Share

Bab 194.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-03-26 01:02:51

“Hahh..! I-ini..!” Danu ternganga tak percaya.

Ya, dia sangat paham bahwa cek yang sedang dipegangnya adalah cek asli. Karena dalam profesinya, tentu dia tak asing bermain dengan yang namanya cek.

“Tunggu apa lagi..! Cepatlah keluar dan uangkan cek itu kapan saja kau mau..!” sentak Elang muak.

Elang menarik surat perjanjian pinjaman Astika yang di tandatangani di atas materai, dan langsung menyerahkannya pada Astika.

“Sebaiknya sobek dan bakar saja surat perjanjian kadaluwarsa ini Pak Astika,” ucap Elang.

“Ba..baik..! Urusan hutang Astika sudah selesai..! Tapi urusan kita belum selesai..!” Danu berseru geram, sambil menunjuk ke arah Elang.

Lalu Danu pun beranjak keluar dari rumah Astika, di iringi Kabinawa yang saat itu hanya terdiam.

‘Hmm. Selain berilmu tinggi, rupanya kekayaan pemuda itu juga sukar di tebak. Tapi aku tak akan mundur. Kita lihat saja besok malam’, bathin Kabinawa penasaran.

Namun jujur saja dia merasa jerih, jika harus berhadapan langsung dengan pemuda berna
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 195.

    Permadi langsung mencari penginapan di sana. Dan pilihannya jatuh di hotel Blue Sky, yang berada di pinggir jalan Raya Solo dan jalan A. Yani. Usai urusan dengan penerima tamu hotel, yang berakhir dengan pemberian tips dari Permadi. Maka Permadi pun rebah sejenak di kamarnya. Tak lama kemudian Permadi kembali keluar dari kamarnya. Dia berniat jalan-jalan sekaligus mencari makan siangnya di luar.Jam masih menunjukkan pukul 13:40, saat Permadi tiba di taman Balekambang. Dia baru saja selesai makan siang di warung nasi, yang tak jauh dari area taman. Suasana taman itu belum terlalu ramai saat itu. Permadi langsung memarkirkan motornya di area parkir taman. Permadi berjalan menyusuri ke dalam taman, terlihat sebuah danau dan ada juga kebun binatang mini di dalamnya. Mata Permadi tertumbuk pada sosok wanita berkerudung, yang berseragam PNS. Wanita itu tengah duduk di kursi yang berada di bawah pohon rindang taman. Wajahnya terlihat sedih, namun tetap tak bisa menyembunyikan kecantik

    Last Updated : 2025-03-26
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 196.

    Klek.! Pintu kamar pun terbuka, Permadi langsung masuk ke dalam kamar yang di ikuti oleh Seruni di belakangnya. Permadi segera menutup dan mengunci kembali pintu kamarnya, setelah Seruni masuk. Permadi duduk di tepi ranjang sambil menatap Seruni, yang masih tertunduk menunggu perintahnya. Menuruti hasratnya, ingin sekali Permadi langsung melucuti pakaian gadis berkerudung itu. Namun dia masih bisa menahan hasratnya, yang bagai gunung yang hendak meletus itu. “Seruni, apakah kau masih perawan..?” tanya Permadi. “Aku belum pernah begituan Mas Permadi,” sahut Seruni, ada rona merah di pipinya namun tatapan matanya tetap terlihat kosong. “Ahh, masa sih Seruni. Sepertinya kamu sudah punya pacar,” Permadi berkata tak percaya, padahal hatinya senang bukan main menemukan gadis ‘bersegel’. “Kami sudah putus. Kami cuma pernah ‘petting’ beberapa kali, tapi tak sampai masuk Mas,” Seruni menjelaskan dengan jujur sekali. “Baiklah Seruni, aku percaya. Berapa usiamu sekarang..?” “Usia saya

    Last Updated : 2025-03-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 197.

    “Ahhss.! Mas.! Masukkan saja sekaranghs..tapi pelan yahh..” desah Seruni gemas, merasakan gelitik nikmat di celah surganya. Namun tetap saja hatinya berdebar kencang. Ini adalah kali pertama ‘kewanitaannya’ akan di jebol oleh ‘keperkasaan’ Permadi. Dan harus diakuinya ‘burung’ Permadi jauh lebih kokoh dan panjang, dibanding milik mantan kekasihnya Irwan. “Akhsss.! S-sakit Mass..sh!” Seruni memekik keras, sambil memeluk erat punggung Permadi. Saat tiba-tiba Permadi menghunjamkan seluruh ‘kemaluannya’ dalam celah sempit miliknya. Rasa perih dan sesuatu yang sobek mendera bagian kewanitaannya. Permadi diam sejenak tak melakukan gerakkan apapun. Untuk memberi kesempatan ‘liang’ milik Seruni beradaptasi dengan ukuran ‘burung’nya. Tak lama kemudian Permadi mulai menggoyangkan perlahan ‘burung’nya di dalam kewanitaan Seruni, diliriknya bercak darah menodai sprei biru muda milik hotel. ‘Hmm. Dia benar-benar masih segel’, bathin Permadi puas, karena berhasil ‘belah duren’ siang itu. “Ohs

    Last Updated : 2025-03-27
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 198.

    “Benar Seruni, itu untukmu. Jia kau hamil akibat permainan kita itu terserah padamu kau bisa mengaborsinya atau merawatnya,” Permadi berkata tenang. “Baiklah Mas, Aku akan menyimpannya di rumah,” ucap Seruni, kini dia memahami maksud Permadi. Ada rasa sedih di hatinya, mendengar kabar akan perginya Permadi besok. Sejujurnya mulai tumbuh rasa sayang di hatinya untuk Permadi. Orang yang telah merenggut kesuciannya dan memperkenalkan rasa ternikmat dalam olah asmara padanya. Karenanya nanti malam dia bertekad akan datang kembali ke kamar ini. Untuk menghabiskan waktu bersama Permadi, hingga esok hari. *** Malam itu di rumah Galang. Elang baru saja ikut makan malam bersama keluarga Galang. Mereka nampak berkumpul di ruang tengah, dan saling berbincang penuh kekeluargaan. Nampak wajah keceriaan terpancar dari ayah dan ibu Galang. Karena tak lama lagi mereka akan meminang Trika, untuk putra mereka itu. Mereka sudah mendengar soal pertolongan Elang, atas masalah yang melanda putranya

    Last Updated : 2025-03-28
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 199.

    'Hhh.. ! Tak bisa dihindari lagi, mungkin ini sudah karmaku. Aku harus berhadapan dengan guru dan kakak seperguruanku sendiri’, keluh bathin Bagja, sambil menghela nafas berat. Dulu dia sering mendengar gurunya berbicara, soal kakak seperguruannya yang bernama Kabinawa itu dengan nada bangga. Namun pada akhirnya. Timbul kesadaran di hati Bagja, bahwa jalan yang ditempuh guru dan kakak perguruannya itu salah. Bagja lebih memilih aspek terakhir dalam ilmu leak yaitu ‘kamoksan’ atau ilmu kelepasan. Moksa dalam ajaran agama Hindu adalah tujuan hidup terakhir, yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan putaran reinkarnasi kehidupan. Ilmu leak terdiri dari ilmu kawisesan (penengen pengiwa untuk duniawi), dan ilmu kelepasan (untuk lepas dari duniawi). Sedangkan guru dan kakak seperguruannya itu, hanya memfokuskan pada tujuan ‘kawisesan pengiwa’. Untuk memenuhi hasrat duniawinya, tanpa peduli dengan cara apa mereka memperolehnya. Berangkat dari hal inilah, Bagja meninggalkan gurunya. Dia

    Last Updated : 2025-03-28
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 200.

    “Hiahhhh...!!” Kabinawa melesatkan dirinya yang berwujud bola api membara, ke arah bola pusaran air milik Bagja. Seth..! Ki Badra yang di cekam rasa cemas, akan keselamatan murid kesayangannya itu. Dia pun ikut melesat, hendak menghajar Bagja dengan pukulan ‘Sirna Raga’nya. Slaph..!Tentu saja Elang tak tinggal diam, melihat Bagja yang hendak di bokong sepuh sesat Ki Badra. Dengan melambari tangannya dengan ajian ‘Lindu Sukma’ tingkat ke 4, Elang juga melesat menghadang sosok Ki Badra. Kepalan tangan Elang bagai berubah menjadi bola hijau terang. Sethh..! Melihat Elang menghadang jalur melesatnya, karuan Ki Badra menghantamkan pukulan ‘Sirna Raga’nya ke arah Elang. Wersh..! Wusshk..! Blaartzzhk..!! Dua pukulan hijau dan merah saling berbenturan dahsyat. Angin pukulan dari bentrokkan pukulan “Sirna Raga’ dan “Lindu Sukma’, meledak pecah dan buyar ke segala arah. Bola api merah Ki Badra dan sosok Elang sama-sama terpental ke arah berlawanan. ‘Hmm. Kekuatan bathin sepuh ini

    Last Updated : 2025-03-28
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 201.

    “Elang..! Kau tak apa-apa..?” Bagja menarik lepas ilmu leaknya, dan bergegas menghampiri Elang. “Saya tak apa-apa Pak Bagja. Sebaiknya kita kembali ke rumah saja Pak,” sahut Elang, seraya mengusap darah di hidungnya. Baginya, pertarungan dengan Ki Badra bukanlah pertarungan yang berat. “Syukurlah Elang, mari kita pulang sekarang,” ucap Bagja. “Rasanya akan terlalu lama jika kita berjalan Pak Bagja. Sebaiknya Bapak saya bawa saja ya,” ujar Elang, saat melihat Bagja sudah kembali ke wujud manusianya kembali. Karena tentunya dia tak akan bisa melesat cepat kembali ke rumahnya. “Silahkan Elang. Energi bapak memang terkuras, jika mengeluarkan aji ‘Tirta Bharada.” Elang merangkul pundak Bagja lalu, Slaph..! Elang mengerahkan kecepatan maksimal dari aji ‘Pintas Buminya’, maka dalam sekejap saja mereka sudah berada di teras rumah Bagja. ‘Luar biasa si Elang ini, sepertinya dia masih belum mengerahkan seluruh kemampuannya melawan Ki Badra tadi’, bathin Bagja kagum, pada sahabat putr

    Last Updated : 2025-03-28
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 202.

    “Pakailah Seruni, ini untukmu,” ujar Permadi, seraya berusaha tersenyum. Namun wajahnya malah tampak aneh seperti menyeringai, aduhh Madi..Madi..! “Wahh, terimakasih Mas Permadi. Kalung ini bagus sekali..!” Seruni berseru merasa surprise, langsung dikenakannya kalung pemberian Permadi itu. Hatinya penuh dengan bunga bermekaran. Seruni sungguh tak menyangka, Permadi bisa memberikan hadiah seromantis itu. Ingin rasanya dia mencium Permadi dengan hangat. Namun dia sadar kondisi mereka di tempat terbuka, tak memungkinnya melakukan itu. “Berangkatlah Seruni, nanti kau terlambat,” ucap Permadi datar. “Baik Mas Permadi, jaga diri Mas baik-baik dalam perjalanan ya,” Seruni akhirnya beranjak naik ke motornya. Matanya kini nampak basah, ‘Andai kau minta aku ikut denganmu, aku pasti ikut mas’, bisik hatinya sedih. Nngngg..! Seruni melajukan motornya, lalu menghilang di balik gerbang hotel. Air mata bergulir di pipi Seruni, tertutup oleh kaca helm yang dikenakannya. Sedih. ‘Selamat jal

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 295.

    "Hayuk kita berangkat sekarang saja Nadya. Kita bisa bicara sambil mandi di sana. Karena aku akan kembali ke Tokyo sore nanti Nadya," ajak Nanako, sambil memberitahukan soal kepulangannya nanti sore. Akhirnya jadilah mereka berangkat menuju Matsuho-no-sato onsen. Tak sampai satu jam, mereka akhirnya telah sampai di tujuan. Matsuho-no-sato adalah sebuah onsen yang terletak di di perbukitan utara, di atas jembatan Akashi Kaikyo sepanjang 3,5 km. Jembatan ini menyala selama beberapa jam mulai senja, dan selama lima menit setiap jam. Pola lampu pelanginya yang mempesona, bagai memantulkan air dan memenuhi langit. Cara terbaik untuk menikmati pertunjukan cahaya lampu itu, adalah dengan berendam di onsen luar ruangan. Sayangnya mereka tiba disana saat hari masih terbilang pagi. Mereka pun menitipkan alas kaki di loker, menerima dua buah handuk besar dan kecil, lalu masuk keruang ganti. Sebetulnya bukan ruang ganti, tetapi lebih tepat disebut ruang untuk melepas seluruh pakaian mereka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 294.

    "Ceritakanlah Permadi. Aku akan mendengarkan," sahut Elang tersenyum. Lalu Permadi pun mulai menceritakan kisahnya. Di mulai dari orangtuanya terbunuh, soal Ki Sentanu, soal GASStreet, dan tentang perjalanannya mencari Elang. Hingga berakhir pada 'duel' hidup mati mereka, di selat Naruto. "Begitulah perjalanan hitam diriku, Elang," Permadi mengakhiri kisah dirinya pada Elang. "Wahh, Permadi. Rupanya kau pemimpin kelompok berhelm, yang menggegerkan di Surabaya itu," Elang mengeluh dalam sesal, mendengar pengakuan jujur Permadi. Namun kejujuran Permadi itu, menjadi pertimbangan tersendiri bagi Elang. 'Bagaimana aku membantumu jika begini Permadi..?' desah bathin Elang bingung. *** Sementara itu ke esokkan harinya di Awaji Island. Pagi-pagi sekali Nadya terpaksa membongkar ransel Elang. Karena dia mendengar, jika Mila akan pulang malam ini ke Rusia. Sementara Nadya sendiri akan pulang ke Indonesia besok harinya. Praktis waktu yang tersisa hanya hari itu. Untuk mencari dan menge

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 293.

    "Bangunlah Permadi," pelan saja suara Ki Bogananta, namun terdengar hingga menembus dan meresap masuk ke relung jiwa Permadi. Suara yang dilambari tenaga bathin yang luar biasa menggetarkan. Perlahan pelupuk mata Permadi bergerak, dan akhirnya terbuka lebar. "Ahhh, di mana aku..?!" seru Permadi sambil beranjak duduk, dan melihat ke sekitarnya. Saat matanya membentur sosok yang baru saja 'berbicara' dengannya di kedalaman jiwanya."Eyang sepuh Bogananta..," ucap Permadi, yang langsung menundukkan wajahnya penuh hormat. Ki Bogananta nampak tersenyum damai padanya. Dan Permadi merasa bagai 'telanjang' di hadapan sepuh itu. Habis sudah isi jiwanya 'dikuliti', oleh moyang sepuhnya itu barusan. "Permadi. Kiranya cukup sudah apa-apa yang perlu kautahu, dan Eyang beritahu padamu. Sekarang bersiaplah untuk bertemu dan berbicara dengan Elang. Dia berada tak jauh darimu saat ini. Bicara dan bekerjasamalah kalian di alam nyata nantinya. Eyang yakin, Elang akan memiliki jalan keluar dari m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 292.

    Taph..! Blaaph..! Ki Palasara langsung menyambar tubuh Permadi, dan keduanya langsung lenyap dari rumah panggung itu. Blaph..! "Salam Moyang Bogananta. Aku datang membawa Permadi," Ki Palasara berkata dengan daya bathin melambari suaranya. Dia muncul di hadapan Ki Bogananta, yang kala itu tengah 'hening' di ruang dimensinya. Karena hanya dengan melambari suaranya dengan daya bathinnya, maka suaranya akan menembus alam keheningan moyangnya itu. Perlahan sepasang mata Ki Bogananta terbuka. Ki Palasara pun langsung tertunduk hormat. Ya, sejak dulu dia memang tak pernah sanggup beradu tatap dengan moyangnya itu. Karena tatap mata Ki Bogananta memang seolah menenggelamkannya, ke dalam samudera tanpa dasar. Pasca insiden di 'medan pasir', Ki Bogananta dan Ki Prahasta Yoga memang langsung kembali ke ruang dimensinya masing-masing. Mereka menyerahkan pengurusan Elang dan Permadi, di tangan Ki Sandaka dan Ki Palasara hingga pulih."Hmm. Palasara, baringkan Permadi di hadapanku. Energi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 291.

    "Benar Elang. Gadis itu baru saja melintas di benakmu," sahut Ki Sandaka tersenyum bijak. Ya, tingkatan 'wisik sukma' Ki Sandaka bahkan sudah tak memerlukan penerapan lagi. Ajian wisik sukma seakan sudah menjadi bagian dari nafasnya. "Ahhh..! Benarkah Ki Buyut..?!" kini wajah Elang nampak sangat cerah sekali, bukit besar yang menindih hatinya selama ini bagai lenyap hancur berkeping tanpa bekas. Plonngg..!! "Elang, menurut buyut. Sebaiknya kalian segeralah menikah. Dan jadikan malam pertamamu, sebagai perayaan akan 'lenyap'nya kutukkan Naga Asmara dari dirimu. Setelah kutukkan itu lenyap, maka kau baru akan bisa menggabungkan 'power' Naga Merah dan Biru dalam cincin naga asmara dengan aji pamungkasmu 'Cambuk Tujuh Petir'. Itulah pamungkas terdahsyat trah langit, yang takkan tertandingi oleh 'pusaka bumi maupun pusaka samudera'. Jika kamu sudah berhasil menguasainya Elang," jelas Ki Sandaka. "Baik Ki Buyut. Elang akan mematuhi pesan Ki Buyut," Elang berkata sambil menundukkan ke

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 290.

    "A-apa..?!" Nadya terkejut, namun dia merasakan tubuhnya tiba-tiba menjadi dingin. Sprassh..! Dari jari tangan Nadya seketika melesat cahaya kuning kehijauan, yang langsung membentur lesatan shuriken yang dilepaskan Nanako. Craackh..!! Clapphs..! Shuriken yang dilontarkan Nanako langsung membentur selarik cahaya kuning kehijauan itu. Lalu shuriken itu terpental berubah arah, dan masuk ke dalam kolam renang. "Aahhh...!!" Seru kaget dan ngeri, dari semua wanita cantik yang berada di situ. Nampak mata mereka semuanya terbelalak. Ya, awalnya mereka semua bahkan tak bisa melihat lesatan shuriken Nanako. Mereka hanya melihat Nanako seperti melemparkan sesuatu ke arah Keina. Dan kini mereka semua baru sadar, jika yang dilemparkan Nanako adalah senjata yang berbahaya. "Hei sudahlah Nanako, Keina..! Ini benar-benar tak berguna..! Yang kalian ributkan sudah damai di sana. Biarkan Mas Elang tenang dan damai di sana. Jangan menambah beban langkahnya, karena melihat kalian ribut di sini.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 289.

    'Ahh.! Maafkan Nadya Mas Elang. Sepertinya Nadya terpaksa harus membongkar ransel Mas Elang. Nadya harus mengembalikan 'cincin' pemberian Mila. Nadya tak rela Mas Elang menyimpan kenangan darinya', bathin Nadya. Ya, jujur saja Nadya cemburu pada Mila. Namun yang membuatnya merasa harus mengembalikan cincin Mila, adalah rasa ibanya pada Mila. Cincin itu pasti sangat bernilai bagi Mila. Dan Nadya punya suatu cara, untuk mengembalikan cincin itu tanpa menyakiti dan membuat Mila curiga padanya. "Ahh, kalian ini. Belum tentu aku yang berada dalam hati Mas Elang. Kita bertiga adalah orang-orang yang pernah mendapatkan pertolongannya. Namun belum tentu mendapatkan 'hatinya'," ucap Nadya agak jengah, karena kedua rekannya itu seperti memastikan hati Elang adalah untuknya. Namun tak munafik, hati Nadya juga merasa senang dan 'melayang', atas pengakuan Mila dan Nanako barusan. "Aku bisa merasakannya dengan sangat jelas, Nadya," ucap Nanako tersenyum tulus. Bagi Nanako kini, dia telah re

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 288.

    'Elang. cantik-cantik sekali sahabat wanitamu', bisik hati Mila. Dia sungguh tak heran jika Elang memiliki banyak 'fans'. Namun dia tak menduga, bahkan di negeri Jepang pun Elang memiliki beberapa 'fans' wanita cantik. Akhirnya pesanan mereka datang hampir bersamaan, mereka pun langsung menyantap sajian restoran Hato itu. Sungguh sedap dan nikmat memang karya koki restoran itu. Tak lama kemudian mereka bertiga menyudahi 'dinner' mereka. Seolah sepakat, mereka tak menyentuh pembicaraan tentang Elang di rumah makan itu. Dalam hati mereka berniat membicarakan tentang hal itu, di tempat yang lebih privacy. "O ya Nadya, Nanako bisakah kalian singgah di hotel tempat aku menginap setelah ini..?" tanya Mila penuh harap. "Ohh..! Di mana hotel tempatmu menginap Mila..?" sahut Nanako balas bertanya. "Saya menginap di hotel Anaga, di dekat jembatan Onaruto," sahut Mila tersenyum. "Wah, itu dekat sekali dengan hotel tempat saya menginap Mila," sahut Nanako. "Baiklah saya ikut ke tempatmu M

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 287.

    "Palasara, Sandaka.! Bukankah sudah kukabarkan kebaikkan pada kalian tadi. Belum selesai aku berkata, namun panggilan dari Yang Maha Kuasa menarikku. Ketahuilah, Nyawa Kesempatan yang diberikan Yang Maha Kuasa, memang hanya satu, dan itu untuk Permadi. Sedangkan Yang Maha Kuasa memberikan sesuatu yang 'istimewa' pada Elang. Hal istimewa itu berupa 'nyawa kesempatan', yang terbentuk dari ribuan do'a-do'a orang yang pernah di bantunya. Terimalah ini Sandaka, dan segeralah pulihkan mereka berdua," seraya berkata begitu. Dari sosok Penguasa Dimensi muncul dan melayang, sebuah cahaya keemasan berbentuk bola yang sangat menyilaukan. Ki Sandaka langsung menerima bola keemasan itu, dengan kedua tangannya yang menengadah. Blaasshp..! "Namun ingatlah kalian. Damaikan dulu kedua keturunan kalian itu di sini. Sebelum mereka dilepas kembali ke dimensi nyata. Camkan itu..!" gema suara sosok Penguasa Dimensi yang telah lenyap. Ya, sosok sang Penguasa Dimensi lebih dulu lenyap, meninggalkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status