rambut gusar.Ibu dan kakak Gya sudah dikabari dan mereka sedang menuju ke rumah sakit dari hotel. Pernikahan tinggal dua minggu lagi dan suasana gembira menjadi duka dalam sekejap.Saat bertemu dengan Leo dan Dion, kedua pria yang akan menjadi kakak iparnya tersebut menepuk pundaknya dengan pelan.“Kita nggak akan bertindak apa pun, kecuali lapor polisi! Semua bakal ditindak melalu proses hukum yang benar dan tahan emosi kalian. Kalo ada yang nekad, Bayu menang dan kita kalah telak!” ingat Alden dengan lantang dan tegas.Ibu Gya terlihat gemetar dan tidak sanggup berdiri. Ind
Persiapan pernikahan memang selalu merepotkan. Namun Gya tidak melihat sedikit pun kesulitan yang membuatnya kelelahan dan stress. Ibu mertuanya, Indira, selalu membantu dan mengarahkan dengan sabar.Pemilihan pernak pernik yang berbeda pendapat dengan keluarga besarnya, akhirnya berhasil ditengahi dengan elegan dan bijak oleh Indira.Ibu Gya memuji berkali-kali tentang calon ibu mertuanya yang ternyata masih muda dan sangat cantik tersebut. Terlebih lagi ayah mertuanya, Alden, yang mirip dengan pria muda dengan penampilan masih tidak kalah menarik dan modis dengan Renzo.Dengan hati-hati, Gya menjelaskan mengenai siapa Renzo dan ibunya semakin kagum dengan keluarga mereka. Gya melihat dengan jelas, bagaimana ibunya sedikit syok dan tersentuh oleh kebesaran hati Indira yang membesarkan Renzo tanpa menimbang dia bukan putra yang terlahir dari rahimnya.Keputusan buat Indira tidak memiliki anak kandung adalah karena dirinya merasa lebih dari cukup mendapatk
Alden berdiri di depan bingkai foto di ruang tengah rumah Salatiga. Matanya menatap gambar dirinya bersama Indira dan Renzo dalam baju adat Jawa.Di sebelah bingkai foto besar tersebut, terdapat foto Indira bersama Jantayu dan Renzo dengan baju pernikahan modern. Hatinya berdesir sakit.Bukan karena cemburu, melainkan merasa prihatin akan nasib Jantayu yang malang.Pria baik itu tidak sempat menjalani kehidupan bahagia yang lama dengan wanita luar biasa, Indira. Alden bahkan sempat mengalah demi memberi kesempatan pada Jantayu untuk menjadi pria yang bisa meneruskan harapannya.“Kayaknya baru kemarin dia ada di sini,” gumam Indira tiba-tiba ada di sebelahnya.Alden mengingat dengan jelas saat datang ke rumah ini beberapa belas tahun yang lalu setelah Jan meninggal. Foto itu menjadi satu-satunya kehangatan yang terpancar dan bisa memberi sinar juga kekuatan bagi Indira untuk bertahan dalam kesedihan.Dunia istrinya mungkin dalam k
Kembali ke Jakarta dengan status baru, cukup membuat Silka risih. Antara dia dan Alka adalah hubungan kecelakaan yang tidak disengaja.Sementara kembali pada aktivitas kuliah yang super sibuk mendekati akhir semester, Silka memilih tidak lagi memusingkan tentang Alka.Pria itu cukup memberinya ruang dan gerak yang tidak mengikat. Mungkin inilah enaknya pacaran dengan orang dewasa. Banyak pengertian yang dia dapatkan dari Alka.“Sil! Kamu beneran pacaran sama dosen baru anak fakultas kedokteran?” tanya teman kuliahnya dengan wajah penasaran.Silka mengangguk ragu.“Gila! Keren banget sih! Pak Alka itu ganteng dan baik banget!”Silka terus mendengarkan puluhan pujian untuk kekasihnya yang hingga detik ini belum pernah dia cium atau pegangan tangan.Setelah mendekati jam masuk kelas, Silka mengakhiri obrolan satu arah itu dan melenggang masuk. Selama kuliah berjalan, dia tidak habis-habisnya memikirkan tentang Alk
Mungkin bertemu jodoh itu terjadi tanpa bisa terduga.Bagi Silka yang masih berusia awal dua puluhan, ini bukan menjadi pertimbangan seriusnya. Terlebih lagi Ignar juga masih bimbang akan jati dirinya, semua keluarga tidak akan berpusat pada hal pernikahan dalam waktu dekat.Mengunjungi orang tua dan kerabatnya di Salatiga memang menyenangkan. Dia kadang malas meninggalkan kota kecil tempat ia tumbuh dan besar. Teman masa kecilnya ada di sini. Tapi Silka untuk saat ini tidak memiliki pilihan.Semua keluarga berkumpul di rumahnya. Ayahnya, Keenan, tampak masih tampan meskipun menjelang usia setengah baya. Mati-matian ayahnya menolak dengan mengatakan masih lima tahun lagi, tapi Silka suka mengangguk dengan gencar.Malam itu Renzo datang sendiri dan Silka senang karena memiliki waktu untuk berbagi lebih banyak. Perhatian kakak sepupunya memang tertuju pada dua hal akhir-akhir ini.Untuk Ignar dan Gya, kekasihnya.Silka merindukan masa-masa di