Beranda / Pendekar / Sang Pemburu Naga / 05. Tuduhan tak Terduga

Share

05. Tuduhan tak Terduga

Penulis: Hannfirda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Muhan yakin seratus persen, dia tidak berbuat salah apa pun sampai harus dipanggil ke Istana lagi. Apa dikarenakan oleh belati yang masih dibawanya itu? Astaga bisa saja! Tetapi mau kembali ke Perguruan untuk mengambil belati itu pun tidak mungkin. Dia sudah melewati gerbang utama, diikuti oleh Guru Yeom yang mendampingi, barangkali Muhan mau disembelih—kelakar Roah yang tidak masuk akal pun mulai menyambangi.

Melewati gerbang utama, Guru Yeom dan Muhan menuju salah satu ruangan di paviliun tamu. Tiap langkah yang tertuai, Muhan takut apabila setelah ini akan diseret ke depan Rumah Penghakiman dan berakhir mendekam di balik penjara bawah tanah. Diam-diam merutuki diri sendiri pula, lantaran tak membawa belati yang dapat bersinar di kamarnya itu secara sadar.

"Selamat Pagi, Guru Yeom!"

Muhan mengerjap-ngerjapkan mata, lantas menunduk hormat setelah menyadari kedatangan Raja dan para Panglima dari Pasukan Pemburu Naga yang lain. Sepertinya mereka baru saja datang, sebab kemarin para pengawal jelas-jelas mengatakan jika keberadaan panglima lainnya masih tak terendus.

Terdapat Panglima Gyeosabok, Panglima Howechung, dan Panglima Naegeumwi. Ketiganya menatap Muhan dengan tatapan menghunus, seakan-akan mampu mengulitinya hidup-hidup.

"Selamat pagi, Yang Mulia." Guru Yeom beranjak terlebih dulu, lalu mendekat dua langkah. "Bolehkah hamba bertanya? Mengapa Yang Mulia mengirim seseorang untuk menjemput Muhan ke Istana?"

Raja menaikkan satu alisnya. "Apakah budakmu ini tidak mengatakan yang sebenarnya?"

Guru Yeom menoleh sekilas, lalu mengulum senyum. "Hamba pikir, dia tidak benar-benar berkunjung ke Istana, Yang Mulia. Muhan ini hanya seorang budak rendahan yang tidak semestinya berkunjung ke Istana dan mendapatkan sekantung uang dari Yang Mulia."

Raja manggut-manggut. "Baiklah, ketiga Panglima yang baru saja kembali dari perburuan terdahulu telah datang. Mereka terkejut dengan kematian Panglima Kim Joon dari Divisi Gyeonggukdae. Karena mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, maka aku memerintah salah satu suruhan untuk memanggil budak yang tinggal di Perguruanmu ini, Guru Yeom."

Guru Yeom mengamati tiga panglima yang menujukan fokus pada sosok ringkih Muhan. Raja menatap ketiganya, memberi tanda bagi mereka untuk bertanya sepuasnya—sejujurnya Raja turut penasaran.

Panglima Naegeumwi membuka suara, dengan kedua tangan memegang pedang miliknya dan pedang mendiang Kim Joon. "Apa kau benar-benar mendapati Kim Joon dalam keadaan tak bernyawa? Kami sungguh penasaran, sebab saat bertolak dari kamp terakhir di Bersau, Kim Joon yang memimpin kami bertiga. Lalu, suatu malam dia menghilang dan tak terlihat sama sekali. Kami berpikir bahwa Kim Joon sudah lebih dulu pulang ke Wari, tetapi saat kami tiba di sini semalam, ternyata Kim Joon telah tiada."

"Bersau?" Guru Yeom mengulang nama negeri yang berjarak cukup jauh dari Wari. "Kalian sudah sampai di Bersau?"

"Benar, Guru." Panglima Gyeomsabok menyahut. "Tapi, kami menghadapi siluman yang lebih berbahaya, sehingga Naga Neraka yang kami tangkap berhasil melarikan diri. Dari yang kami dengar, budak ini mengantarkan mayat Kim Joon beserta pecahan permata naga yang dibawanya. Kami lega mendengarnya, tapi—"

"Apa kau yang membunuh Kim Joon?!"

Satu ruangan terdiam mendengar tudingan penuh amarah itu—begitu pula dengan Muhan. Dia baru saja dituduh atas sebuah pembunuhan terhadap seorang Panglima Gyeonggukdae? Muhan pasti sedang bermimpi buruk.

"Ti-tidak, Tuan! Hamba tidak tau apa-apa! Hamba hanya berusaha membawa Tuan Kim Joon ke Istana karena tidak mungkin membiarkan beliau ditinggal di hutan begitu saja!" Elak Muhan, berlutut untuk membuktikan kesungguhannya.

"Maaf menyela, Tuan." Guru Yeom menyambung. "Budak ini tidak akan berani menyakiti siapa pun. Sebagai gurunya, saya berani menjamin akan hal itu."

Panglima Howechung itu masih menggeram marah, sepertinya ingin sekali melimpahkan seluruh kesalahan pada Muhan yang merupakan seorang budak. Membuang muka, tiba-tiba saja sang Panglima Howechung mengendus sesuatu dari jarak beberapa langkah saja.

Pria tinggi tegap dengan tubuh yang lebih besar ketimbang dua panglima lainnya itu membulatkan mata, merasakan energi yang menarik jiwanya secara perlahan seiring detik berlalu. Dalam sekejap, Panglima Howechung menghampiri Muhan. Tidak salah lagi, aura mengikat yang hendak menyerap kekuatannya berasal dari pemuda itu.

"Siapa kau?! Kenapa kau berusaha menyerap kekuatanku, hah?!"

Muhan meronta-ronta, berupaya melepaskan diri dari cengkeraman Panglima Howechung yang berselam amarah itu. Kedua panglima lainnya membantu untuk melepaskan satu tangan Panglima Howechung yang mulai mencekik Muhan. Guru Yeom sendiri kebingungan, tengah mencari tau maksud dari pertanyaan Panglima Howechung barusan.

"Sa-saya ti-dak ... uhukk melakukan apa-apa, Tu ... an ...." Muhan nyaris melemas, paru-parunya tak mendapatkan oksigen sebagaimana semestinya. Dicekik oleh seorang Panglima Howechung sampai mati? Haruskah Muhan mengucapkan kata-kata terakhirnya sekarang juga?

Panglima Howechung bergeming, tak mempan ketika dua panglima lain mencoba melerai. Sebagai seorang Howechung yang dikaruniai fisik kelewat kuat, Muhan tau penyebab dari ketidaksanggupan keduanya.

Mengabaikan perintah Raja dan sodoran pedang yang tertuju, Panglima Howechung semakin mengeratkan cekikannya pada Muhan. Tampaknya pria itu tidak peduli apakah dia akan keluar dari Istana dalam keadaan tak bernyawa setelah ini.

Di saat Muhan menyerah, tiba-tiba saja muncul lonjakan aneh dari dalam tubuhnya. Seluruh individu yang berada di paviliun tamu tersentak mundur. Bahkan Panglima Howechung yang kuat itu pun tersungkur paling jauh, sampai menembus ruangan di sebelah.

Muhan terduduk dengan segudang udara yang baru saja mengaliri dadanya secara aneh. Guru Yeom mendekat dengan kening berkerut. "Apa yang baru saja kau lakukan, Muhan?"

"A-apa, Guru? Saya tidak melakukan apa-apa!"

Mengerti adanya keganjilan, Guru Yeom menekan tengkuk Muhan menggunakan kedua ibu jarinya dengan mata terpejam. Beberapa detik menelaah, Guru Yeom beringsut mundur kala mengetahui adanya aura asing yang menghuni sebagian jiwa Muhan.

"Muhan ... kau ...."

Guru Yeom meneroka sepenjuru ruangan melalui mata elangnya. Secepat kilat dia menyambar kedua pedang yang tercecer di sekitar Panglima Naegeumwi, perisai milik Panglima Gyeomsabok, serta ketapel milik Panglima Howechung yang tertinggal.

"Cepat! Pegang satu-satu!"

"Hah? Untuk apa, Guru? Bukannya selama ini Guru selalu melarangku untuk memegang semua senjata yang ada?" bingung Muhan.

"Pegang saja, Muhan! Setelah ini kau akan mengetahuinya!" Perintah Guru Yeom.

Dalam kebingungan yang melesak, sebuah lolongan mengudara. Mereka semua mengalihkan pandang ke arah lubang yang tercipta berkat lontaran Panglima Howechung tadi. Memahami ada yang tidak benar, Raja segera mendapatkan perlindungan dari para pengawal serta Panglima Naegeumwi yang masih mempunyai tali tak terbatas di balik pakaiannya.

"A-apa itu?" tanya salah satu pengawal, yang tentu saja takkan terjawab oleh siapa pun.

Lantai paviliun tamu bergetar. Tiap kepala yang bertanya-tanya dihinggapi kegelisahan besar. Raja mencengkeram pundak Kasim Heo, ditempatkan sebagai perisai. Guncangan demi guncangan menghambur. Derap langkah berat itu menyulut kekhawatiran berlebih. Terutama, saat si pemilik langkah mematikan itu menampakkan diri.

Terkesiap, Muhan ternganga. Seekor Siluman Cerberus—anjing berkepala tiga memberi salam berupa lolongan kedua yang memekakkan telinga.

"Cepat!" Guru Yeom berbisik. "Coba pegang salah satunya, Muhan! Kalau ada yang bersinar, maka salah satu senjata itu akan menjadi milikmu."

"A-apa?"

Lolongan berlanjut, diikuti napas api yang mengenai salah satu sisi paviliun tamu. Mau tak mau, Muhan menuruti perintah Guru Yeom. Dipegangnya sebuah pedang bertali merah yang berada di ujung. Tidak bereaksi apa-apa.

Ketika Muhan hendak memberitahu Guru Yeom, tatapan sang Cerberus terpaku padanya. Muhan menelan ludah susah payah. Ternyata dialah sasaran utama siluman mengerikan itu.

Selagi Cerberus memulai langkah pertamanya, Muhan melepas pedang bertali merah tadi. Dicobanya pedang yang satu lagi, dan Muhan merasakan sentakan yang begitu kuat dari dalam tubuhnya. Seolah-olah seluruh pembuluh darahnya mendidih, bergelagak di dalam sana.

Muhan menarik napas rakus, bersamaan dengan silau kebiruan yang bermuara dari pedang yang digenggam.

"Muhan ...." Guru Yeom membuka mulut, tak percaya. "Kau ...."

Sebelum Guru Yeom melanjutkan perkataannya, Cerberus yang mengamuk itu berlari ke arah Muhan tanpa keraguan sedikit pun.

"AKAN KUBUNUH KAU, BUDAK RENDAHAN!!!"

•••••

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Pemburu Naga   06. Siluman di Istana

    "AKAN KUBUNUH KAU, BUDAK RENDAHAN!!!"Clang!Entah mendapat keberanian dari mana, Muhan menahan kepala anjing paling tengah menggunakan pedang bercahaya dalam genggamannya itu. Dengan napas tersengal-sengal, Muhan berusaha mendorong si kepala anjing yang berada dalam jangkuannya sejauh mungkin agar dapat dikalahkan oleh Guru Yeom.Selagi terpusat pada si tengah, dua kepala anjing lainnya disibukkan oleh sodoran pedang dan tali dari Panglima Naegeumwi yang sadar lebih dulu. Muhan terhenyak, terkejut sendiri atas sejumput kekuatan yang mendorongnya untuk tetap bertahan. Guru Yeom bergegas mencari belati hitam yang bersembunyi di balik jubah abu-abu kebanggaannya, lantas melemparkan belati tersebut hingga mengenai jantung si Cerberus yang terlihat oleh pandangan.Cerberus tersebut masih mengenakan pakaian yang dikenakan oleh Panglima Howechung tadi. Dengan tiga kepala masih berhadapkan kesibukan masing-masing, sosoknya menggelinjang seperti terkena kejut listrik bertegangan tinggi. Peda

  • Sang Pemburu Naga   07. Mulai Berlatih

    "Cerberus itu berasal dari dataran Yunhan, tetapi bagaimana caranya roh siluman itu bisa menetap pada tubuh Panglima Howechung?" tanya Guru Yeom kepada dua panglima yang menaruh kebingungan sama besar. Sekembalinya Raja ke Geumjung—kediaman utama Raja, Guru Yeom beserta kedua pangilma tersebut tetap berada di paviliun tamu di tengah sisa kekacauan yang masih terpampang nyata. Mereka bertiga membentuk suatu lingkaran yang menutupi meja sepinggang dari pandangan Muhan. Muhan mengembuskan napas perlahan. Selepas keterkejutan yang menghampirinya berangsur merendah, pemuda itu berdiri di ambang pintu sembari memandang sepasang telapak tangannya. Siapa yang mengira bila dia memiliki kemampuan seorang Gyeonggukdae?Belum lagi, Raja langsung menyuruh Kasim Heo untuk mengikutsertakan namanya sebagai calon peserta Pasukan Pemburu Naga yang akan diseleksi sebentar lagi. Mengetahui dirinya diperbolehkan memegang salah satu pedang saja sudah sangat membahagiakan. Lalu menjadi calon peserta? Enta

  • Sang Pemburu Naga   08. Tidak Ada Peningkatan

    Mengitari lembah dari barat ke timur maupun sebaliknya, ternyata tidak semudah itu. Terdapat alasan mengapa hutan yang dijejakinya itu rawan saat malam. Di dalamnya dihuni begitu banyak binatang buas yang bertugas menjaga hutan dari terkaman musuh. Kabarnya para penjaga hutan itu mampu mengenali para kesatria yang berperan besar bagi kerajaan.Mereka tidak akan menyerang Pasukan Pemburu Naga, lantaran mengenali aura hanya berdasarkan derap langkah yang terdengar. Muhan bukanlah salah satu anggota Pasukan Pemburu Naga. Kebetulan yang membuatnya dapat mengeluarkan kemampuan seorang Gyeonggukdae saja masih dipertanyakan. Itulah mengapa, para penjaga hutan masih menganggap Muhan sebagai gangguan atau mangsa empuk.Hari pertama tidak berjalan baik. Muhan kembali ke titik di mana Guru Yeom duduk bersila sesaat setelah terbenamnya matahari. Penjaga hutan yang ganas-ganas itu tidak akan melepaskan satu target yang sudah mereka putuskan. Maka saat matahari telah memperlihatkan diri sepenuhnya,

  • Sang Pemburu Naga   09. Tontonan Pemberitahuan

    "SIALAN KAUUU!!!!"Brakk!!Seisi kantin yang tadinya mulai berdengung untuk mengata-ngatai kehadiran Muhan di aula makan, langsung terpaku setelah seruan penuh keterkejutan mengudara.Bukan—bukan disebabkan oleh Muhan yang terlempar ke salah satu meja dengan wajah sebagai tumpuan, tetapi sebaliknya. Muhan yang melempar Woon begitu mudah, seolah-olah perundungnya itu seringan kapas.Muhan berdiri dengan napas terengah-engah, memindai sekeliling yang menganga. Bahkan dia mendapati Shim Gyeong yang mengerutkan kening, tak menduga akan keberanian serta kekuatan yang Muhan miliki.Semua orang mengetahui betapa lemahnya Muhan. Disenggol sedikit saja oleh anak yang memiliki Him, pemuda itu bisa oleng sampai berciuman dengan tanah. Tetapi sekarang, Muhan mampu melempar Woon yang tentunya skenario semacam itu tidak pernah terlintas dalam benak siapa pun."Sial! Apa yang baru saja kaulakukan, hah?!" Salah satu anggota perundung melontarkan sepasang sumpit yang tiba-tiba saja berubah menjadi dua

  • Sang Pemburu Naga   10. Tanda Tanya Baru

    "Salah satu permata naga yang disimpan oleh Raja dicuri oleh seseorang!""Apa? Yang benar saja? Bagaimana bisa? Bukannya tempat penyimpanan permata naga berada di Geumjung?""Sepagian ini, Raja mengamuk dan membunuh salah satu penjaga langsung di tempat." Seorang kurir berpakaian compang-camping menyerahkan gulungan sutra terakhir pada Guru Yeom. "Maka dari itu, Selir Seo sedang berusaha untuk menenangkan Raja sekarang ini. Beliau meminta maaf sebab tidak bisa mengobrol dengan Guru Yeom."Guru Yeom manggut-manggut. Hari ini, dikarenakan kondisi Muhan masih terlalu lemah, Guru Yeom tetap berada di Perguruan. Begitu juga dengan Muhan yang berolahraga kecil-kecilan di depan kamar kecilnya.Selepas menerima sutra kiriman Selir Seo sebagai bentuk terima kasih yang senantiasa diterima setiap bulannya, Guru Yeom mendatangi Muhan. Sama seperti semalam, wajah pemuda itu terlihat pucat dan menyedihkan."Apakah ini yang dilakukan oleh seorang Gyeonggukdae, Muhan? Bermalas-malasan? Tidakkah kau m

  • Sang Pemburu Naga   11. [Hutan Perbatasan] Latihan Berburu

    "Ya, kau akan mengikuti latihan perburuan pertama pada malam hari ini, Muhan."Bagai mendapatkan sekarung penuh koin, Muhan terlonjak dari duduknya. Pemuda itu mendekati Guru Yeom dengan mata berbinar cerah. "Benarkah, Guru? Apa itu artinya saya akan mulai menggunakan pedang? Selama ini saya belum memegang pedang yang Guru berikan.""Setelah menguasai bela diri dan Him yang ada dalam tubuhmu, kau akan andal menggunakan pedang dengan sendirinya, Muhan. Memang tidak secara instan, tetapi kau bisa mengendalikan kekuatan itu melalui pergerakan pedangmu." Jelas Guru Yeom. "Jadi, semisal nanti malam kau tetap bersikeras membawa pedang, bawa saja! Tapi aku tidak yakin kau bisa menggunakannya dengan baik nanti.""Ah, itu tenang saja, Guru!" Muhan melirik Yidan yang duduk bersila di bawah pohon sembari mengelap tongkat kebanggaannya. "Yidan sudah mengajari saya beberapa hal yang bisa saya lakukan dengan pedang, Guru. Yah, walaupun kami berlatih menggunakan ranting."Guru Yeom menggelengkan kep

  • Sang Pemburu Naga   12. [Hutan Perbatasan] Kekacauan Pertama

    Raja, Ratu, Selir Seo beserta petinggi Kerajaan lainnya telah menempatkan diri di singgahsana yang telah dipersiapkan. Mereka duduk tepat di atas lembah, yang mana dapat melihat beberapa tim berpapasan atau berkeliaran. Berkat selubung pelindung yang Guru Yeom dengungkan, mereka akan aman dari radar para penjaga hutan yang semestinya sudah bergerak ke sana-kemari.Sementara sekumpulan orang penuh kuasa menikmati kursi terdepan mereka di atas lembah, anak-anak didik yang akan melangsungkan latihan berburu itu tiba di titik masing-masing. Seperti halnya Tim 10, yang secara otomatis diketuai oleh Shim Gyeong. Muhan berjalan di urutan paling belakang. Saat tiba di posisi awal pun, rekan-rekannya langsung bercakap sendiri, mengabaikan eksistensi Muhan. Dalam hati, diam-diam Muhan mendambakan sosok Yidan atau Roah yang setidaknya bisa menjadi teman mengobrol."Sekarang, mari kita kumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun. Dan juga, setidaknya kita harus menangkap kelinci atau ikan untu

  • Sang Pemburu Naga   13. [Hutan Perbatasan] Memulai Dulu

    Tim 10 yang belum merencanakan strategi apa pun itu berlari tunggang langgang, menghindari uluran tangan sang beruang hitam sebisa mungkin. Termasuk Shim Gyeong, walaupun di tengah jalan bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa harus turut berlari.Kala itu, Shim Gyeong baru menyadari jika keadaan Muhan dan Woon jauh berbeda. Muhan memiliki luka di pelipisnya, sehingga memperlihatkan darah yang mengalir pelan. Tetapi, Woon terlihat luar biasa babak belur. Hanya dengan melihatnya, Shim Gyeong mengetahui akhir dari pertempuran keduanya tadi."Bagaimana bisa beruang hitam itu mengejar kalian, hah?!" tanya Taejun pada Muhan dan Woon.Woon menyahut dengan wajah ngerinya, "Gara-gara budak yang satu ini! Dia melemparku ke salah satu pohon besar, yang tidak taunya ada celah pohon tempat persembunyian beruang hitam itu.""Aku kan tidak sengaja! Lagi pula itu refleks!" Elak Muhan.Woon ingin sekali melayangkan tinju ke arah Muhan. Kendati berada dalam keadaan berbahaya, dia hanya bisa menahanny

Bab terbaru

  • Sang Pemburu Naga   41. [Mansil] Penghuni Gua

    Muhan dan Kihong tersentak. Dari sudut lain gua, mereka mendapati sosok yang berdiri di tengah kegelapan. Sosok tersebut mengambang, bagai hologram berwarna merah pudar yang siap menguap sewaktu-waktu. Muhan mendekat, sementara Kihong mematung di tempatnya. Sosok tersebut mengenakan pakaian lusuh, seperti penduduk pada umumnya. Berambut panjang, yang terlihat ujungnya dipotong tak beraturan. Memindai dari atas sampai bawah, Muhan menyadari bahwa sosok tersebut merupakan wanita yang tampak seperti korban dari sebuah peperangan memilukan."Hei? Apakah kau yang meminta tolong kepada kami sedari tadi?" tanya Muhan, berusaha ramah meskipun terlihat menggelikan di mata Kihong."Muhan! Apa yang kaulakukan? Dia itu hantu! Mau apa kau menolong sesosok hantu?" bisik Kihong setengah putus asa.Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk diam, sedangkan langkahnya kian dekat pada sosok tersebut. Sosok itu tersenyum tipis, yang mana memperlihatkan sudut pipinya yang berdarah, seperti hendak disobek."K

  • Sang Pemburu Naga   40. [Mansil] Teror di Perkemahan

    Teriakan seorang pemuda yang berhasil menyentakkan kesadaran Panglima Naegeumwi itu turut mengejutkan Roah. Keduanya mematung, saling melempar tatapan ngeri."Apakah kau mendengarnya, Panglima?" tanya Roah. Pertanyaan tersebut masih bercampur aduk dalam pendengaran Panglima Naegeumwi sebab nyanyian pada isi kepalanya masih menguasai."Aku mendengarnya—tapi ... kenapa rasanya aneh sekali? Kenapa hanya terdengar satu jeritan saja? Kenapa yang lain ... ah? Apakah karena nyanyian yang berbunyi di dalam kepala kita ini?" terka Panglima Naegeumwi."Benar, Panglima. Sejak tadi, saya kesusahan untuk memghilangkan nyanyiannya." Balas Roah."Mari kita sumpal sebentar menggunakan kain atau apa pun itu!" Panglima Naegeumwi mengedar pandang, mencari selembar kain yang bisa disobek untuk dibagi dua dengan Roah. "Dengan begini, paling tidak kita suara nyanyiannya sedikit tidak jelas. Sekarang, kita harus mencari siapa dalangnya."Berusaha tetap tegar dan baik-baik saja, keduanya keluar dari tenda. J

  • Sang Pemburu Naga   39. [Mansil] Gua Misterius

    Berdasarkan pergerakan Ha-rang yang menunjuk ke bagian lain hutan, Muhan dan Kihong berhenti di depan sebuah gua misterius yang berada di pinggir sungai. Entah bagaimana caranya mereka bisa menjejaki tempat tersebut, Muhan berjalan begitu saja tanpa berpikir lebih."Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Kihong kebingungan. "Ini gua yang aneh. Kau mau masuk untuk memeriksanya?""Kau sedang menawarkan atau memang bertanya?" timpal Muhan."Aku menawarkanmu untuk masuk saja, Muhan. Sementara itu, aku akan menunggu di luar sini untuk berjaga-jaga. Oh iya, omong-omong, sejak kita menjauh dari perkemahan, nyanyian itu sudah tidak terdengar lagi." Ungkap Kihong.Muhan mengangguk mengiyakan. Memang benar, sekarang dia sudah tak mendengar nyanyian yang secara ajaib menghuni isi kepalanya itu.Menyadari bila dia harus mengecek gua tersebut secepat mungkin, Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk menunggu selama beberapa saat. Berbekalkan pencahayaan minim dari belati istimewanya, Muhan juga mendapa

  • Sang Pemburu Naga   38. [Mansil] Nyanyian di Malam Hari

    Muhan memiringkan kepala selepas mendudukkan dirinya di samping Yidan. Malam kian larut. Dia baru saja membantu berburu rusa, lalu menguliti mereka agar bisa segera disantap. Begitu menuju ke tengah api unggun, Muhan memandangi sebongkah kayu yang berangsur menghilang menjadi sekumpulan abu tak berharga."Seharusnya ... menjadi seperti itu kan?""Apanya?" bingung Yidan sembari melahap dua butir anggur yang dengan ajaibnya menjulur di salah satu rumah. Namun pemuda itu dengan cepat mengeluarkannya lagi, sebab buahnya belum benar-benar masak.Muhan mendengus, menggelengkan kepala. "Paling cuma firasatku saja. Kau makan apa itu?""Jangan! Tidak enak! Kau tidak akan menyukainya—asam sekali." Timpal Yidan.Bertepatan saat itu, Roah lewat bersama Shim Gyeong. Mereka akan melakukan penjagaan di sisi timur perkemahan pada sesi kedua itu. "Hai, Muhan! Yidan! Ah, aku ingin mengbrol dengan kalian, tapi aku harus berjaga." Kata Roah, kemudi

  • Sang Pemburu Naga   37. [Mansil] Desa tak Berpenghuni

    Rombongan Pasukan Pemburu Naga menuju sisi barat daya sejak melepaskan diri dari Hutan Perbatasan. Sepanjang perjalanan awal itu, Muhan tak bisa menemukan Moque—serigala bersayap yang pernah membantunya saat latihan berburu tempo hari.Ketika Muhan benar-benar melewati garis perbatasan, pemuda itu mengulum senyum. Dia masih tidak menyangka akan kesempatan luar biasa ini. Sedari dulu, dia hanya akan berada di sisi hutan yang aman, mencari tanaman yang mampu digunakan sebagai obat-obatan, lalu membersihkan Perguruan sampai benar-benar bersih.Sekarang, dia telah menjadi Pasukan Pemburu Naga yang tersohor dan mengemban tugas besar. Kalau boleh jujur, dia sendiri tidak sabar untuk melihat Naga Neraka yang lain."Omong-omong," Muhan membuka suara, mendekatkan diri ke arah Panglima Gyeonggukdae yang baru itu. "Berarti kita akan melewati Mansil?""Hm, betul! Kau pasti sudah menghafal wilayah lainnya saat berlatih dengan Panglima Naegeumwi kan? Kita meman

  • Sang Pemburu Naga   36. Keberangkatan Pasukan Terbaru

    Muhan keluar sebagai peringkat pertama.Kenyataan tersebut menghantam dada Shim Gyeong dengan begitu kuat dan memilukan. Sebab bagaimana bisa? Seorang pemuda yang kebetulan mempunyai Him setelah sekian lamanya dirundung, lalu dengan keberuntungan besar mampu memusnahkan Naga Neraka tanpa latihan bertahun-tahun lamanya, justru mendulang peringkat pertama? Hal yang selama ini sangat Shim Gyeong inginkan?Masih dikuasai oleh keterkejukan, Muhan menaiki panggung. Pemuda itu sendiri bisa merasakan tatapan tajam bercampur protes yang tertambat padanya tanpa ampun."Selamat, Muhan!" Raja memejamkan mata sejenak untuk menyalurkan doa kemakmuran atas pencapaian pemuda itu. "Kau adalah peringkat pertama yang lulus dengan evaluasi khusus.""Ka-kalau hamba boleh tau, apa itu evaluasi khusus, Yang Mulia?" tanya Muhan setengah berbisik selepas menerima Hopae miliknya.Raja tersenyum samar. "Kau mengalahkan satu Naga Neraka dan berhasil mendapatkan permatanya yang berguna untuk melindungi Wari, Muha

  • Sang Pemburu Naga   35. Hari Pelantikan

    Genap dua pekan seleksi Pasukan Pemburu naga terbaru berlangsung. Pada malam hari terakhir, para peserta berkemah di sisi lembah Hutan Perbatasan yang aman dari jangkauan penjaga hutan, tengah menyelesaikan upacara penutup.Raja beserta para petinggi kerajaan baru saja mengumumkan bahwa seluruhnya berhasil melewati seleksi dengan baik. Tidak mengherankan, sebab mereka yang mampu menjalani seleksi adalah sekumpulan anak didik yang telah melewati dua peristiwa berdarah penting.Guru Yeom yang selama berhari-hari mendekam di kuil Distrik Dua, berdiri sepuluh langkah dari keberadaan Raja. Pria itu mengedar pandang, menyadari senyum yang tercetak pada wajah anak didiknya."Siapa yang mengira jika mereka hanya bisa tersenyum sekarang? Mereka pasti berpikir sudah sangat hebat setelah berhasil melalui seleksi yang tidak seberapa itu." Gumam Guru Yeom yang terdengar oleh Panglima Gyeomsabok."Memang saat keluar dari Wari, kenyataan mengerikan tentang dunia

  • Sang Pemburu Naga   34. Seleksi Resmi Dimulai

    Istana sedang dilanda kesibukan terkait Seleksi Pasukan Pemburu Naga yang akan dimulai pada pagi hari ini. Para penduduk berbaris di gerbang terluar Istana untuk menyambut seluruh peserta yang akan melakukan perjalanan panjang selama dua hari hanya dengan berjalan kaki, entah dalam badai ataupun hujan petir.Garis finish berada di Hutan Perbatasan yang telah dijejaki oleh beberapa anggota kerajaan serta Menteri Pertahanan. Dalam perjalanan yang mengiringi pergerakan kereta kuda Raja, mereka diharuskan untuk melindungi Raja dalam situasi apa pun.Di dalam kereta kuda sendiri berisikan; Raja, Kasim Heo, dan Panglima Gyeomsabok yang bertugas mengawal sang Raja. Selebihnya terdapat tambahan kusir dan sepasang kuda yang menarik kereta tersebut sebagai objek yang patut dilindungi dengan nyawa sekali pun.Selesai melangsungkan upacara pembukaan yang bertujuan untuk mendapatkan restu serta keselamatan yang mengiringi tiap langkah sang raja beserta para peserta, Raja percaya diri akan seleksi

  • Sang Pemburu Naga   33. Menjelang Seleksi

    Sementara Muhan memulai pelatihan khusus bersama Panglima Naegeumwi dengan keanggotan sebagai Pasukan Pemburu Naga yang telah terverifikasi, asrama baru yang berjarak beberapa kilometer dari Istana mulai disambangi kegaduhan yang merajelala. Bukan disebabkan oleh kerusuhan para anak didik, melainkan tekad yang mereka miliki agar dapat menyusul Muhan. Tidak bisa menipu penglihatan Guru Yeom, jelas terlihat bila sebagian besar dari mereka tidak terima dengan kemajuan yang dialami oleh Muhan.Mendapatkan kemampuan Gyeonggukdae setelah sekian lama, padahal selama ini bekerja sebagai babu. Kemudian hanya berbekalkan sedikit keberanian serta keberuntungan belaka, Muhan mampu memusnahkan Naga Neraka.Akhirnya, seperti yang didengar oleh banyak orang; Muhan telah ditetapkan sebagai anggota Pasukan Pemburu Naga yang terbaru. Tanpa perlu mengikuti seleksi lagi, seolah-olah takdir baru Muhan telah tertulis dengan indahnya.Selepas berlatih dengan anak didik yang berada dalam klasifikasi yang sa

DMCA.com Protection Status