Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Pertemuan Rahasia

Share

Pertemuan Rahasia

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Kereta yang mereka tumpangi berhenti di gerbang istana, tapi Xiao Ge justru membawanya masuk melewati pintu belakang istana. Situasi ini jelas memberitahukan kalau tindakan yang mereka lakukan sangat rahasia.

    Begitu sampai di gerbang belakang, Xiao Ge dihadang kedua pengawal istana dengan tombak menyilang mereka, tapi saat token ditunjukan, dengan cepat mereka mengizinkan Xiao Ge dan Zhang Yuan masuk ke dalam sana.

    Melalui jalan rahasia yang tidak pernah dilewati oleh siapa pun, Xiao Ge berhasil membuka pintu setelah lorong jalan sempit mereka lalui.

    Pandangan pertama yang terlihat setelah pintu terbuka, adalah halaman istana sang kaisar. Zhang Yuan hanya mengikuti Xiao Ge dari belakang dengan dugaan tepat kalau orang penting yang dia maksud pasti kaisar.

    Jauh di sana, sang kaisar telah menunggunya. Kewibawaan kaisar terlihat meski tanpa baju kebesarannya. Kedua

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Konflik Di Aula Istana

    “Zhang Yuan! Dengarkan titahku!” Suara kaisar Qin Huan yang tegas dan lantang membuat Zhang Yuan sontak berlutut dan menjura, menunggu perkataan selanjutnya. “Temukan semua bukti-bukti kejahatan para pengkhianat kerajaan dan bawah mereka padaku!” Qin Huang mengeluarkan token berwarna emas dan menyodorkannya ke hadapan Zhang Yuan. Dengan adanya token dari sang kaisar, siapa pun yang melihat benda itu sama seperti melihat kaisar. Zhang Yuan mendongak dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Dia berdiri kembali setelah diizinkan oleh kaisar. Mendapatkan kepercayaan dari kaisar bukanlah hal yang mudah. Dia juga harus bertindak secara rahasia agar semua rencananya tidak melibatkan kaisar secara langsung. Para pejabat jahat itu akan berusaha mencari kesalahannya dan membingungkan kaisar untuk menetapkan keputusan jika mereka tahu kalau Zhang Yuan telah menjadi pion pe

  • Sang Panglima Perang   Laporan Catatan Pendapatan

    “Ma Jun, biarkan dia bicara … katakan apa yang mengganggu tidurmu, Zhang Yuan?” Qin Huang menyela argument dari kedua orang yang tak mau mengalah. “Yang mulia, sebenarnya aku hanya ingin menyampaikan keluh kesah para rakyat yang ada di daerah Tongchuan, Chengdu, Shandong dan Hennan. Pajak yang diberikan pada mereka terlalu tinggi.” Mendengar perkataan Zhang Yuan, para mentri mulai berbisik-bisik dengan asumsi mereka sendiri. Jelas sekali laporan Zhang Yuan tertuju pada kanselir Yao Chong, tapi bagi Zhang Yuan bukan hanya untuknya saja melainkan dua orang lainnya yang masih belum dia singgung. “Penderitaan mereka sudah pernah disampaikan pada pemerintah daerah hingga sampai ke keamanan, tapi sayang hanya diabaikan begitu saja,” lanjut Zhang Yuan memancing seseorang yang menjadi targetnya untuk keluar dan membantah. Suasa

  • Sang Panglima Perang   Rencana Berlapis

    Setelah beberapa menit Qin Huang memeriksa catatan itu. Dia terdiam, menyayangkan nasib Zhang Yuan yang gegabah dalam bertindak. Kali ini dia tidak bisa membantu Zhang Yuan lagi untuk meringankan hukumannya. “Zhang Yuan, kau benar-benar telah memfitnah kanselir Yao Chong. Tidak ada yang salah dalam dua buku catatan ini. Bagaimana kau menjelaskannya, hah!” Zhang Yuan menunduk diam, membiarkan senyuman kemenangan di wajah Yao Chong. Sebentar lagi dia akan melihat bagaimana senyuman itu berubah menjadi tangisan. “Yang mulia, aku mempunyai bukti lain. Harap yang mulia memeriksanya!” ucap Zhang Yuan mengeluarkan sebuah buku dan mengulurkannya ke depan. Senyum di wajah Yao Chong menghilang begitu saja saat mengetahui kalau penyusup tadi malam adalah Zhang Yuan. Namun tak masalah, sebab dia telah memiliki rencana lain. Sejak seorang pelayan memb

  • Sang Panglima Perang   Sekali Mendayung Dua Pulau Didapatkan

    Seberapa keras Yao Chong mengelak, bukti yang ada di depan mata tak bisa menolongnya. Namun kaisar Qin Huang meminta departemen penyelidikan kerajaan untuk menginterogasi masalah Yao Chong dan menyelidiki lebih jelas agar tidak lagi terjadi masalah sama yang pernah dialami kerajaan. Hal ini dilakukan kaisar bukan semata-mata tidak mempercayai perkataan dan bukti yang diberikan Zhang Yuan, tapi dia tak ingin jika semua mentri di istana menilai kalau kaisar berpihak pada Zhang Yuan. Aula istana kembali menjadi hening dan dingin. Kaisar Qin Huang yang baru saja kembali duduk di singgasana, memejamkan matanya beriring dengan embusan napas berat. Dibukanya kembali mata yang terpejam dan langsung melihat catatan pendapatan Yao Chong. BRAAAAKH!.... Gulungan catatan itu dilemparkan kaisar tepat di kaki mentri pemerintahan—Zhao Pu. Semua membungkuk lagi dengan kemurkaan kaisar yang masih belum s

  • Sang Panglima Perang   Menerobos Penjara

    “Karena panglima Zhang Yuan sedang menjalani hukuman dari kaisar, maka aku akan membantu kaisar mengawasimu.” Zhang Yuan masih terdiam dalam pikirannya sendiri. Dengan adanya pengawasan seperti ini menunjukkan kalau dia memang tidak diizinkan untuk keluar dan mengganggu kejadian penting yang sebentar lagi akan terjadi. “Kalau begitu, maaf sudah merepotkan komandan Fu Shan untuk menjaga tidur nyenyakku. Sampaikan rasa terima kasihku pada kaisar juga untuk pengawasan yang istimewa ini,” ucap Zhang Yuan tersenyum santai melihat ke sekeliling kediamannya yang telah dipenuhi oleh prajurit pengawal istana. “Kalian! Jaga baik-baik panglima Zhang Yuan! Jangan bairkan dia melanggar hukuman dari kaisar!” Fu Shan yang kesal dengan ekspresi Zhang Yuan, membalikkan badan dan meninggalkan kediaman. Zhang Yuan tersenyum menggelengkan kepalan

  • Sang Panglima Perang   Kandidat Terbaik

    “Komandan Fu, siapa yang memberikanmu keberanian menerobos ruanganku?! Apa ini perintah dari kaisar juga?” Senyum licik di wajah Fu Shan berubah ketika melihat Zhang Yuan duduk santai memegang buku. Pikirnya bayangan yang dia lihat dari luar hanya penyamaran saja untuk menutupi kalau Zhang Yuan tidak berada di dalam ruangan. Apalagi sikap Xiao Ge yang sengaja menunda waktu dan beralasan, membuat kecurigaan besar. “Tuan, maafkan aku yang tak sanggup menghalangi komandan Fu Shan. Aku sudah mengatakan kalau kau tidak mau diganggu, tapi mereka memaksaku bahkan menerobos masuk ke dalam.” Xiao Ge akhirnya lega begitu masuk ke dalam ruangan dan melihat kalau Zhang Yuan telah kembali tepat waktu. “Maaf panglima Zhang Yuan, aku hanya memastikan keamananmu saja.” Zhang Yuan menarik panjang napasnya, “kalau begitu aku harus berteri

  • Sang Panglima Perang   Pemimpin Pasukan Bantuan

    Rencana Yongsheng untuk memancing Guan Zhong akhirnya berhasil. Dia sengaja tidak menyebutkan nama Zhang Yuan secara langsung agar tidak dianggap memihak dan merekomendasikan secara langsung kandidat yang dia pilih. “Di kerajaan ini siapa lagi yang bisa ditakuti pasukan Wei selain panglima Zhang Yuan yang begitu berani memenggal kepala jenderal besar mereka,” lanjut Guan Zhong menyuarakan pendapatnya. Mendengar hal ini para mentri lainnya menyetujui jika Zhang Yuan menjadi pemimpin pasukan bantuan. Semua dari mereka memohon agar kaisar mau bertindak bijaksana. Namun hanya Yongsheng sendiri yang berbeda pendapat dari mereka, hingga membuat kaisar Qin Huang bingung akan alasan tersebut. “Yang mulia, panglima Zhang Yuan saat ini sedang dalam hukumanmu. Aku rasa dia tidak cocok untuk menjadikan kandidat terpilih.” “Yang mulia, keamanan

  • Sang Panglima Perang   Pertarungan Untuk Mendidik

    Keributan yang disebabkan oleh pertarungan mereka membuat semua prajurit terbangun dan menonton adegan seru di depan mata. Satu lawan lima sungguh tidak adil, tapi bagi Zhang Yuan bukanlah masalah. Dia sengaja memilih menghindar daripada menyerang. Tantangan pertarungan ini bukan untuk menunjukan kehebatannya melainkan memberi pelajaran kepada semua prajurit kalau kelemahan terbesar mereka adalah meremehkan musuh. Mereka bisa saja mengalahkan Zhang Yuan dengan kekompakan, tapi nyatanya masing-masing memiliki ambisi untuk menjadi yang paling terhebat hingga mengabaikan tujuan yang sebenarnya. “Panglima Zhang Yuan, kenapa tidak menarik pedangmu? Apa kau meremehkan kemampuan kami?” “Pedangku tidak digunakan untuk melawan prajurit sendiri. Kalian bisa mengakhiri latihan ini kalau sudah lelah.” Perkataan Zhang Yuan membakar rasa kesal di hati kelima prajurit. Satu pers

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status