Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Pertarungan Untuk Mendidik

Share

Pertarungan Untuk Mendidik

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Keributan yang disebabkan oleh pertarungan mereka membuat semua prajurit terbangun dan menonton adegan seru di depan mata.

    Satu lawan lima sungguh tidak adil, tapi bagi Zhang Yuan bukanlah masalah. Dia sengaja memilih menghindar daripada menyerang. Tantangan pertarungan ini bukan untuk menunjukan kehebatannya melainkan memberi pelajaran kepada semua prajurit kalau kelemahan terbesar mereka adalah meremehkan musuh. Mereka bisa saja mengalahkan Zhang Yuan dengan kekompakan, tapi nyatanya masing-masing memiliki ambisi untuk menjadi yang paling terhebat hingga mengabaikan tujuan yang sebenarnya.

    “Panglima Zhang Yuan, kenapa tidak menarik pedangmu? Apa kau meremehkan kemampuan kami?”

    “Pedangku tidak digunakan untuk melawan prajurit sendiri. Kalian bisa mengakhiri latihan ini kalau sudah lelah.” Perkataan Zhang Yuan membakar rasa kesal di hati kelima prajurit. Satu pers

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Kedua Jenderal

    Peperangan di benteng utara mengalami kekalahan, tapi tidak terlalu parah. Setidaknya mereka masih bisa mempertahankan benteng dari serangan susulan pasukan Wei. Jauh di pandangan mata ada begitu banyak mayat para prajurit yang gugur di medan perang. Dari atas benteng Zhang Yuan melihat lautan darah dan bekas-bekas kobaran api yang menyelimuti sang pejuang-pejuang pemberani. Masing-masing kerajaan yang bersengketa mengutus beberapa prajurit ke tengah-tengah bekas medan peperangan untuk menjemput prajurit-prajurit yang telah meninggal agar bisa dikebumikan secara layak. Setiap prajurit yang meninggal dikirim kembali ke keluarga atau kerabat terdekat untuk dikebumikan, tapi bagi prajurit yang hanya sebatang kara justru dikebumikan di tanah peperangan Utara. Kedatangan Zhang Yuan telah menghilangkan kecemasan para prajurit yang terluka dan mengisi lumbung makanan mereka selama beberapa bula

  • Sang Panglima Perang   Rencana Pengepungan

    “Panglima Zhang Yuan, akhirnya kau datang.” Liu Bai menerobos masuk ke dalam ruangan Zhang Yuan dengan ekspresi wajah serius. “Tentu saja. Kalau bukan aku, siapa lagi yang ditunggu Dong Shuo.” Kedatangan Liu Bai bukan hanya untuk menyapa, tapi memberikan informasi sesuai dengan perintah Zhang Yuan. Beberapa hari yang lalu Dong Shuo menggunakan kesempatan kekalahan peperangan dengan mengirimkan beberapa peti berisi logam ke pasukan Wei saat semua orang sibuk menangani prajurit yang terluka. Mendengar hal ini Zhang Yuan tidak terkejut lagi, sebab sejak awal dia sudah tahu kalau Dong Shuo sengaja menggunakan kesempatan saat dia berada dalam masa hukuman dan sengaja memancing agar Zhang Yuan melawan perintah kaisar dengan mengikuti pasukan mereka. “Tidak masalah, Liu Bai. Pengorbanan logam itu telah terbayarkan dengan dua kubu pertahana

  • Sang Panglima Perang   Taktik Zhang Yuan

    Zhang Yuan tersenyum lebar beriring dengan dikeluarkannya token pemimpin seratus pasukan yang telah diberikan oleh kaisar sebelum dia berangkat. “Kaisar telah memberikan izin agar aku memiliki hak untuk memimpin kembali seratus prajuritku.” Mata Dong Shuo membelalak sejenak lalu tersenyum paksa, “kalau begitu ikuti saja pendapat panglima Zhang Yuan. Aku ingin melihat sendiri bagaimana kehebatan seratus prajuritmu untuk menghadang pasukan Wei.” “Tuan Dong Shuo tenang saja, aku tidak akan mengecewakan kepercayaan kaisar,” balas Zhang Yuan tersenyum lebar. Selesai menyusun rencana dan strategi, ketiga pemimpin penyerangan segera mengerahkan pasukan masing-masing melalui jalur yang berbeda. Keberangkatan kali ini telah dicurigai oleh Zhang Yuan kalau Dong Shuo pasti sudah merencanakan hal buruk untuk meng

  • Sang Panglima Perang   Pangeran Kelima--Wei Hongli

    Di lain sisi, kereta yang membawa pangeran kelima melarikan diri dari pertempuran terlihat dari kejauhan. Seorang prajurit yang memantau melaporkan dengan cepat kalau kereta itu sedang mengarah ke arah mereka. Usaha Zhang Yuan untuk menghalangi jalan agar tidak bisa dilalui oleh kereta akhirnya berhasil. Dia meminta semua prajurit bersiap di posisi masing-masing untuk mengepung pangeran kelima di dalam kereta. Namun begitu kereta muncul dalam pandangan, ada keanehan dirasakan Zhang Yuan. Bagaimana mungkin seorang pemimpin tega melarikan diri dan meninggalkan pasukan yang berjuang melawan musuh. Usaha mereka memblokir jalan berhasil menghentikan kereta, pasukan Zhang Yuan segera melakukan tindakan mendekati kereta dan membentuk formasi pengepungan. Melihat kesempatan telah datang Zhang Yuan segera melompat ke beberapa prajurit yang mengangkat perisai mereka ke atas kepala agar mempermudah

  • Sang Panglima Perang   Serangan Dua Anak Panah

    Mayat para prajurit bertumpuk di depan mata. Rumor tentang keperibadian pangeran kelima—Wei Hongli adalah kenyataan. Tak memedulikan prajurit sendiri untuk membinasakan prajurit musuh. Melihat tak ada gunanya serangan panah itu bagi pasukan Song, pengawal Wei Hongli segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang pasukan musuh. Sedangkan di dalam kereta Wei Hongli masih duduk diam, membiarkan dentingan pedang mengalun indah bagai musik di telinganya. Dalam pertempuran itu, prajurit Song berjuang mati-matian untuk mengalahkan pasukan musuh yang datang. Namun hal aneh terjadi, pedang yang digunakan prajurit Song patah dalam beberapa kali tebasan melawan prajurit Wei. “Panglima Zhang Yuan, jika terus seperti ini takutnya prajurit kita akan banyak yang terluka,” ucap jenderal Fang Jianming membentur belakang Zhang Yuan dengan punggungnya. “A

  • Sang Panglima Perang   Pertarungan Sengit

    “Baik! Kalau begitu jangan salahkan aku jika mengecewakan apa yang kau inginkan.” Zhang Yuan tersenyum samping lalu maju ke tengah lapangan kosong yang memisahkan dua pasukan. “Tidak boleh! Panglima Zhang Yuan, kau tidak boleh mempertaruhkan benteng Utara. Ini adalah perintah!” sela Fang Jianming menghentikan langkah kaki Zhang Yuan. “Maaf jenderal Fang, kali ini aku akan melanggar perintahmu. Hukuman, akan aku terima setelah memenangkan pertarungan ini. Dan jika aku kalah, maka tubuhku yang akan menjadi perisai menahan serangan mereka!” Dengan sangat yakin Zhang Yuan melanjutkan langkahnya ke depan, di mana Wei Hongli sudah menunggu. Suasana menjadi hening dan tegang, menantikan pertarungan menarik di depan mata mereka. Sorot mata tajam keduanya telah memulai pertarungan pertama di udara. Kali ini Zhang Yuan memilih untuk men

  • Sang Panglima Perang   Trik Licik Wei Hongli

    Zhang Yuan sempat menghalangi bubuk itu dengan tangannya, tapi sayang sebagian bubuk yang beterbangan telah masuk ke dalam matanya. Terasa sangat perih dan panas hingga dia harus memundurkan langkahnya. Perlahan-lahan Zhang Yuan membuka mata untuk melihat Wei Hongli, tapi pandangan di depan sana menjadi kabur, bahkan bayangan Wei Hongli tidak begitu jelas. Semakin dia memfokuskan matanya, rasa perih itu semakin menjadi. “Kau curang pangeran kelima!” teriak Fang Jianming yang geram melihat tindakan licik Wei Hongli. “Tidak ada peraturan untuk tidak menggunakan senjata rahasia, bukan?” balas Wei Hongli tersenyum lebar. Zhang Yuan menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya, hanya dengan cara ini barulah bisa menghilangkan sedikit rasa sakit itu. Terlebih menenangkan pikirannya agar bisa fokus untuk melanjutkan pertarungan dengan Wei Hongli meski dal

  • Sang Panglima Perang   Melawan Racun Dengan Racun

    Sang tabib hanya menundukkan wajah, tak berani berbicara. Dan Zhang Yuan pun mulai menebak-nebak dengan pikirannya sendiri, tapi tetap saja hanya dibalas dengan gelengan kepala. “Paling lama satu bulan, panglima Zhang,” ucap sang tabib membuat Zhang Yuan terbungkam. Bukannya dia takut dengan kematian, tapi malu terhadap ayah, kakak, dan jenderal Jing Lei yang telah meninggal karena berjuang menghancurkan Dong Shuo. Kalau dulu dia akan pasrah jika maut menjemputnya, tapi berbeda dengan sekarang. Ada janji yang harus ditepati, ada rakyat yang harus dia jaga, ada kerajaan yang harus dia pertahankan, dan ada musuh yang sampai sekarang belum berhasil dikalahkan. Meski pun perkataan sang tabib adalah isyarat dari dewa kematian, tapi Zhang Yuan telah bertekad untuk melawan mautnya sendiri. Dia tidak akan menerima kematian sebelum dendam nyawa terbayarkan. “Tabib, a

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status