"Kuku sangat cantik." puji pria itu.Ivy tersenyum malu, "Belakangan ini warna seperti ini sedang tren."Ucapan Wyne belum selesai, "Tapi itu tidak cocok untukmu, lain kali ganti warna lain."Wajah Ivy menegang, "Kalau begitu... Wyne, kamu suka warna apa?"Wyne mengangkat tangannya, memakaikan sarung tangan itu, "Warna apa saja boleh, tapi warna ini tidak.""Baiklah, aku akan menggantinya saat tiba di Bali." Ivy tersenyum merayu dan penurut.Sebenarnya Ivy lebih menyukai cat kuku berwarna nude saat ini, terlihat lembut dan cantik, tapi Wyne tidak menyukainya, jadi tak ada artinya.Selama Wyne puas, Ivy akan melakukan apa pun."Hai, Kayla."Ivy mengangkat matanya dan melihat Kayla berdiri di tempat jauh, dia melambai menyapa Kayla.Namun Wyne tidak bahkan mengangkat kelopak matanya, dengan santai memakaikan sarung tangan lainnya ke tangan Ivy.Kayla dipanggil turun dari mobil oleh Neddie, tatapannya terpaku seperti menyiksa diri sendiri, tak bisa lepas dari pemandangan Wyne memakaikan s
"Nona Stall, pesawat akan segera lepas landas, silakan kembali ke tempat duduk Anda." Dison tidak menjelaskan alasannya dan tetap kukuh tidak membiarkan mereka berdua bertukar tempat duduk.Ivy marah sekali, dia memelototi Dison dengan garang. Tapi saat melihat Wyne, ekspresinya langsung berubah menjadi sangat sedih, "Wyne, tapi aku mau duduk di sampingmu."Wyne membalik halaman bukunya, tidak mengangkat pandangan matanya sama sekali, nada suaranya dingin, "Duduk kembali."Bukan sekedar mengingatkan, tapi terdengar seperti perintah.Wajah Ivy memucat, semangat juangnya langsung padam.Dison kembali mendesak, "Nona Stall, Tuan sudah berbicara, harap segera kembali ke tempat dudukmu.""Baiklah." Ivy menggigit bibirnya, menahan rasa kecewa. Saat dia berbalik, pandangannya sekilas menyapu wajah Kayla. Ada sinar mata yang rumit di sana.Kayla kebetulan membalas tatapannya, hatinya kacau, juga tidak menjelaskan apa-apa. Setelah Ivy kembali ke tempat duduknya di belakang, barulah Kayla menol
Dia mengalami kecemasan sebelum bepergian, otaknya yang terlalu banyak memikirkan sesuatu sehingga membuatnya sulit tidur. Semalam pun dia tidak tidur nyenyak.Meskipun dia memaksakan diri untuk mengosongkan pikirannya dengan selimut tipis, bahkan jika dia bisa tidur setengah jam saja, itu sudah bagus. Akhirnya dia berhasil terlelap dan juga bermimpi.Dalam mimpinya, dia terluka dan terduduk di tanah, lengannya berdarah dengan bekas gigitan, wajahnya penuh ketakutan dan mundur ke belakang. Di depannya, seekor anjing hyena yang galak, memperlihatkan gigi-giginya yang mengerikan, siap menyerangnya kapan saja. Nyawanya terancam, yang ada di pikirannya bukanlah siapa yang akan menyelamatkannya, melainkan bayangan dirinya yang mati dengan cara yang mengenaskan.Tidak, dia tidak boleh mati begitu saja... "Paman Neddie..." dia melihat Neddie yang berdiri di balik pagar, memohon padanya "Tolong aku, Paman Neddie, tolong aku..."Tapi Neddie terlihat tidak senang, karena anjing hyena itu belu
Kayla salah memahami maksudnya, sehingga ketika mendengar ucapan itu, hatinya terasa sesak, "Bukankah tetap harus pergi meskipun takut?"Wyne terdiam selama dua detik, kemudian mengulurkan tangan dan menyibak rambut Kayla. Jarinya melengkung, menarik sedikit rambut di kulit kepala Kayla, membuat Kayla refleks condong ke arahnya."Jawab dengan baik." katanya sambil menatap wajah keras kepala gadis itu."Yang kujawab adalah fakta, kenapa bagi Paman terdengar tidak baik? Paman juga jangan terlalu kejam." ucap Kayla. Rasa sakit di kulit kepalanya memicu sifat pemberontakannya, tanpa berpikir, dia langsung berdiri dan menjauh.Dia ingin melihat, apakah Wyne benar-benar bisa mencabut sebagian dari kulit kepalanya!"Benar-benar gila." kata Wyne, melepaskan jarinya.Rasa sakit yang dia duga tak kunjung datang. Saat Kayla berdiri, Wyne langsung melepaskan tangannya.Kayla mengangkat tangan dan menyibakkan rambutnya ke bahu, bibirnya yang merah merekah berkata, "Kalau begitu, Paman harus menjaga
"Aku tidak tahu." Mata Kayla menjadi redup.Neddie lembut menepuk bahu Kayla, "Apa kamu tidak ingin Wyne menikahi Nona Stall itu?"Kata-kata itu membuat Kayla terkejut dan berkeringat dingin. Sebelum Kayla bisa menjelaskan, Neddie melanjutkan, "Sebenarnya kakekmu tidak menyukai Nona Stall itu, makanya Wyne belum juga bertunangan dengan Nona Stall. Susahnya melewati rintangan dari kakekmu."Kayla mengangguk, "Mungkin begitu."Di restoran, Wyne dan Ivy sudah tiba lebih dulu. Kayla memperhatikan Ivy yang sudah mengganti pakaiannya dan membayangkan alasan di balik penggantian pakaian itu, membuat hatinya gelisah. "Kayla, di sini." Ivy melambaikan tangan padanya.Antusiasmenya seolah sudah melupakan kejadian buruk di pagi hari.Wyne sedang mengobrol dengan temannya, tidak memperhatikan ke arah mereka.Setelah Neddie bergabung, teman Wyne juga menyapa Neddie, yang dengan cepat masuk dalam obrolan mereka.Ivy berdiri dan memberikan menu kepada Kayla, sambil memamerkan cincin di tangannya, "
"Aku menemukan lipstik ini disaku baju Wyne." kata Ivy dengan bibir merengut, tampak tak senang."Nona Stall jangan berpikir macam-macam dulu. Mungkin lipstik ini dibeli Paman Ketiga untukmu. Sudah kamu buka dan periksa?" Kayla menatap lipstik itu, meskipun sama persis dengan yang hilang darinya, belum tentu itu benar-benar miliknya. Mustahil rasanya Wyne akan mengambil lipstiknya."Aku sependapat denganmu." Ivy tersenyum masam, "Tapi aku ini tidak mungkin kesel tanpa memastikan."Kayla merasa khawatir. Hanya dilihat, Ivy membuka tutup magnet lipstik itu. Ternyata sudah ada bekas pemakaian."Lihat, sudah dipakai. Tidak mungkin ini lipstik untuk hadiah." Ivy memperlihatkannya pada Kayla.Kayla merasa berat hati. Warnanya dan bekas pemakaiannya memang sama persis dengan lipstik miliknya yang hilang.Itu miliknya."Kayla, menurutmu pemilik lipstik ini sengaja menunjukkannya padaku?" tanya Ivy dengan raut wajah kesal.Kayla berpikir sejenak, "Lalu Nona Stall, apa akan diam saja atau beru
Kayla melihat ke arah sana dan bertatapan langsung dengan pandangan Jackson. Kayla tersenyum cerah, "Tuan Lewn, senang bertemu Anda."Jackson menaikkan alisnya, tidak berkata apa-apa.Neddie segera bersuara, "Tuan Lewn, dia adalah anak perempuanku, Kayla."Setelah diperkenalkan oleh Neddie, Jackson dengan ekspresi setengah tersenyum melihat ke arah Wyne di sampingnya, "Keponakan perempuanmu, ya?""Bagaimana, tertarik?" Wyne tidak memedulikan Kayla yang ada di sana, seolah-olah hanya bertanya dengan santai.Bagi Kayla, kalimat itu terdengar seperti membicarakannya sebagai barang dagangan, membuatnya merasa malu.Jackson melirik sekilas ekspresi wajah Kayla, sudut bibirnya tersenyum lebih lebar, "Kalau aku bilang tertarik, Wyne sebagai pamannya, mau bantu comblangkan kami?"Wyne memandang dingin ke arahnya, "Panggil dulu aku 'paman'."Jackson, "...."Di samping mereka, Ivy tersenyum manis menyahut, "Urusan comblang dan menjodohkan biar aku saja yang urus, Wyne memang tidak ahli dalam hal
Saat Kayla belum benar-benar memahami kata-kata itu, mobil Jackson sudah meninggalkan tempat itu. Mengapa dikatakan untung dia bukan orang dari keluarga Lark?Kembali ke hotel, Kayla terlebih dahulu mengantar Neddie kembali ke kamar-nya. Neddie dengan sadar diri mengeluarkan obatnya, "Sekarang aku minum obat setiap hari, tidak pernah terlewat satu kali pun."Kayla mengangguk.Neddie menelan obatnya, lalu langsung membuka mulut untuk menunjukkan pada Kayla, "Aku sudah menelannya dan lihat tanganku, aku tidak menyembunyikan obatnya."Ekspresi Kayla terlihat sedikit kaget.Dia ingat, sebelumnya Neddie tidak mau minum obat atau menyembunyikan obatnya di sela jari pura-pura meminumnya, tanpa kontrol obat, sehingga menyebabkan penyakitnya sering kambuh dan semakin parah.Sekarang dia sangat sadar diri."Kayla, tenang saja, aku akan minum obat dengan baik ke depannya, aku tidak ingin lagi menyakiti siapa pun." Nada suara Neddie terdengar penuh penyesalan, ini adalah emosi orang normal.Kayla