Para pelayan Keluarga Kosasih melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.Ketika Arjuna dan Bulan kembali, anggota Keluarga Kosasih berdiri dengan sikap arogan.Namun hanya dalam waktu sejenak, dua dari tiga anggota Keluarga Kosasih terbaring di depan Arjuna dan Bulan.Susanto, yang berdiri pun, tidak terlihat lebih baik.Ketika petugas pengadilan mencoba menutup mulutnya, Susanto menolak. Atas perintah sekretaris daerah, petugas pengadilan memukulinya dengan sangat keras hingga wajah dan hidungnya memar.Dia benar-benar kehilangan wibawa seorang kepala Keluarga Kosasih.Sekretaris daerah menghampiri Bulan. "Mulai sekarang, perlakukan nyonya ini seperti memperlakukanku. Kalau kalian tidak menghormatinya, berarti kalian tidak menghormatiku."Sekretaris daerah awalnya akan mengucapkan kalimat tersebut di samping Arjuna. Namun, Arjuna memberikan lencana tersebut kepada Bulan."Paman, apakah kamu gila?"Wajah Kurnia penuh dengan keterkejutan dan ketidakterimaan.Jika begitu, bukankah Bul
Melihat Arjuna berjalan ke luar, sekretaris daerah segera mengikutinya. "Arjuna, tadi aku mendengar dari tantemu bahwa kamu kemari dengan jalan kaki. Aku punya kuda, kamu boleh menunggangnya untuk pulang."Kedua pria tua itu memandang Arjuna begitu penting, dia harus menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Arjuna.Dia telah menjabat sebagai sekretaris daerah selama hampir dua puluh tahun, tak kunjung naik jabatan. Bukankah itu karena dia tidak memiliki dukungan?Arjuna mungkin bisa menjadi kesempatannya untuk naik jabatan."Terima kasih, Yang Mulia, tapi aku tidak bisa menunggang kuda."Arjuna menolak sekaligus menyatakan kebenaran.Dia yang berasal dari era modern benar-benar tidak bisa menunggang kuda.Arjuna tahu bahwa sekretaris daerah ingin memanfaatkannya untuk mendekati kedua pria tua tersebut.Tidak peduli apa latar belakang kedua lelaki tua itu, Arjuna tidak tertarik untuk mengetahuinya.Mereka membantunya kali ini, jadi Arjuna akan membalas budi, kemudian lunas. Dia tidak
Bulan ingin mengantar Arjuna ke gerbang desa, tetapi Arjuna menolak.Cuaca sangat dingin, kesehatan Bulan juga tidak begitu baik. Sebelumnya, Bulan diperlakukan kasar oleh Keluarga Kosasih sehingga tangan dan kakinya mengalami radang dingin."Oh ya!"Tatapan Arjuna melewati Bulan, kemudian berlabuh pada Salma yang meringkuk di pojok seperti burung puyuh."Tante, jangan bersikap lunak. Jual saja dia setelah ini."Bulan adalah istri sah, sedangkan Salma hanya selir. Istri memiliki hak untuk mengusir atau menjual selir."Arjuna, tenang saja, aku akan melakukannya." Bulan menatap Salma dengan penuh kebencian.Tidak apa-apa jika Salma menindasnya, tetapi dia menindas putri-putri Bulan. Bulan tidak akan mengampuninya."Kalau begitu aku pulang dulu, Tante." Daisha dan yang lainnya masih menungguku di rumah."Begitu Arjuna berpamitan kepada Bulan, kereta lelaki tua itu langsung menghalangi jalannya.Pria tua itu membuka tirai jendela kereta, lalu dia menatap Arjuna sambil tersenyum dan berkata
"Mungkin aku tidak mengatakannya dengan cukup jelas tadi. Hebat yang kumaksud adalah orang yang lebih tinggi dariku di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh."Pria tua itu berusaha menjelaskan, ekspresinya bahkan sedikit cemas."Oh." Ekspresi Arjuna berubah menjadi serius. "Orang yang lebih tinggi darimu di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh?""Ya, tidak lebih dari sepuluh." Melihat perubahan raut wajah Arjuna, lelaki tua itu mulai bersikap arogan. Dia mengangkat kepala dan membusungkan dadanya.Arjuna mengacungkan jempol pada lelaki tua itu. "Kalau begitu kamu memang hebat."Kemudian dia lanjut berujar, "Tapi itu tidak ada kaitannya denganku."Lelaki tua itu menjadi pejabat pada usia 20 tahun dan telah menjabat selama puluhan tahun. Dia pernah bertemu dengan berbagai jenis orang, mengalami banyak hal.Akan tetapi ....Dia benar-benar tak pernah bertemu orang seperti Arjuna dan mengalami hal seperti ini.Dia melambang
"Kamu yang membuatnya, Nak.""Bukan, sungguh.""Jangan terlalu rendah hati.""Aku tidak bersikap rendah hati.""Kamu memang rendah hati."Saat ini, Arjuna baru menyadari bahwa penjelasannya sama sekali tidak berguna."Nak, apakah kamu sudah daftar untuk mengikuti ujian di musim semi tahun depan?" tanya sang pria tua.Arjuna menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak begitu ingin mengikutinya sekarang.""Bagaimana boleh tidak ikut? Kamu harus ikut!"Pria tua itu tiba-tiba berbicara dengan nada keras, membuat Arjuna terkejut.Bukan hanya keras, tetapi dia juga tampak cemas.Reaksi lelaki tua itu mengingatkan Arjuna akan ayahnya di zaman modern.Ada masa ketika Arjuna memberontak dan tidak mau sekolah waktu SMP. Ayahnya berteriak kepadanya dengan cemas seperti ini. "Bagaimana boleh kamu tidak sekolah? Kamu harus sekolah!"Berada di dunia yang berbeda tiba-tiba ada seseorang yang begitu peduli padanya, Arjuna agak terharu.Namun, tempat ini bukan zaman modern, Arjuna juga bukan lagi anak b
"Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki.""Sekurang apa?""Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil.""Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan.""Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi.""Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."...Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya."Jangan menangis lagi, berisik sekali!"Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya seb
"Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa
Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar
"Kamu yang membuatnya, Nak.""Bukan, sungguh.""Jangan terlalu rendah hati.""Aku tidak bersikap rendah hati.""Kamu memang rendah hati."Saat ini, Arjuna baru menyadari bahwa penjelasannya sama sekali tidak berguna."Nak, apakah kamu sudah daftar untuk mengikuti ujian di musim semi tahun depan?" tanya sang pria tua.Arjuna menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak begitu ingin mengikutinya sekarang.""Bagaimana boleh tidak ikut? Kamu harus ikut!"Pria tua itu tiba-tiba berbicara dengan nada keras, membuat Arjuna terkejut.Bukan hanya keras, tetapi dia juga tampak cemas.Reaksi lelaki tua itu mengingatkan Arjuna akan ayahnya di zaman modern.Ada masa ketika Arjuna memberontak dan tidak mau sekolah waktu SMP. Ayahnya berteriak kepadanya dengan cemas seperti ini. "Bagaimana boleh kamu tidak sekolah? Kamu harus sekolah!"Berada di dunia yang berbeda tiba-tiba ada seseorang yang begitu peduli padanya, Arjuna agak terharu.Namun, tempat ini bukan zaman modern, Arjuna juga bukan lagi anak b
"Mungkin aku tidak mengatakannya dengan cukup jelas tadi. Hebat yang kumaksud adalah orang yang lebih tinggi dariku di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh."Pria tua itu berusaha menjelaskan, ekspresinya bahkan sedikit cemas."Oh." Ekspresi Arjuna berubah menjadi serius. "Orang yang lebih tinggi darimu di seluruh Dinasti Bratajaya, termasuk pangeran, tidak lebih dari sepuluh?""Ya, tidak lebih dari sepuluh." Melihat perubahan raut wajah Arjuna, lelaki tua itu mulai bersikap arogan. Dia mengangkat kepala dan membusungkan dadanya.Arjuna mengacungkan jempol pada lelaki tua itu. "Kalau begitu kamu memang hebat."Kemudian dia lanjut berujar, "Tapi itu tidak ada kaitannya denganku."Lelaki tua itu menjadi pejabat pada usia 20 tahun dan telah menjabat selama puluhan tahun. Dia pernah bertemu dengan berbagai jenis orang, mengalami banyak hal.Akan tetapi ....Dia benar-benar tak pernah bertemu orang seperti Arjuna dan mengalami hal seperti ini.Dia melambang
Bulan ingin mengantar Arjuna ke gerbang desa, tetapi Arjuna menolak.Cuaca sangat dingin, kesehatan Bulan juga tidak begitu baik. Sebelumnya, Bulan diperlakukan kasar oleh Keluarga Kosasih sehingga tangan dan kakinya mengalami radang dingin."Oh ya!"Tatapan Arjuna melewati Bulan, kemudian berlabuh pada Salma yang meringkuk di pojok seperti burung puyuh."Tante, jangan bersikap lunak. Jual saja dia setelah ini."Bulan adalah istri sah, sedangkan Salma hanya selir. Istri memiliki hak untuk mengusir atau menjual selir."Arjuna, tenang saja, aku akan melakukannya." Bulan menatap Salma dengan penuh kebencian.Tidak apa-apa jika Salma menindasnya, tetapi dia menindas putri-putri Bulan. Bulan tidak akan mengampuninya."Kalau begitu aku pulang dulu, Tante." Daisha dan yang lainnya masih menungguku di rumah."Begitu Arjuna berpamitan kepada Bulan, kereta lelaki tua itu langsung menghalangi jalannya.Pria tua itu membuka tirai jendela kereta, lalu dia menatap Arjuna sambil tersenyum dan berkata
Melihat Arjuna berjalan ke luar, sekretaris daerah segera mengikutinya. "Arjuna, tadi aku mendengar dari tantemu bahwa kamu kemari dengan jalan kaki. Aku punya kuda, kamu boleh menunggangnya untuk pulang."Kedua pria tua itu memandang Arjuna begitu penting, dia harus menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Arjuna.Dia telah menjabat sebagai sekretaris daerah selama hampir dua puluh tahun, tak kunjung naik jabatan. Bukankah itu karena dia tidak memiliki dukungan?Arjuna mungkin bisa menjadi kesempatannya untuk naik jabatan."Terima kasih, Yang Mulia, tapi aku tidak bisa menunggang kuda."Arjuna menolak sekaligus menyatakan kebenaran.Dia yang berasal dari era modern benar-benar tidak bisa menunggang kuda.Arjuna tahu bahwa sekretaris daerah ingin memanfaatkannya untuk mendekati kedua pria tua tersebut.Tidak peduli apa latar belakang kedua lelaki tua itu, Arjuna tidak tertarik untuk mengetahuinya.Mereka membantunya kali ini, jadi Arjuna akan membalas budi, kemudian lunas. Dia tidak
Para pelayan Keluarga Kosasih melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.Ketika Arjuna dan Bulan kembali, anggota Keluarga Kosasih berdiri dengan sikap arogan.Namun hanya dalam waktu sejenak, dua dari tiga anggota Keluarga Kosasih terbaring di depan Arjuna dan Bulan.Susanto, yang berdiri pun, tidak terlihat lebih baik.Ketika petugas pengadilan mencoba menutup mulutnya, Susanto menolak. Atas perintah sekretaris daerah, petugas pengadilan memukulinya dengan sangat keras hingga wajah dan hidungnya memar.Dia benar-benar kehilangan wibawa seorang kepala Keluarga Kosasih.Sekretaris daerah menghampiri Bulan. "Mulai sekarang, perlakukan nyonya ini seperti memperlakukanku. Kalau kalian tidak menghormatinya, berarti kalian tidak menghormatiku."Sekretaris daerah awalnya akan mengucapkan kalimat tersebut di samping Arjuna. Namun, Arjuna memberikan lencana tersebut kepada Bulan."Paman, apakah kamu gila?"Wajah Kurnia penuh dengan keterkejutan dan ketidakterimaan.Jika begitu, bukankah Bul
"Ibu, Ibu!"Kurnia mencoba untuk berdiri."Dik, kakak sepupumu tidak lagi muda. Sepuluh kali cambuk terlalu banyak. Dia bisa ....""Seseorang!"Sebelum Susanto sempat menyelesaikan perkataannya, suara dingin sekretaris daerah terdengar. "Tutup mulut Susanto dan Kurnia."Kalau saja pria tua itu tidak memerintahkannya untuk membiarkan Neha tetap terjaga, sekretaris daerah pasti langsung memberi perintah sebanyak dua puluh cambuk.Selain itu bukan hanya Neha, melainkan seluruh anggota keluarganya.Apakah keluarga ini merasa jabatannya jatuh kurang cepat?Saat ini, Susanto sudah merasakan ada yang tidak beres. Dua lelaki tua di luar ....Sayangnya, sudah terlambat baginya untuk menyadarinya.Susanto dan Kurnia yang tergeletak di lantai dan tidak dapat bangun, mulutnya disumpal.Neha dicambuk hingga dia terus menjerit kesakitan.Sekretaris daerah berjalan mendekati Arjuna, kemudian menyerahkan lencana perak dengan kedua tangannya. "Arjuna, seorang pria tua di luar menyuruhku untuk memberika
"Yang Mulia."Begitu sekretaris daerah melangkah masuk ke aula, Bulan berlari mendekat. "Semua salahku, tidak ada hubungannya dengan Arjuna. Yang Mulia, tangkap aku saja.""Dasar wanita jalang, kamu memang harus ditangkap. Sekarang kamu bahkan menghalangi Yang Mulia menyelidiki kasus. Kamu menambah kejahatan lagi.""Enyahlah!"Kurnia menarik Bulan, kemudian menyeretnya ke sisi lain."Buk!"Cangkir teh yang ada di tangan Arjuna tiba-tiba terbang, kemudian mengenai wajah Kurnia."Aduh, aduh!"Kurnia menjerit kesakitan.Kali ini cangkir teh dilempar lebih keras dari sebelumnya. Kurnia jatuh ke lantai dan tidak bisa berdiri.Sebelumnya, Arjuna berbelas kasihan, dia tidak menggunakan terlalu banyak kekuatan.Sekarang dia sudah hendak pergi, jadi biarkanlah Kurnia berbaring saja."Oh, Kurnia! Kurnia-ku!" Neha berlari mendekat. "Ya Tuhan, ini benar-benar melanggar hukum.""Yang Mulia." Susanto segera berkata kepada sekretaris daerah. "Dia berani menyakiti orang di depan Anda. Dia benar-benar
Sekretaris daerah mendatangi lelaki tua itu. Posisinya membungkuk, dia juga tak berani mengangkat kepalanya. "Ada apa, Tuan?""Lebih dekat."Entah apa yang pria tua itu katakan kepada sekretaris daerah, wajah sekretaris daerah menjadi sangat pucat.Setelah lelaki tua itu selesai berbicara kepada sekretaris daerah, dia menoleh ke arah pelayannya. "Berikan lencanamu kepadanya.""Hah?"Pelayan itu secara naluriah melindungi lencana yang ada di pinggangnya. "Kenapa?""Berikan saja. Banyak sekali pertanyaanmu."Pelayan itu dengan berat hati menyerahkan lencananya kepada sekretaris daerah.Sekretaris daerah membungkuk, kemudian mengambil lencana perak dari pelayan itu dengan kedua tangannya.Begitu dia menerima lencana, Susanto keluar dari Kediaman Kosasih bersama anak buahnya.Begitu melihat Susanto, lelaki tua itu segera menatap sekretaris daerah dengan tajam. Dia memberi isyarat agar sekretaris daerah tidak mengatakan apa pun.Pelayan itu pun mengubah ekspresi seriusnya menjadi seorang ku
"Tahukah kamu apa yang sedang kamu bicarakan?"Seorang polisi berwajah garang menghardik si pelayan. "Dia adalah Yang Mulia Sekretaris Daerah. Berani-beraninya kamu menyuruh Yang Mulia memberi kudamu jalan?""Oh?!" Pelayan itu tampak terkejut. Dia menatap sekretaris daerah. "Kamu adalah sekretaris daerah Kabupaten Damai?"Setelah itu, si pelayan menoleh untuk berkata kepada lelaki tua di dalam kereta. "Tuan, dia adalah sekretaris daerah Kabupaten Damai.""Lancang!"Polisi itu menghardik lagi. "Kamu sudah tahu, maka cepat singkirkan kereta kudamu, kemudian turun untuk bersujud kepada Yang Mulia!""Tuan, maukah kita bersujud?""Hah?" Tirai kereta terangkat dari dalam, seorang lelaki tua yang lebih tua dari si pelayan pun muncul di depan para petugas pengadilan dan polisi.Orang tua itu menunjuk telinganya. "Apa yang kamu katakan? Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Katakan sekali lagi.""Mereka bilang." Sang pelayan menunjuk sekretaris daerah yang menunggang kuda. "Dia adalah sekre