Share

Bab 281.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-21 18:56:48

"Iya saya tahu Kak. Makanya saya menelepon hari ini. Saya akan menambahkan masa inapnya selama seminggu ke depan ya Kak," ucap Nadya.

"Ohh. Kalau begitu Nona Nadya bisa transfer ke rekening kami, untuk pembayarannya. Namun sebelumnya, harap Nona Nadya kirimkan e mail pada kami.

Dan berikan juga beberapa bukti, jika Nona adalah keluarga Tuan Elang Prayoga ya.

Boleh berupa foto bersama, atau dengan menjawab beberapa pertanyaan, saat Nona datang ke sini nanti.

Cukup jelas ya Nona Nadya, karena memang kebetulan untuk saat ini kamar sedang full," jelas sang operator.

"Baik saya mengerti. Saya akan transfer terlebih dahulu ke rekening yang tertera ya. Nanti saya konfirmasi setelahnya, terimakasih Kak."

"Baik Nona Nadya, berarti kami akan alihkan kamar atas nama Tuan Elang Prayoga pada Nona Nadya.

Harap segera lampirkan foto kebersamaan atau apapun, yang bisa dijadikan bukti via e-mail ya Nona.

Terimakasih, semoga hari Nona menyenangkan."

"Baik. Terimakasih."

Klik.!

Inilah keistim
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
lanjut dong mas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 282.

    Scraatzzksh..!! Jederrrtsskh..!!! Kilat berwarna keemasan menghantam tanah lapang berumput, di depan kedua sepuh yang sedang berbincang itu. Namun bukan kerusakkan yang terjadi di sekitar mereka. Karena secara ajaib, segala pesona keindahan alam kini bagai melingkupi area sekitar mereka. Pelangi membiaskan warna dengan begitu indahnya di langit. Suara mata air jernih mengalir menyejukkan telinga dan hati. Kicau burung indah bagai bersahutan tiada henti. Kedamaian seolah terwujud nyata dalam panorama saat itu. Sungguh suasana yang sangat berbeda, dibanding saat "Penguasa Dimensi' datang di tengah pertemuan mereka, di atas samudera hampa dahulu. Kedatangannya dulu bagai membawa suasana amarah dan kemurkaan, atas pembicaraan mereka soal takdir. "Salam Penguasa Dimensi," salam serentak Ki Sandaka dan Ki Palasara, seraya menundukkan wajahnya, ke arah sosok cahaya keemasan yang menyilaukan 'jiwa' itu. Dalam jiwa keduanya berharap. Semoga suasana indah kedatangan 'Penguasa Dimensi' ka

    Last Updated : 2025-04-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 283.

    'Indonesia..?!' seru bathin Nanako kaget. Hal ini makin menguatkan dugaan Nanako, bahwa wanita di hadapannya ini pasti mengenal Elang. Dia pun menyambut uluran tangan Nadya, senyum hangat langsung terlukis diwajahnya. Sama seperti halnya Nadya, dia pun ingin menyelami seberapa jauh dan dalam hubungan wanita cantik itu dengan Elang. "Saya Nanako, dari Tokyo," sahut Nanako. "Maaf, aku mengagetkanmu Nanako. Sepertinya kita memendam kesedihan yang sama," Nadya berkata tersenyum. "Tak apa Nadya. Bagaimana kau tahu kalau kita memendam kesedihan yang sama Nadya..?" tanya Nanako lagi. "Nama yang kaubisikkan tadi, adalah nama yang membuatku datang ke negeri ini Nanako," sahut Nadya, kini wajahnya agak muram kembali teringat pada Elang. "A-apa..?! M-maksudmu Mas Elang..?!" Nanako berseru kaget tertahan. Kendati dia sudah menduganya. Namun tetap saja mengetahui ada wanita lain, yang dekat dengan Elang selain dirinya dan Keina. Hal itu cukup membuatnya 'surprise'. "Benar Nanako," Nadya

    Last Updated : 2025-04-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 284.

    "Ahh. Mas Elang. Perjalananmu sungguh menyenangkan. Kau selalu dikelilingi oleh orang-orang baik. Dan Nanako adalah salah satunya. Sebagai wanita aku bisa merasakan, Nanako sebenarnya sudah jatuh cinta padamu Mas Elang', bisik bathin Nadya. Nadya merasa agak 'rikuh' sekaligus respek menghadapi kedewasaan sikap Nanako, yang mengakui keunggulan dirinya di hati Elang. "Entah bagaimana nasibnya kini, Nanako. Aku sangat mencemaskannya. Kau juga pasti mencemaskannya bukan..?" tanya Nadya dengan mata mulai beriak basah, teringat nasib Elang yang lenyap begitu saja. "Tentu saja aku selalu mencemaskan dia Nadya. Dia adalah pria terbaik yang pernah aku kenal. Karena dialah 'keluargaku' bisa selamat dari ancaman kemusnahan. Dan karena dialah aku mengenal rasa ..... Ahh, dia memang terlalu baik untuk 'pergi' secepat ini Nadya," dalam hanyutnya Nanako oleh rasa kesedihan. Hampir saja dia 'kelepasan' berkata jujur, soal perasaannya di depan Nadya. Tentu saja Nadya 'menangkap' kata yang tak j

    Last Updated : 2025-04-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 285.

    'Hahh..!' bathin Keina tersentak kaget. Karena tak jauh darinya dan hanya berjarak sekitar 10 meteran saja. Nampak sosok Reva juga tengah memandangi tiang beton, di ujung jembatan Onaruto. Pantas dia tak bisa melihatnya sejak tadi, karena pohon di balik tempatnya menyepi menghalangi pandangannya pada sosok Reva. Perlahan Keina mendekati sosok Reva yang membelakanginya, dilihatnya punggung Reva agak bergetar. 'Apakah dia menangis..? Apa yang ditangisinya..?' tanya hati Keina agak heran. Namun langkahnya tak henti bergerak mendekati Reva. "Mas Elang. Tsk tsk..! Maafkan Reva tak bisa datang saat kau menghilang. Andai waktu bisa diputar kembali, Reva rela menghilang bersamamu. O iya Mas Elang, motor kesayangan Mas masih di rumah Reva. Datanglah untuk mengambilnya, walaupun di dalam mimpi. Reva menunggu..! Tskk, tskk..!" Reva berkata pelan terisak, lalu dia menghapus airmatanya hingga tuntas. Namun tentu saja mata sembabnya masih terlihat jelas. Dan saat dia membalikkan badannya, h

    Last Updated : 2025-04-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 286.

    Blaaph..! Blaphh..! Sosok kedua sepuh itu pun lenyap begitu saja dari tempat itu, lalu.. Blaaph..!! Kini sosok kedua sepuh itu muncul langsung berdiri berhadapan, di sebuah hamparan padang pasir yang luas. Bagaikan medan perang Kurusetra. "Silahkan Palasara, lama sekali aku tak pernah mengerahkan 'Cambuk Tujuh Petirku'. Tanpa 'cincin Naga Asmara' di tanganku, kiranya adil sudah pertarungan ini," Ki Sandaka mempersilahkan. "Baik Sandaka, mengingat kondisi cicit kita yang sangat rawan. Baiknya kita langsung saja ke pamungkas, Sandaka," ucap Ki Palasara. Ki Palasara segera menerapkan aji 'Pusaran Samudera' tingkat pamungkasnya, 'Tombak Samudera'.! Seketika tubuh Ki Palasara berubah menjadi biru menyala, yang cahayanya amat menyilaukan mata. Sosoknya langsung melenting ke angkasa dan berputar sangat cepat, bagaikan gasing bercahaya biru. Badai angin raksasa pun terbentuk menderu-deru dahsyat. Tiba-tiba.. Kraaghhkssh..!! Wrrrnngkh...!! Wrrsshk...!!! Medan pasir di bawah sosoknya

    Last Updated : 2025-04-22
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 287.

    "Palasara, Sandaka.! Bukankah sudah kukabarkan kebaikkan pada kalian tadi. Belum selesai aku berkata, namun panggilan dari Yang Maha Kuasa menarikku. Ketahuilah, Nyawa Kesempatan yang diberikan Yang Maha Kuasa, memang hanya satu, dan itu untuk Permadi. Sedangkan Yang Maha Kuasa memberikan sesuatu yang 'istimewa' pada Elang. Hal istimewa itu berupa 'nyawa kesempatan', yang terbentuk dari ribuan do'a-do'a orang yang pernah di bantunya. Terimalah ini Sandaka, dan segeralah pulihkan mereka berdua," seraya berkata begitu. Dari sosok Penguasa Dimensi muncul dan melayang, sebuah cahaya keemasan berbentuk bola yang sangat menyilaukan. Ki Sandaka langsung menerima bola keemasan itu, dengan kedua tangannya yang menengadah. Blaasshp..! "Namun ingatlah kalian. Damaikan dulu kedua keturunan kalian itu di sini. Sebelum mereka dilepas kembali ke dimensi nyata. Camkan itu..!" gema suara sosok Penguasa Dimensi yang telah lenyap. Ya, sosok sang Penguasa Dimensi lebih dulu lenyap, meninggalkan

    Last Updated : 2025-04-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 288.

    'Elang. cantik-cantik sekali sahabat wanitamu', bisik hati Mila. Dia sungguh tak heran jika Elang memiliki banyak 'fans'. Namun dia tak menduga, bahkan di negeri Jepang pun Elang memiliki beberapa 'fans' wanita cantik. Akhirnya pesanan mereka datang hampir bersamaan, mereka pun langsung menyantap sajian restoran Hato itu. Sungguh sedap dan nikmat memang karya koki restoran itu. Tak lama kemudian mereka bertiga menyudahi 'dinner' mereka. Seolah sepakat, mereka tak menyentuh pembicaraan tentang Elang di rumah makan itu. Dalam hati mereka berniat membicarakan tentang hal itu, di tempat yang lebih privacy. "O ya Nadya, Nanako bisakah kalian singgah di hotel tempat aku menginap setelah ini..?" tanya Mila penuh harap. "Ohh..! Di mana hotel tempatmu menginap Mila..?" sahut Nanako balas bertanya. "Saya menginap di hotel Anaga, di dekat jembatan Onaruto," sahut Mila tersenyum. "Wah, itu dekat sekali dengan hotel tempat saya menginap Mila," sahut Nanako. "Baiklah saya ikut ke tempatmu M

    Last Updated : 2025-04-23
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 289.

    'Ahh.! Maafkan Nadya Mas Elang. Sepertinya Nadya terpaksa harus membongkar ransel Mas Elang. Nadya harus mengembalikan 'cincin' pemberian Mila. Nadya tak rela Mas Elang menyimpan kenangan darinya', bathin Nadya. Ya, jujur saja Nadya cemburu pada Mila. Namun yang membuatnya merasa harus mengembalikan cincin Mila, adalah rasa ibanya pada Mila. Cincin itu pasti sangat bernilai bagi Mila. Dan Nadya punya suatu cara, untuk mengembalikan cincin itu tanpa menyakiti dan membuat Mila curiga padanya. "Ahh, kalian ini. Belum tentu aku yang berada dalam hati Mas Elang. Kita bertiga adalah orang-orang yang pernah mendapatkan pertolongannya. Namun belum tentu mendapatkan 'hatinya'," ucap Nadya agak jengah, karena kedua rekannya itu seperti memastikan hati Elang adalah untuknya. Namun tak munafik, hati Nadya juga merasa senang dan 'melayang', atas pengakuan Mila dan Nanako barusan. "Aku bisa merasakannya dengan sangat jelas, Nadya," ucap Nanako tersenyum tulus. Bagi Nanako kini, dia telah re

    Last Updated : 2025-04-23

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 294.

    "Ceritakanlah Permadi. Aku akan mendengarkan," sahut Elang tersenyum. Lalu Permadi pun mulai menceritakan kisahnya. Di mulai dari orangtuanya terbunuh, soal Ki Sentanu, soal GASStreet, dan tentang perjalanannya mencari Elang. Hingga berakhir pada 'duel' hidup mati mereka, di selat Naruto. "Begitulah perjalanan hitam diriku, Elang," Permadi mengakhiri kisah dirinya pada Elang. "Wahh, Permadi. Rupanya kau pemimpin kelompok berhelm, yang menggegerkan di Surabaya itu," Elang mengeluh dalam sesal, mendengar pengakuan jujur Permadi. Namun kejujuran Permadi itu, menjadi pertimbangan tersendiri bagi Elang. 'Bagaimana aku membantumu jika begini Permadi..?' desah bathin Elang bingung. *** Sementara itu ke esokkan harinya di Awaji Island. Pagi-pagi sekali Nadya terpaksa membongkar ransel Elang. Karena dia mendengar, jika Mila akan pulang malam ini ke Rusia. Sementara Nadya sendiri akan pulang ke Indonesia besok harinya. Praktis waktu yang tersisa hanya hari itu. Untuk mencari dan menge

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 293.

    "Bangunlah Permadi," pelan saja suara Ki Bogananta, namun terdengar hingga menembus dan meresap masuk ke relung jiwa Permadi. Suara yang dilambari tenaga bathin yang luar biasa menggetarkan. Perlahan pelupuk mata Permadi bergerak, dan akhirnya terbuka lebar. "Ahhh, di mana aku..?!" seru Permadi sambil beranjak duduk, dan melihat ke sekitarnya. Saat matanya membentur sosok yang baru saja 'berbicara' dengannya di kedalaman jiwanya."Eyang sepuh Bogananta..," ucap Permadi, yang langsung menundukkan wajahnya penuh hormat. Ki Bogananta nampak tersenyum damai padanya. Dan Permadi merasa bagai 'telanjang' di hadapan sepuh itu. Habis sudah isi jiwanya 'dikuliti', oleh moyang sepuhnya itu barusan. "Permadi. Kiranya cukup sudah apa-apa yang perlu kautahu, dan Eyang beritahu padamu. Sekarang bersiaplah untuk bertemu dan berbicara dengan Elang. Dia berada tak jauh darimu saat ini. Bicara dan bekerjasamalah kalian di alam nyata nantinya. Eyang yakin, Elang akan memiliki jalan keluar dari m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 292.

    Taph..! Blaaph..! Ki Palasara langsung menyambar tubuh Permadi, dan keduanya langsung lenyap dari rumah panggung itu. Blaph..! "Salam Moyang Bogananta. Aku datang membawa Permadi," Ki Palasara berkata dengan daya bathin melambari suaranya. Dia muncul di hadapan Ki Bogananta, yang kala itu tengah 'hening' di ruang dimensinya. Karena hanya dengan melambari suaranya dengan daya bathinnya, maka suaranya akan menembus alam keheningan moyangnya itu. Perlahan sepasang mata Ki Bogananta terbuka. Ki Palasara pun langsung tertunduk hormat. Ya, sejak dulu dia memang tak pernah sanggup beradu tatap dengan moyangnya itu. Karena tatap mata Ki Bogananta memang seolah menenggelamkannya, ke dalam samudera tanpa dasar. Pasca insiden di 'medan pasir', Ki Bogananta dan Ki Prahasta Yoga memang langsung kembali ke ruang dimensinya masing-masing. Mereka menyerahkan pengurusan Elang dan Permadi, di tangan Ki Sandaka dan Ki Palasara hingga pulih."Hmm. Palasara, baringkan Permadi di hadapanku. Energi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 291.

    "Benar Elang. Gadis itu baru saja melintas di benakmu," sahut Ki Sandaka tersenyum bijak. Ya, tingkatan 'wisik sukma' Ki Sandaka bahkan sudah tak memerlukan penerapan lagi. Ajian wisik sukma seakan sudah menjadi bagian dari nafasnya. "Ahhh..! Benarkah Ki Buyut..?!" kini wajah Elang nampak sangat cerah sekali, bukit besar yang menindih hatinya selama ini bagai lenyap hancur berkeping tanpa bekas. Plonngg..!! "Elang, menurut buyut. Sebaiknya kalian segeralah menikah. Dan jadikan malam pertamamu, sebagai perayaan akan 'lenyap'nya kutukkan Naga Asmara dari dirimu. Setelah kutukkan itu lenyap, maka kau baru akan bisa menggabungkan 'power' Naga Merah dan Biru dalam cincin naga asmara dengan aji pamungkasmu 'Cambuk Tujuh Petir'. Itulah pamungkas terdahsyat trah langit, yang takkan tertandingi oleh 'pusaka bumi maupun pusaka samudera'. Jika kamu sudah berhasil menguasainya Elang," jelas Ki Sandaka. "Baik Ki Buyut. Elang akan mematuhi pesan Ki Buyut," Elang berkata sambil menundukkan ke

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 290.

    "A-apa..?!" Nadya terkejut, namun dia merasakan tubuhnya tiba-tiba menjadi dingin. Sprassh..! Dari jari tangan Nadya seketika melesat cahaya kuning kehijauan, yang langsung membentur lesatan shuriken yang dilepaskan Nanako. Craackh..!! Clapphs..! Shuriken yang dilontarkan Nanako langsung membentur selarik cahaya kuning kehijauan itu. Lalu shuriken itu terpental berubah arah, dan masuk ke dalam kolam renang. "Aahhh...!!" Seru kaget dan ngeri, dari semua wanita cantik yang berada di situ. Nampak mata mereka semuanya terbelalak. Ya, awalnya mereka semua bahkan tak bisa melihat lesatan shuriken Nanako. Mereka hanya melihat Nanako seperti melemparkan sesuatu ke arah Keina. Dan kini mereka semua baru sadar, jika yang dilemparkan Nanako adalah senjata yang berbahaya. "Hei sudahlah Nanako, Keina..! Ini benar-benar tak berguna..! Yang kalian ributkan sudah damai di sana. Biarkan Mas Elang tenang dan damai di sana. Jangan menambah beban langkahnya, karena melihat kalian ribut di sini.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 289.

    'Ahh.! Maafkan Nadya Mas Elang. Sepertinya Nadya terpaksa harus membongkar ransel Mas Elang. Nadya harus mengembalikan 'cincin' pemberian Mila. Nadya tak rela Mas Elang menyimpan kenangan darinya', bathin Nadya. Ya, jujur saja Nadya cemburu pada Mila. Namun yang membuatnya merasa harus mengembalikan cincin Mila, adalah rasa ibanya pada Mila. Cincin itu pasti sangat bernilai bagi Mila. Dan Nadya punya suatu cara, untuk mengembalikan cincin itu tanpa menyakiti dan membuat Mila curiga padanya. "Ahh, kalian ini. Belum tentu aku yang berada dalam hati Mas Elang. Kita bertiga adalah orang-orang yang pernah mendapatkan pertolongannya. Namun belum tentu mendapatkan 'hatinya'," ucap Nadya agak jengah, karena kedua rekannya itu seperti memastikan hati Elang adalah untuknya. Namun tak munafik, hati Nadya juga merasa senang dan 'melayang', atas pengakuan Mila dan Nanako barusan. "Aku bisa merasakannya dengan sangat jelas, Nadya," ucap Nanako tersenyum tulus. Bagi Nanako kini, dia telah re

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 288.

    'Elang. cantik-cantik sekali sahabat wanitamu', bisik hati Mila. Dia sungguh tak heran jika Elang memiliki banyak 'fans'. Namun dia tak menduga, bahkan di negeri Jepang pun Elang memiliki beberapa 'fans' wanita cantik. Akhirnya pesanan mereka datang hampir bersamaan, mereka pun langsung menyantap sajian restoran Hato itu. Sungguh sedap dan nikmat memang karya koki restoran itu. Tak lama kemudian mereka bertiga menyudahi 'dinner' mereka. Seolah sepakat, mereka tak menyentuh pembicaraan tentang Elang di rumah makan itu. Dalam hati mereka berniat membicarakan tentang hal itu, di tempat yang lebih privacy. "O ya Nadya, Nanako bisakah kalian singgah di hotel tempat aku menginap setelah ini..?" tanya Mila penuh harap. "Ohh..! Di mana hotel tempatmu menginap Mila..?" sahut Nanako balas bertanya. "Saya menginap di hotel Anaga, di dekat jembatan Onaruto," sahut Mila tersenyum. "Wah, itu dekat sekali dengan hotel tempat saya menginap Mila," sahut Nanako. "Baiklah saya ikut ke tempatmu M

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 287.

    "Palasara, Sandaka.! Bukankah sudah kukabarkan kebaikkan pada kalian tadi. Belum selesai aku berkata, namun panggilan dari Yang Maha Kuasa menarikku. Ketahuilah, Nyawa Kesempatan yang diberikan Yang Maha Kuasa, memang hanya satu, dan itu untuk Permadi. Sedangkan Yang Maha Kuasa memberikan sesuatu yang 'istimewa' pada Elang. Hal istimewa itu berupa 'nyawa kesempatan', yang terbentuk dari ribuan do'a-do'a orang yang pernah di bantunya. Terimalah ini Sandaka, dan segeralah pulihkan mereka berdua," seraya berkata begitu. Dari sosok Penguasa Dimensi muncul dan melayang, sebuah cahaya keemasan berbentuk bola yang sangat menyilaukan. Ki Sandaka langsung menerima bola keemasan itu, dengan kedua tangannya yang menengadah. Blaasshp..! "Namun ingatlah kalian. Damaikan dulu kedua keturunan kalian itu di sini. Sebelum mereka dilepas kembali ke dimensi nyata. Camkan itu..!" gema suara sosok Penguasa Dimensi yang telah lenyap. Ya, sosok sang Penguasa Dimensi lebih dulu lenyap, meninggalkan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 286.

    Blaaph..! Blaphh..! Sosok kedua sepuh itu pun lenyap begitu saja dari tempat itu, lalu.. Blaaph..!! Kini sosok kedua sepuh itu muncul langsung berdiri berhadapan, di sebuah hamparan padang pasir yang luas. Bagaikan medan perang Kurusetra. "Silahkan Palasara, lama sekali aku tak pernah mengerahkan 'Cambuk Tujuh Petirku'. Tanpa 'cincin Naga Asmara' di tanganku, kiranya adil sudah pertarungan ini," Ki Sandaka mempersilahkan. "Baik Sandaka, mengingat kondisi cicit kita yang sangat rawan. Baiknya kita langsung saja ke pamungkas, Sandaka," ucap Ki Palasara. Ki Palasara segera menerapkan aji 'Pusaran Samudera' tingkat pamungkasnya, 'Tombak Samudera'.! Seketika tubuh Ki Palasara berubah menjadi biru menyala, yang cahayanya amat menyilaukan mata. Sosoknya langsung melenting ke angkasa dan berputar sangat cepat, bagaikan gasing bercahaya biru. Badai angin raksasa pun terbentuk menderu-deru dahsyat. Tiba-tiba.. Kraaghhkssh..!! Wrrrnngkh...!! Wrrsshk...!!! Medan pasir di bawah sosoknya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status