"Hei! Ternyata beruang hitam itu tidak sebodoh yang kupikirkan," celetuk Taejun di tengah-tengah lompatannya ke batang pohon lain.Memastikan kembali, Muhan berhenti sejenak untuk menengok ke bawah. Dan benar saja—terdapat alasan mengapa mereka dinamakan sebagai penjaga hutan. Mereka bisa mengendus manusia asing mana pun yang belum berstatus sebagai Pasukan Pemburu Naga.Mengejar, dan terus mengejar. Beruang hitam itu meraung-raung saat tidak sengaja menabrakkan diri pada salah satu pohon. Muhan kembali melompat begitu mendapatkan tepukan dari Hyunmi. Memang bukan waktu yang tepat untuk mengagumi kegigihan para penjaga hutan."Apa kelemahan serigala tutul, Muhan?" tanya Shim Gyeong dengan napas terengah-engah. "Bunga melati.""APA?!"Rekan setimnya mendadak berhenti, bahkan Woon nyaris tergelincir dan jatuh ke genggaman beruang hitam yang berada tepat di bawahnya. Kihong menyahut jengkel, "Hei, Budak! Untuk kali ini kami memang mengikutimu karena kau mengaku sudah belasan kali dikej
"Kau?!"Muhan menghentikan langkah sejenak, lantas menghadap seseorang yang rupanya merupakan sang pangeran. "Kupikir kau atau rekan setim yang lain tidak akan sudi mengikuti budak rendahan sepertiku ini. Ternyata, kalian hanya beberapa langkah dariku saja."Shim Gyeong berdecak kesal, mengabaikan ucapan Muhan dengan menghampiri selajur kecil yang dipenuhi oleh bunga melati. Muhan mendengus lelah. Selamanya, manusia seperti Shim Gyeong mana mau mengakui keterampilan Muhan meskipun sudah diikuti sampai ke ujung selatan lembah pun.Dalam diam, keduanya meraup senganggam bunga melati yang disembunyikan di balik pakaian masing-masing. Kali itu, Muhan sangat berterimakasih pada Guru Yeom yang sudah memberinya pakaian baru. Berbeda dari pakaian lamanya yang lusuh, pakaiannya yang baru mampu menyimpan sesuatu tanpa ketahuan oleh orang luar."Omong-omong," Muhan memicingkan mata ke arah Shim Gyeong setelah menilik sekeliling. "Di mana yang lainnya?""Mereka sedang mengalihkan fokus si beruang
Muhan menghentikan jeritannya saat serigala tutul itu tiba-tiba saja mundur dengan sepasang mata bundar yang berkaca-kaca. "Eh? Ada apa ini? Ke-kenapa dia ...."Detik itu, Muhan menyadari munculnya sebuah sinar dari balik pakaiannya. Ketika mencari asalnya, rupanya dari belati yang selama ini disembunyikan sebaik mungkin itu.Muhan mengeluarkan belati tersebut secara perlahan, kemudian disodorkan ke hadapan serigala tutul. Ajaibnya, makhluk itu beringsut mundur. Belati yang berada dalam genggaman Muhan memberi gelombang takut dalam sorot mata sang serigala tutul."Apa mungkin karena belati ini merupakan milik mendiang Kim Joon?" Muhan berdiri seraya mendekati si serigala tutul. "Hei! Aku tidak akan menyakitimu, Teman! Aku hanya ingin menangkapmu sebentar untuk diperlihatkan di hadapan Raja dan Guru Yeom. Setelah itu, kau akan kulepaskan."'Kau tidak akan menyakitiku, Tuan?'Muhan menggeleng santai, "Tidak! Aku ha—eh? Siapa yang barusan berbicara padaku?!"'Aku, Tuan!'Secara perlahan,
Bertepatan saat itu, terdengar jeritan dari berbagai arah selagi Tim 10 beserta Ji Yidan, mulai berlari dari kejaran anjing neraka yang mengejar siapa pun yang terlihat dalam pandangan. Muhan menoleh sejenak, lantas mendapati dua ekor anjing neraka yang menyalak penuh amarah di belakangnya."Astaga, apakah ini tandanya bahwa para penjaga hutan yang lain sudah tertangkap?" tanya Muhan entah kepada siapa.Yidan menyahut dengan napas tersengal, "Pastinya! Makanya para anjing neraka itu dilepaskan."Shim Gyeong melirik pepohonan yang dilewatinya. "Cepat! Lebih baik kita naik ke atas pohon! Hanya itu satu-satunya cara terbaik untuk bertahan sebentar."Semuanya menurut. Lee Woon yang masih menggenggam tali kekang terhadap serigala tutul mereka hampir tertinggal, namun secepat mungkin Taejun membantu pemuda itu untuk naik ke pohon yang dipanjatinya.Moque, serigala tutul yang berada dalam belenggu tali Tim 10 itu masih berada di bawah, menjejaki
"Salah satu rekan saya mendengar suara dari perbatasan. Karena mereka mengira suara itu mungkin saja berasal dari target tim kami, maka mereka berjalan dulu, sementara saya baru saja menangkap ikan dari sungai dan tertinggal."Setelah mendengar teriakan yang tidak asing, saya menyusul mereka secepat mungkin tapi semua sudah terlambat ... anjing-anjing neraka itu sudah memakan rekan setim saya, bahkan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri ba-bagaimana tubuh mereka dikoyak-koyak secara brutal, Guru ...."Ji Yidan tak mampu berpijak dengan benar, sehingga Taejun dan Kihong menahan pemuda itu supaya tidak terjatuh. Siapa pun yang berada di posisi Yidan, pastinya akan merasakan ngeri yang teramat sangat. Latihan berburu yang semula disambut baik, justru berubah menjadi malapetaka bagi anak-anak didik.Raja mendekat dengan segurat kekhawatiran, sedangkan Shim Gyeong ditarik oleh Selir Seo untuk menjauh. "Apa kau melihat seseorang yang membawa anjing-anjing neraka itu ke hutan?""Tida
Shim Gyeong sedang menjulurkan talinya pada salah satu pohon yang diisi oleh para Woorimwi, sedangkan di bawahnya terdapat tiga anjing neraka sekaligus. Setelah mereka melingkarkan tali sesuai arahan Shim Gyeong, seketika tali tersebut membentuk sebuah kandang besi yang kokoh dan kuat. Lima Woorimwi yang selamat itu terlihat senang telah berada dalam perlindungan Shim Gyeong dan diangkut oleh Moque menuju atas lembah.Sampai di ujung tebing, Roah menghambur ke pelukan Guru Yeom. "Abeoji!"Guru Yeom membalas pelukan anaknya selama beberapa detik. "Kau tidak apa-apa, Roah? Apa kau terluka?"Roah menggeleng pelan. "Tapi ... busur pertamaku hancur karena terinjak oleh anjing-anjing neraka itu, Abeoji ... busur kesayanganku ... mereka sudah hancur ....""Tidak apa-apa, Roah. Memang sudah saatnya kau mempunyai busur baru. Aku akan mrmbuatkanmu satu, yang baru dan lebih bagus dari sebelumnya." Kata Guru Yeom, berusaha menenangkan putri semata wayangnya itu.Muhan mengulum senyum, lantas memb
Latihan berburu paling buruk yang pernah ada dalam sejarah Perguruan Guru Yeom serta seluruh Tanah Wari. Usai membinasakan anjing neraka raksasa, sisanya yang semula berkeliaran di lembah pun menghilang menuju perbatasan. Setelah diikuti oleh Panglima Gyeomsabok dan pasukannya, jejak mereka lenyap seolah terbawa angin.Para orang tua anak didik langsung berbondong-bondong datang ke Perguruan untuk memastikan keadaan anak-anak mereka. Menyedihkannya, lebih dari setengah anak-anak diduk ditemukan dalam keadaan tidak utuh.Deru tangis yang saling meraung memenuhi sepenjuru Perguruan dengan duka yang melebar, menjadi latar baru yang menyesakkan. Tidak cukup dengan kesedihan akan kehilangan begitu banyak calon Pasukan Pemburu Naga yang hebat, rakyat menggaungkan kekhawatiran mereka terhadap keamanan Wari."Iya, bagaimana bisa para anjing neraka memasuki hutan perbatasan? Sayangnya, hari itu bertepatan dengan latihan berburu yang diadakan oleh Kerajaan dan Perguruan demi seleksi yang akan t
Guru Yeom tak memberikan tanggapan apa pun terkait kejujuran yang Muhan katakan mengenai belati istimewanya. Pria itu hanya terdiam, memandang belati berwarna keperakan yang rasanya memiliki sedikit aura si pembuat belati dari tiap inci benda tersebut."Guru?" panggil Muhan sedikit takut. "Saya sudah mengatakan yang sebenarnya, Guru. Saat pertama kali membuka sarung belati itu, tiba-tiba saja muncul cahaya kebiruan yang membuat saya terkejut. Lalu kalau dipikir lagi, sepertinya mulai sejak itu saya memuntahkan cairan berwarna hitam."Lawan bicaranya mendongakkan kepala secara mendadak, tetapi helaan napas berat yang berlanjut itu menambah beban pikiran baru. "Dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini, ternyata kau ....""Ya? Saya kenapa, Guru?"Guru Yeom cepat-cepat menggeleng, kemudian menggembalikan belati tersebut pada Muhan. "Jika mendiang Kim Joon memang berniat menyerahkan belati ini padamu, maka aku tidak bisa mengambilnya dengan paksa. Aku harus menghargai keputusan murid
Muhan dan Kihong tersentak. Dari sudut lain gua, mereka mendapati sosok yang berdiri di tengah kegelapan. Sosok tersebut mengambang, bagai hologram berwarna merah pudar yang siap menguap sewaktu-waktu. Muhan mendekat, sementara Kihong mematung di tempatnya. Sosok tersebut mengenakan pakaian lusuh, seperti penduduk pada umumnya. Berambut panjang, yang terlihat ujungnya dipotong tak beraturan. Memindai dari atas sampai bawah, Muhan menyadari bahwa sosok tersebut merupakan wanita yang tampak seperti korban dari sebuah peperangan memilukan."Hei? Apakah kau yang meminta tolong kepada kami sedari tadi?" tanya Muhan, berusaha ramah meskipun terlihat menggelikan di mata Kihong."Muhan! Apa yang kaulakukan? Dia itu hantu! Mau apa kau menolong sesosok hantu?" bisik Kihong setengah putus asa.Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk diam, sedangkan langkahnya kian dekat pada sosok tersebut. Sosok itu tersenyum tipis, yang mana memperlihatkan sudut pipinya yang berdarah, seperti hendak disobek."K
Teriakan seorang pemuda yang berhasil menyentakkan kesadaran Panglima Naegeumwi itu turut mengejutkan Roah. Keduanya mematung, saling melempar tatapan ngeri."Apakah kau mendengarnya, Panglima?" tanya Roah. Pertanyaan tersebut masih bercampur aduk dalam pendengaran Panglima Naegeumwi sebab nyanyian pada isi kepalanya masih menguasai."Aku mendengarnya—tapi ... kenapa rasanya aneh sekali? Kenapa hanya terdengar satu jeritan saja? Kenapa yang lain ... ah? Apakah karena nyanyian yang berbunyi di dalam kepala kita ini?" terka Panglima Naegeumwi."Benar, Panglima. Sejak tadi, saya kesusahan untuk memghilangkan nyanyiannya." Balas Roah."Mari kita sumpal sebentar menggunakan kain atau apa pun itu!" Panglima Naegeumwi mengedar pandang, mencari selembar kain yang bisa disobek untuk dibagi dua dengan Roah. "Dengan begini, paling tidak kita suara nyanyiannya sedikit tidak jelas. Sekarang, kita harus mencari siapa dalangnya."Berusaha tetap tegar dan baik-baik saja, keduanya keluar dari tenda. J
Berdasarkan pergerakan Ha-rang yang menunjuk ke bagian lain hutan, Muhan dan Kihong berhenti di depan sebuah gua misterius yang berada di pinggir sungai. Entah bagaimana caranya mereka bisa menjejaki tempat tersebut, Muhan berjalan begitu saja tanpa berpikir lebih."Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Kihong kebingungan. "Ini gua yang aneh. Kau mau masuk untuk memeriksanya?""Kau sedang menawarkan atau memang bertanya?" timpal Muhan."Aku menawarkanmu untuk masuk saja, Muhan. Sementara itu, aku akan menunggu di luar sini untuk berjaga-jaga. Oh iya, omong-omong, sejak kita menjauh dari perkemahan, nyanyian itu sudah tidak terdengar lagi." Ungkap Kihong.Muhan mengangguk mengiyakan. Memang benar, sekarang dia sudah tak mendengar nyanyian yang secara ajaib menghuni isi kepalanya itu.Menyadari bila dia harus mengecek gua tersebut secepat mungkin, Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk menunggu selama beberapa saat. Berbekalkan pencahayaan minim dari belati istimewanya, Muhan juga mendapa
Muhan memiringkan kepala selepas mendudukkan dirinya di samping Yidan. Malam kian larut. Dia baru saja membantu berburu rusa, lalu menguliti mereka agar bisa segera disantap. Begitu menuju ke tengah api unggun, Muhan memandangi sebongkah kayu yang berangsur menghilang menjadi sekumpulan abu tak berharga."Seharusnya ... menjadi seperti itu kan?""Apanya?" bingung Yidan sembari melahap dua butir anggur yang dengan ajaibnya menjulur di salah satu rumah. Namun pemuda itu dengan cepat mengeluarkannya lagi, sebab buahnya belum benar-benar masak.Muhan mendengus, menggelengkan kepala. "Paling cuma firasatku saja. Kau makan apa itu?""Jangan! Tidak enak! Kau tidak akan menyukainya—asam sekali." Timpal Yidan.Bertepatan saat itu, Roah lewat bersama Shim Gyeong. Mereka akan melakukan penjagaan di sisi timur perkemahan pada sesi kedua itu. "Hai, Muhan! Yidan! Ah, aku ingin mengbrol dengan kalian, tapi aku harus berjaga." Kata Roah, kemudi
Rombongan Pasukan Pemburu Naga menuju sisi barat daya sejak melepaskan diri dari Hutan Perbatasan. Sepanjang perjalanan awal itu, Muhan tak bisa menemukan Moque—serigala bersayap yang pernah membantunya saat latihan berburu tempo hari.Ketika Muhan benar-benar melewati garis perbatasan, pemuda itu mengulum senyum. Dia masih tidak menyangka akan kesempatan luar biasa ini. Sedari dulu, dia hanya akan berada di sisi hutan yang aman, mencari tanaman yang mampu digunakan sebagai obat-obatan, lalu membersihkan Perguruan sampai benar-benar bersih.Sekarang, dia telah menjadi Pasukan Pemburu Naga yang tersohor dan mengemban tugas besar. Kalau boleh jujur, dia sendiri tidak sabar untuk melihat Naga Neraka yang lain."Omong-omong," Muhan membuka suara, mendekatkan diri ke arah Panglima Gyeonggukdae yang baru itu. "Berarti kita akan melewati Mansil?""Hm, betul! Kau pasti sudah menghafal wilayah lainnya saat berlatih dengan Panglima Naegeumwi kan? Kita meman
Muhan keluar sebagai peringkat pertama.Kenyataan tersebut menghantam dada Shim Gyeong dengan begitu kuat dan memilukan. Sebab bagaimana bisa? Seorang pemuda yang kebetulan mempunyai Him setelah sekian lamanya dirundung, lalu dengan keberuntungan besar mampu memusnahkan Naga Neraka tanpa latihan bertahun-tahun lamanya, justru mendulang peringkat pertama? Hal yang selama ini sangat Shim Gyeong inginkan?Masih dikuasai oleh keterkejukan, Muhan menaiki panggung. Pemuda itu sendiri bisa merasakan tatapan tajam bercampur protes yang tertambat padanya tanpa ampun."Selamat, Muhan!" Raja memejamkan mata sejenak untuk menyalurkan doa kemakmuran atas pencapaian pemuda itu. "Kau adalah peringkat pertama yang lulus dengan evaluasi khusus.""Ka-kalau hamba boleh tau, apa itu evaluasi khusus, Yang Mulia?" tanya Muhan setengah berbisik selepas menerima Hopae miliknya.Raja tersenyum samar. "Kau mengalahkan satu Naga Neraka dan berhasil mendapatkan permatanya yang berguna untuk melindungi Wari, Muha
Genap dua pekan seleksi Pasukan Pemburu naga terbaru berlangsung. Pada malam hari terakhir, para peserta berkemah di sisi lembah Hutan Perbatasan yang aman dari jangkauan penjaga hutan, tengah menyelesaikan upacara penutup.Raja beserta para petinggi kerajaan baru saja mengumumkan bahwa seluruhnya berhasil melewati seleksi dengan baik. Tidak mengherankan, sebab mereka yang mampu menjalani seleksi adalah sekumpulan anak didik yang telah melewati dua peristiwa berdarah penting.Guru Yeom yang selama berhari-hari mendekam di kuil Distrik Dua, berdiri sepuluh langkah dari keberadaan Raja. Pria itu mengedar pandang, menyadari senyum yang tercetak pada wajah anak didiknya."Siapa yang mengira jika mereka hanya bisa tersenyum sekarang? Mereka pasti berpikir sudah sangat hebat setelah berhasil melalui seleksi yang tidak seberapa itu." Gumam Guru Yeom yang terdengar oleh Panglima Gyeomsabok."Memang saat keluar dari Wari, kenyataan mengerikan tentang dunia
Istana sedang dilanda kesibukan terkait Seleksi Pasukan Pemburu Naga yang akan dimulai pada pagi hari ini. Para penduduk berbaris di gerbang terluar Istana untuk menyambut seluruh peserta yang akan melakukan perjalanan panjang selama dua hari hanya dengan berjalan kaki, entah dalam badai ataupun hujan petir.Garis finish berada di Hutan Perbatasan yang telah dijejaki oleh beberapa anggota kerajaan serta Menteri Pertahanan. Dalam perjalanan yang mengiringi pergerakan kereta kuda Raja, mereka diharuskan untuk melindungi Raja dalam situasi apa pun.Di dalam kereta kuda sendiri berisikan; Raja, Kasim Heo, dan Panglima Gyeomsabok yang bertugas mengawal sang Raja. Selebihnya terdapat tambahan kusir dan sepasang kuda yang menarik kereta tersebut sebagai objek yang patut dilindungi dengan nyawa sekali pun.Selesai melangsungkan upacara pembukaan yang bertujuan untuk mendapatkan restu serta keselamatan yang mengiringi tiap langkah sang raja beserta para peserta, Raja percaya diri akan seleksi
Sementara Muhan memulai pelatihan khusus bersama Panglima Naegeumwi dengan keanggotan sebagai Pasukan Pemburu Naga yang telah terverifikasi, asrama baru yang berjarak beberapa kilometer dari Istana mulai disambangi kegaduhan yang merajelala. Bukan disebabkan oleh kerusuhan para anak didik, melainkan tekad yang mereka miliki agar dapat menyusul Muhan. Tidak bisa menipu penglihatan Guru Yeom, jelas terlihat bila sebagian besar dari mereka tidak terima dengan kemajuan yang dialami oleh Muhan.Mendapatkan kemampuan Gyeonggukdae setelah sekian lama, padahal selama ini bekerja sebagai babu. Kemudian hanya berbekalkan sedikit keberanian serta keberuntungan belaka, Muhan mampu memusnahkan Naga Neraka.Akhirnya, seperti yang didengar oleh banyak orang; Muhan telah ditetapkan sebagai anggota Pasukan Pemburu Naga yang terbaru. Tanpa perlu mengikuti seleksi lagi, seolah-olah takdir baru Muhan telah tertulis dengan indahnya.Selepas berlatih dengan anak didik yang berada dalam klasifikasi yang sa