Ketegangan di antara mereka berdua berakhir saat penasihat Dong Shuo masuk ke dalam ruangan itu. Dia memberitahukan kepada kaisar kalau tugasnya untuk menangkap pejabat daerah yang berkhianat telah selesai dilaksanakan.
Setelah selesai berbicara, Dong Shuo malah tersungkur dan terbatuk mengeluarkan bercak darah di mulutnya. Hal itu membuat kaisar penasaran apa yang terjadi padanya. Dong Shuo terdiam dan bangkit berdiri dengan wajah ragu seolah menyimpan sesuatu yang tak ingin dia katakan di hadapan kaisar.
“Penasihat, apa kau ingin menyembunyikan sesuatu dari kaisarmu?!”
Akhirnya Dong Shuo membuka mulutnya dengan mengatakan kalau dia terluka di perjalanan saat menangkap pejabat daerah. Sekumpulan rakyat menyerangnya dengan alasan bahwa mereka mendengar rumor tentang dirinya adalah orang dibalik semua kejahatan pejabat daerah.
“Dan juga …
Mereka berkumpul kembali melingkari Zhang Yuan dan dengan kompaknya mengerahkan kelompok prajurit untuk menyerang Zhang Yuan secara bersamaan hingga akhirnya Zhang Yuan terkepung dan tak bisa bergerak di tengah formasi penguncian target dari pasukan tombak. Zhang Yuan tersenyum dan mengakui mereka menang. Dia bangga dengan kemajuan kemampuan pasukannya. Dengan begini, meski mereka hanya berjumlah sedikit, tapi di bawah komandonya pasti akan memukul takut mental musuh. “Persiapkan diri kalian! Kita akan berangkat besok bersama dengan pasukan jenderal Jing Lei ke perbatasan Utara.”*** Saat ini seluruh pasukan Zhang Yuan sudah berkumpul di depan gerbang istana untuk menerima titah langsung dari kaisar. Di samping mereka berbaris rapi dan padat pasukan Jenderal Jing Lei yang begitu banyak dan terlihat gagah berani dibandingkan dengan seratus prajurit muda
Meski sudah mendapat perintah dari Jing Lei tapi Zhang Yuan sendiri masih merasa ada yang ganjil di situasi seperti itu, “jenderal Jing Lei, karena prajuritku belum pernah turun langsung ke medan perang yang sebenarnya, bagaimana kalau membiarkan prajuritmu menyerang terlebih dahulu?” “Bukankah tadi kau sangat menyombongkan prajuritmu, kenapa sekarang malah kau terlihat takut?” Zhang Yuan hanya bisa menerima dan membiarkan Jing Lei tersenyum remeh untuk sementara waktu. Bukannya khawatir dengan nyawa prajuritnya, tapi dia sedang mempersiapkan rencana cadangan jika ada hal mengejutkan yang akan diberikan pasukan Wei. Waktu untuk menyerang telah tiba, Jing Lei memerintahkan beberapa prajuritnya untuk menyiram minyak tanah ke gulungan alang-alang kering yang telah mereka siapkan dan menggulingkannya ke lokasi perkemahan pasukan Wei. Pasukan pemanah m
Pertarungan terjadi antara Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei. Serangan tebasan dilayangkan pada Zhang Yuan hingga membuatnya harus menangkis beberapa kali tanpa melawan balik. Musuh kali ini tak bisa diremehkan, kecepatan gerak Zhang Yuan bisa diimbangi dengan kemampuan jenderal Wei. Tebasan demi tebasan dilayangkan oleh Zhang Yuan, tapi bisa ditangkis dan dihindari hingga akhirnya salah satu lengan jenderal Wei berhasil tersayat oleh pedangnya. Hal ini membangkitkan kegeraman sang musuh, Zhang Yuan kembali diserang secara membabi buta dan berakhir dengan lengan yang tersayat. Pertarungan ini mendapatkan hasil seimbang, jenderal Wei adalah lawan tangguh. Keduanya menjeda pertarungan mereka, mengumpulkan kembali kekuatan sebelum menyerang lagi. Sedangkan pasukan yang lain masih terus bergelut dalam pertarungan mereka masing-masing. Sekali lagi Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei memu
Siang hari itu, Zhang Yuan masih memikirkan hal aneh yang terjadi dalam penyerangan semalam. Pandangan matanya tertuju ke kumpulan pasukan yang beristirahat di tengah hutan, tapi ada satu wajah yang tidak berada di sana. Dia berdiri dan berjalan di sekitar hutan, menjauhi area pasukan mereka. Dugaannya benar saat melihat seorang prajurit bawahan Wu Chen mengendap-ngendap dengan wajah misterius, memperhatikan sekelilingnya. Zhang Yuan bersembunyi di balik batang pohon besar untuk melihat tindakan apa yang akan dilakukan prajurit itu. Dahi Zhang Yuan mengerut saat melihat seekor merpati menghampiri lelaki tersebut dan dengan segera mengikatkan gulungan kertas kecil di kaki merpati lalu menerbangkannya. Begitu lelaki itu pergi, Zhang Yuan melemparkan batu kecil ke arah burung yang belum jauh dari pandangan matanya.Diambilnya surat di kaki merpati. Apa yang tertulis di dalam surat itu
Zhang Yuan tersenyum picik sambil menarik kembali pedang yang tertusuk hingga membuat Guan Gong bertekuk lutut di hadapannya, “darah yang mengalir di tubuhku memberikan semangat yang sudah lama dilupakan oleh musuh. Jenderal Guang Gong, karena kau sudah mau mati, maka biar aku memberitahu satu rahasiaku.” “Aku adalah anak kedua jenderal Zhang Jin … Zhang Yuan!” Mata Guan Gong membelalak besar, “ti-tidak mungkin! Bukankah kau sudah lama meninggal?” “Benar! Di mata kalian aku sudah meninggal, jadi sekarang aku akan menjadi malaikat pencabut nyawamu!” Zhang Yuan mengangkat pedangnya lagi dan menebaskan dengan kuat ke arah Guan Gong. Darah Guan Gong terpancar di wajah Zhang Yuan. Kali ini tatapannya tak memandang kasih. Sudah cukup pengalaman mengajarkan untuk tidak membiarkan musuh yang sekarat hidup lagi, kare
Zhang Yuan mendekati Jing Lei dan menyodorkan selembar kertas kecil ke hadapannya, “tadinya aku sudah memiliki saksi mata dalam hal ini, tapi sayang sudah dihancurkan oleh komandan Wu Chen. Semoga ini bisa membantumu.” Mata Wu Chen membelalak melihat kertas pesan di tangan Jing Lei. Wajahnya menjadi pucat bercampur kegeraman saat melemparkan pandangan ke arah Zhang Yuan yang menatapnya dengan wajah datar. “Wu Chen! Jadi selama ini kau yang menyebabkan semua rencana kami gagal?!” Jing Lei geram memandang Wu Chen sembari memegang pedang yang masih tersarung di pingganggnya. “Ini jebakan! Aku sama sekali tidak pernah menulis pesan kepada jenderal Guan Gong.” Jing Lei mendekatinya dan menempelkan kertas itu di bidang datar Wu Chen, “kau lihat sendiri ini tulisan tangan siapa!” Begitu Wu Chen m
Sejak saat itu nama Zhang Yuan sebagai panglima perang Yang Guang terkenal di seluruh kerajaan. Keberanian dan kehebatannya dalam berperang membawa dia begitu cepat naik ke puncak lebih tinggi. Namun bagi Zhang Yuan semua yang dia dapatkan tidak sempurna karena nama baik keluarga belum dibersihkan, dan juga baju zirah sang ayah masih menggantung di luar sana.*** Hari ini adalah perayaan festival Duanwu, kaisar telah memerintahkan penasihat kerajaan Dong Shuo untuk merayakan secara besar-besaran di jalur perdagangan kelautan. Dia meminta agar semua rakyat bisa ikut berpartisipasi dalam pengadaan lomba perahu naga. Hal ini juga bisa membangun keserasian dirinya sebagai penguasa kerajaan dan semua rakyatnya. Selain itu kaisar Qin Huang juga turut hadir dan turun langsung untuk meresmikan perayaan tersebut. Hal ini dia lakukan agar bisa berinteraksi dengan para rakyat meski faktanya ada Batasan yang tak boleh
“Lain kali aku tidak akan membawamu, Liu Bai.” Zhang Yuan melepaskan telapak tangannya yang membumkam di mulut Liu Bai lalu membuka pelan pintu kamar untuk melihat ke arah mana Dong Shuo pergi. “Apa itu penasihat Dong Shuo? Sedang apa dia di sini?” “Kau tunggu di sini, aku akan ke sana.” Zhang Yuan menutup kembali pintu kamar dan membiarkan Liu Bai di dalam kamar itu sendirian. Zhang Yuan mengikuti Dong Shuo dari belakang secara diam-diam hingga akhirnya mereka masuk ke dalam ruang kamar dan meninggalkan dua orang pengawal di depan pintu. Rencana Zhang Yuan untuk mendengar pembicaraan gagal. Dia kembali menemui Liu Bai dan segera keluar dari dalam penginapan menuju ke area sekitar kapal perdagangan. Dengan menggunakan kain penutup wajah Zhang Yuan dan Liu Bai berhasil masuk ke dalam kapal perdagangan. Mereka mengendap-ngendap dan b
Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo
Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.
“Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama
Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata
“Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"
Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b
Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel
Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin
Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha