Home / All / Sang Panglima Perang / Bukti Kejahatan

Share

Bukti Kejahatan

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    Kedua orang yang tersisa sama sekali tidak menyalahkan Zhang Yuan atas kematian sahabat-sahabatnya, sebab mereka sudah tahu seperti apa konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Perjalanan dilanjutkan kembali karena tak ingin kematian para sahabat mereka berakhir dengan sia-sia.

    Di lain sisi, semua pejabat istana telah berkumpul untuk menunggu Zhang Yuan kembali membawa pemimpin para perampok. Suasana begitu tegang sebab sudah tengah hari belum juga ada kabar tentang kedatangan Zhang Yuan.

    Sepasang mata yang saling memandang dengan lainnya di tengah keheningan itu melukiskan senyuman kecil yang tersembunyi. Sedangkan kaisar sendiri terlihat gelisah sebab perjanjiannya dengan Zhang Yuan akan segera berakhir, dan lelaki yang dia kagumi itu pasti mendapatkan hukuman.

    Sementara di dalam kota, beberapa kuda berlarian dengan cepat, membela keramaian jalan di sekitar mereka. Zhang Yuan mem

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Hadiah Dari Kaisar

    Semua menteri merasa penasaran akan apa yang ada di tangan kaisar hingga membuat ekspresinya begitu seram untuk dilihat. “Lancang! Berani-beraninya ada orang yang berkhianat di dalam kerajaanku?!” bentak Qin Huang memukul meja dengan tangannya sendiri. Dia dengan cepat melemparkan tumpukan kertas laporan ke arah Dong Shuo yang sejak tadi hanya terdiam. “Lihat! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap rakyatku?! Apa ini yang kau maksudkan semua rakyat di dalam pemerintahanku hidup dengan baik? Hm!” Semua menteri yang hadir berlutut dengan cepat sembari berucap menenangkan emosi Qin Huang yang telah pecah. Sedangkan Dong Shuo sendiri memilih untuk memungut semua lembaran kertas itu dan melihat satu persatu coretan yang tertulis di sana. “Yang mulia, aku sama sekali tidak tahu perbuatan pejabat daerah ini. Maafkan atas kelalaian yang s

  • Sang Panglima Perang   Perpustakaan Kerajaan

    Keduanya duduk saling berhadapan di tengah meja yang sudah tersajikan makanan dan beberapa botol arak. Pengelola bordil juga memberikan pelayanan terbaik sebab sebelum masuk Jing Lei telah menyodorkan 1 tael emas kepadanya. Belum lama duduk di dalam sana, beberapa wanita bordil masuk ke dalam ruangan dengan pakaian yang minim dan bersiap untuk melayani mata mereka dengan beberapa tarian. Musik terdengar lembut di telinga, pandangan mata Zhang Yuan memang tak bisa menolak keindahan di depannya. “Aku pernah mengenal seorang lelaki muda yang kehidupannya hanya dihabiskan di rumah bordil bersama dengan wanita-wanita dan arak yang ada di dalamnya.” Perkataan Jing Lei membuat fokus Zhang Yuan teralihkan. Dia terdiam sejenak untuk menunggu cerita itu berlanjut. Jing Lei melanjutkan ceritanya dengan mengenalkan lelaki yang dia maksud adalah anak kedua dari jenderal pengkhianat Zhang

  • Sang Panglima Perang   Rahasia Penulis Sejarah Kerajaan

    Tujuan awalnya untuk melihat riwayat Jing Lei dan sejarah kejayaan kerajaan Song, membawanya ke sesuatu hal yang sangat penting. Ada perbedaan besar antara sejarah kehidupan ayahnya dan sejarah kerajaan Song. Selain tulisan tangan yang berbeda, peristiwa sang ayah yang melakukan tindakan pengkhianat dengan meloloskan sekian banyak logam untuk diserahkan pada kerajaan Wei, dan menyebabkan kematian pasukannya secara masal tertulis di buku sejarah kerajaan Song, sedangkan di buku sejarah ayahnya memang sama tapi dengan tulisan yang berbeda. Hal ini memang terlihat biasa saja jika dibaca oleh orang lain, tapi bagi Zhang Yuan ini menyimpan arti lain baginya. Pengelolaan logam saat itu ditangani oleh penasihat Dong Shuo, tapi kenapa dia tidak bisa mengetahui hal ini dan malah diungkapkan oleh Jing lei. Apa ada persekongkolan di antara mereka berdua. Zhang Yuan keluar dari dalam sana dan bertanya tentang siapa yang bert

  • Sang Panglima Perang   Kelicikan Dong Shuo

    Ketegangan di antara mereka berdua berakhir saat penasihat Dong Shuo masuk ke dalam ruangan itu. Dia memberitahukan kepada kaisar kalau tugasnya untuk menangkap pejabat daerah yang berkhianat telah selesai dilaksanakan. Setelah selesai berbicara, Dong Shuo malah tersungkur dan terbatuk mengeluarkan bercak darah di mulutnya. Hal itu membuat kaisar penasaran apa yang terjadi padanya. Dong Shuo terdiam dan bangkit berdiri dengan wajah ragu seolah menyimpan sesuatu yang tak ingin dia katakan di hadapan kaisar. “Penasihat, apa kau ingin menyembunyikan sesuatu dari kaisarmu?!” Akhirnya Dong Shuo membuka mulutnya dengan mengatakan kalau dia terluka di perjalanan saat menangkap pejabat daerah. Sekumpulan rakyat menyerangnya dengan alasan bahwa mereka mendengar rumor tentang dirinya adalah orang dibalik semua kejahatan pejabat daerah. “Dan juga …

  • Sang Panglima Perang   Tiba Di Perbatasan Utara

    Mereka berkumpul kembali melingkari Zhang Yuan dan dengan kompaknya mengerahkan kelompok prajurit untuk menyerang Zhang Yuan secara bersamaan hingga akhirnya Zhang Yuan terkepung dan tak bisa bergerak di tengah formasi penguncian target dari pasukan tombak. Zhang Yuan tersenyum dan mengakui mereka menang. Dia bangga dengan kemajuan kemampuan pasukannya. Dengan begini, meski mereka hanya berjumlah sedikit, tapi di bawah komandonya pasti akan memukul takut mental musuh. “Persiapkan diri kalian! Kita akan berangkat besok bersama dengan pasukan jenderal Jing Lei ke perbatasan Utara.”*** Saat ini seluruh pasukan Zhang Yuan sudah berkumpul di depan gerbang istana untuk menerima titah langsung dari kaisar. Di samping mereka berbaris rapi dan padat pasukan Jenderal Jing Lei yang begitu banyak dan terlihat gagah berani dibandingkan dengan seratus prajurit muda

  • Sang Panglima Perang   Menyerang Pasukan Wei

    Meski sudah mendapat perintah dari Jing Lei tapi Zhang Yuan sendiri masih merasa ada yang ganjil di situasi seperti itu, “jenderal Jing Lei, karena prajuritku belum pernah turun langsung ke medan perang yang sebenarnya, bagaimana kalau membiarkan prajuritmu menyerang terlebih dahulu?” “Bukankah tadi kau sangat menyombongkan prajuritmu, kenapa sekarang malah kau terlihat takut?” Zhang Yuan hanya bisa menerima dan membiarkan Jing Lei tersenyum remeh untuk sementara waktu. Bukannya khawatir dengan nyawa prajuritnya, tapi dia sedang mempersiapkan rencana cadangan jika ada hal mengejutkan yang akan diberikan pasukan Wei. Waktu untuk menyerang telah tiba, Jing Lei memerintahkan beberapa prajuritnya untuk menyiram minyak tanah ke gulungan alang-alang kering yang telah mereka siapkan dan menggulingkannya ke lokasi perkemahan pasukan Wei. Pasukan pemanah m

  • Sang Panglima Perang   Masuk Ke Dalam Jebakan

    Pertarungan terjadi antara Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei. Serangan tebasan dilayangkan pada Zhang Yuan hingga membuatnya harus menangkis beberapa kali tanpa melawan balik. Musuh kali ini tak bisa diremehkan, kecepatan gerak Zhang Yuan bisa diimbangi dengan kemampuan jenderal Wei. Tebasan demi tebasan dilayangkan oleh Zhang Yuan, tapi bisa ditangkis dan dihindari hingga akhirnya salah satu lengan jenderal Wei berhasil tersayat oleh pedangnya. Hal ini membangkitkan kegeraman sang musuh, Zhang Yuan kembali diserang secara membabi buta dan berakhir dengan lengan yang tersayat. Pertarungan ini mendapatkan hasil seimbang, jenderal Wei adalah lawan tangguh. Keduanya menjeda pertarungan mereka, mengumpulkan kembali kekuatan sebelum menyerang lagi. Sedangkan pasukan yang lain masih terus bergelut dalam pertarungan mereka masing-masing. Sekali lagi Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei memu

  • Sang Panglima Perang   Pengkhianat Dalam Pasukan

    Siang hari itu, Zhang Yuan masih memikirkan hal aneh yang terjadi dalam penyerangan semalam. Pandangan matanya tertuju ke kumpulan pasukan yang beristirahat di tengah hutan, tapi ada satu wajah yang tidak berada di sana. Dia berdiri dan berjalan di sekitar hutan, menjauhi area pasukan mereka. Dugaannya benar saat melihat seorang prajurit bawahan Wu Chen mengendap-ngendap dengan wajah misterius, memperhatikan sekelilingnya. Zhang Yuan bersembunyi di balik batang pohon besar untuk melihat tindakan apa yang akan dilakukan prajurit itu. Dahi Zhang Yuan mengerut saat melihat seekor merpati menghampiri lelaki tersebut dan dengan segera mengikatkan gulungan kertas kecil di kaki merpati lalu menerbangkannya. Begitu lelaki itu pergi, Zhang Yuan melemparkan batu kecil ke arah burung yang belum jauh dari pandangan matanya.Diambilnya surat di kaki merpati. Apa yang tertulis di dalam surat itu

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status