Beranda / Pendekar / Sang Ksatria Malam / Bab 35: Bersiap Sekarang

Share

Bab 35: Bersiap Sekarang

Penulis: Yudistira JN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-14 16:44:21

"Maaf guru Mada, aku ingin bertanya sedikit terkait masalah perang yang baru saja guru bahas," pinta Irman. "Silahkan nak, apa yang ingin kau tanyakan," ujar Guru Mada. "Begini guru, yang namanya perang itu kan pasti melibatkan banyak orang. Melihat perang yang disiapkan kali ini berskala dunia, bukannya tidak mungkin, itu kan sama saja dengan melibatkan semua orang di dunia. Lantas bagaimana kita akan mempersiapkan semuanya, sedangkan saat ini kita saja cuma berdua guru?" tanya Irman dengan penuh kegelisahan. "Begini nak, sebenarnya aku juga masih berpikir tentang taktik perang gerilya. Jika memungkinkan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperkecil dampak perang tersebut atau skala yang ditimbulkan. Dan untuk personelnya, aku sudah punya beberapa murid yang memang kulatih untuk situasi seperti ini," jelas Guru Mada.

"Oh, kalau begitu syukurlah setidaknya kita sudah bersiap juga. Oh ya guru, perang gerilya itu apa ya?" tanya Irman kembali. "Hmmmm, dari mana aku harus menjelaskan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Ksatria Malam   Bab 36: Ketahui Kawan Ketahui Lawan

    "Kang, bukankah ini hal yang aneh?" tanya Bagaskoro kepada Bajulgeni dengan khawatir. "Ya, ini cukup mengherankan. Aku tidak habis pikir mengenai informasi yang ada. Yang pasti, informasi tersebut lebih dapat dipercaya karena tercantum dengan jelas sumber, waktu, tempat peristiwa. Tidak hanya berpacu pada itu saja, meskipun hanya sebatas asumsi ini tetaplah harus diselidiki terlebih dahulu," ujar Bajulgeni. Bagaskoro mengangguk mendengar ucapan Bajulgeni. "Hal aneh apa yang kalian maksudkan?" tanya Qing Ho penasaran. "Jadi begini, padepokan kami telah diserang oleh sebuah kelompok yang kami sendiri belum pasti siapa mereka. Adapun tanda-tanda mereka seperti pakaian, senjata, cara bertarung itu khas dan kami membaginya menjadi 3 kelompok. Dari pembagian tersebut kami telah menyimpulkan bahwa 3 kelompok yang menyerang padepokan kami hingga hancur adalah Padepokan Bayangan Singa, Negara Persatuan Ebidern (NPE), dan Kekaisaran Kahn," jelas Bajulgeni."Hal aneh yang kami maksudkan adalah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Sang Ksatria Malam   Bab 37: Dalam Pengawasan

    Sesaat setelah bercakap-cakap cukup lama, Irman dan Guru Mada kembali ke kamarnya, sedangkan Arkan meneruskan pekerjaan. Tak lama kemudian kapal berlabuh darurat di pelabuhan Ratmena. Nahkoda kapal mengomando bahwa kapal akan berlabuh setidaknya selama 4 sampai 5 hari, seluruh penumpang diperkenankan untuk keluar kapal atau tetap di dalam kapal. Bagi semua penumpang yang keluar kapal dihimbau untuk membawa tiket penumpang dan kembali ke kapal di hari ke 4 untuk berjaga-jaga kapal sudah selesai diperbaiki.Arkan pun tidak mau melewatkan kesempatan emas ini. Ia segera mencari Guru Mada dan Irman untuk mengajak mereka berkeliling di Kota Pelabuhan Negara Ratmena, Arkan berniat untuk mencari informasi penting di sekitar kota. Tak lama kemudian, Arkan menemukan kamar Guru Mada dengan Irman, sayang mereka berdua masih tertidur pulas. Arkan pun memutuskan untuk keluar sendiri sementara dan kembali lagi nanti, mengingat pasti Guru Mada dan Irman masih kelelahan akibat diajak berdiskusi dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Sang Ksatria Malam   Bab 38: Kerusuhan di Kahn

    Malam pun telah tiba, sesaat setelah keberangkatan kapal dari Pelabuhan Ratmena, awan gelap juga turut muncul bersamaan dengan lingsirnya matahari. Kapal mulai berlayar kembali di lautan yang semakin ganas. Lautan tersebut seperti minta tumbal agar dapat dipadamkan keganasannya. Irman yang keluar dari kamar melihat betapa ganasnya ombak lautan yang dihadapi. Petir mulai sambar menyambar satu sama lain, disertai rintihan gerimis yang semakin lama menjadi hujan badai. Irman pun segera kembali ke kamarnya, kebetulan Guru Mada juga sudah mulai membuka matanya."Ada apa ini? Apa yang terjadi? Mengapa aku dikompres?" tanya Guru Mada kebingungan. "Tenanglah guru, engkau tidak apa-apa, tadi engkau hanya sedikit demam saja. Syukurlah sekarang engkau sudah baikan guru," ucap Irman. "Di mana Arkan?" tanya Guru Mada kembali. "Arkan tadi di sini saat aku keluar sejenak, mungkin dia sedang menyiapkan makanan atau sedang mandi," ucap Irman.Tak berselang lama, Arkan pun datang. Arkan datang dengan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Sang Ksatria Malam   Bab 39: Kebimbangan Bagaskoro

    Pagi mulai kembali menyingsir, Bagaskoro bangun dengan suasana hati yang masih gundah memikirkan Bajulgeni yang masih menyendiri. Bagaskoro tidak bisa berbuat lebih, karena Bajulgeni masih berpikir keras tentang peta letak pusaka sakti Tombak Emas Jingga dan Tombak Emas Merah. Bagaskoro masih terus melanjutkan hari-hari nya seperti biasa.Di pagi hari, selepas bangun tidur Bagaskoro langsung pergi sarapan dan mandi. Setelah itu ia lanjut berlatih di aula bersama murid-murid lainnya. Setelah matahari naik di atas kepala, ia segera berhenti untuk istirahat sejenak dan makan siang. Kemudian lanjut membaca buku untuk mengisi waktu luang. Sampai di sore hari, Bagaskoro pergi mandi dan makan kemudian dia mulai melakukan pelatihan pribadi di kamar, ia hanya mengingat dan mempraktekan secara ringan setiap ajaran bela diri yang didapat di pagi hari.Satu Minggu telah berlalu hanya dengan kegiatan itu yang ia ulang terus menerus. Tiba-tiba Bagaskoro melihat Xi Zhang dan Qing Ho yang berpakaian

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Sang Ksatria Malam   Bab 40: Teknik Bertahan Hidup

    Bagaskoro yang terus-menerus menanti hari esok merasa sulit untuk tidur. Di atas ranjang, ia hanya bergulung-gulung ke kanan dan ke kiri, ke kanan lagi terus ke kiri, ke kanan dan ke kiri lagi begitu seterusnya. Berbeda dengan Bagaskoro, Bajulgeni bisa tidur dengan pulas, ia bahkan mendengkur sangat kencang. Bagaskoro masih terngiang-ngiang dengan latihan yang akan ia dapatkan di eson hari, ia sangat tidak sabar dengan latihan esok hari, namun di sisi lain ia mengalami masalah tidur.Karena masih kesulitan untuk tidur, akhirnya Bagaskoro memutuskan untuk membuka ulang bukunya dan belajar lagi. Tak perlu waktu lama, Bagaskoro pun tertidur saat membaca buku pelajaran. Malam itu sungguh sunyi, biasnya di malam hari di padepokan langit ada saja murid yang berlatih. Di malam itu, semua murid tidur, bahkan suara kicauan burung malam pun tidak didengar.Tatkala ayam telah berkokok, Bagaskoro dengan sigap langsung bangun dari tidurnya dan segera mandi. Tak lama kemudian Bajulgeni juga sudah b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Sang Ksatria Malam   Bab 41: Bersiap untuk berpetualang

    Di tengah perjalanan Bagaskoro dan Bajulgeni bertemu dengan Qing Ho dan Xi Zhang. "Hei Qing Ho.. Hei Xi Zhang... dari mana kalian?" teriak Bajulgeni. "Oh hei Bagaskoro.. hei Bajulgeni, kami berdua dari Ruangan Master Li Mo, hendak ke mana kalian?" tanya Xi Zhang. "Kami berdua hendak menemui Master Li Mo, apakah Master Li Mo ada di ruangannya?" tanya Bajulgeni kembali. "Ah sayang sekali kau Bajulgeni, saat kami keluar dari ruangan beliau tadi, beliau juga turut pergi," jawab Qing Ho."Ehhhhh, bagaimana kang, kita akan ke mana sekarang?" tanya Bagaskoro. Sejenak Bajulgeni berpikir keras. Di sisi lain, Bajulgeni menyadari bahwa Xi Zhang dan Qing Ho tampak gelisah, namun mereka berdua mencoba keras menyembunyikan kegelisahan mereka. "Apakah Master Li Mo tidak memberitahu kalian berdua, beliau hendak pergi kemana?" tanya Bajulgeni."Maaf Bajul, tadi master hanya berpesan, kalau beliau akan pergi sebentar," jawab Xi Zhang. "Oh ya, kalian berdua, nanti malam tepat setelah matahari tenggelam

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • Sang Ksatria Malam   Bab 42: Penjelajahan Besar Besaran

    Bagaskoro dan Bajulgeni melewati malam yang melelahkan itu dengan tidur pulas. Sampai fajar mulai menyingsir, Bagaskoro dan Bajulgeni belum juga bangun. Tak lama kemudian datanglah Qing Ho untuk membangunkan Bagaskoro dan Bajulgeni."Bagaskoro... Bajulgeni... bangun, Bagaskoro... Bajulgeni... bangun," teriak Qing Ho sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar mereka. Berkali-kali Qing Ho mengetuk pintu, namun tidak ada balasan dari keduanya. "Sepulas apa sebenarnya tidur mereka? Kelihatannya mereka benar-benar kecapekan, mana pintunya dikunci lagi. Apa aku dobrak saja ya pintunya? Tapi nanti aku akan merusak sarpras perguruan, huuuu, aku bingung," gumam Qing Ho dalam hati.Tak lama kemudian, tiba-tiba Master Shin lewat. "Apa yang sedang kau lakukan Qing Ho?" tanya Master Shin. "Salam master Shin, selamat pagi. Saya sedang berusaha membangunkan Bagaskoro dan Bajulgeni, tapi kelihatannya mereka tertidur sangat nyenyak, ditambah pintu kamarnya, mereka menguncinya. Jadi saya bingung harus melakuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Sang Ksatria Malam   Bab 43: Menyusup ke Bayangan Singa

    ***Arkan masih menangis tersedu-sedu meratapi apa yang terjadi dengan gurunya. Irman juga tak kuasa menahan tangisannya, ia terus menutup wajahnya dengan kedua tangan. Guru Mada merasa iba kepada mereka berdua atas apa yang terjadi dengan Ki Segara Wetan. Guru Mada mencoba menghibur mereka berdua, dia mengelus-elus punggung mereka berdua dengan tujuan ingin menenangkan hati mereka."Sekarang apa yang akan kalian rencanakan?" tanya Arkan dengan nada tersedu-sedu. "Kurasa aku harus membuat rencana lagi. Aku berani menjamin kalau Wei Fang pasti akan memperketat penjagaannya, ditambah Kekaisaran Kahn juga sedang kuat sekali dalam kekuatan militernya," ujar Guru Mada. "Bagaimana bisa Wei Fang bangsat itu akan memperketat penjagaannya Guru?" tanya Arkan. "Begini nak, Wei Fang pasti sudah memprediksi semua dengan matang. Berita tentang kematian Ki Segara Wetan pasti bisa menyebar ke seluruh dunia dengan cepat, menimbang semua hal yang dikaitkan dengan Kekaisaran Kahn selalu panas. Secara ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09

Bab terbaru

  • Sang Ksatria Malam   Bab 62: Surat Terakhir

    *** Malam hari di ibukota Kahn sunyi tidak seperti biasanya. Hiruk pikuk kota yang terdengar selama dua puluh empat jam penuh seperti lenyap. Hanya suara angin yang berhembus tiada ada hentinya. Di tengah-tengah hembusan angin malam yang amat dingin sekali itu, Irman baru saja pulang kerja. Irman terkejut, akhir-akhir ini suasana di ibukota Kahn yang umumnya selalu ramai menjadi sepi. Irman mulai mengetuk pintu apartemennya, dilihatnya penjaga di depan hanya termenung. Penjaga itu seperti seorang ibu yang baru saja kehilangan seluruh anak-anaknya. "Permisi pak," sapa Irman. Penjaga itu masih saja termenung. "Permisi pak," sapa Irman untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, si penjaga masih saja terdiam seribu bahasa. Irman pun menarik napasnya dalam-dalam. "Permisi bapak!" Irman berteriak sekencang mungkin di dekat di penjaga. "Eh, silahkan, silahkan, silahkan," si penjaga menimpali sambil terjungkir ke belakang karena kaget. Dengan cekatan, Irman segera menolong si penjaga. "Saya m

  • Sang Ksatria Malam   Bab 61: Menuju Kehancuran Kekaisaran Kahn

    "Tolong jelaskan secara pasti siapa sebenarnya dirimu?" tanya Arkan geram. "Tenanglah nak, aku benar-benar tidak punya niat yang buruk terhadapmu," jawab si pemilik restoran. Perlahan Arkan bisa meredam amarahnya. Ia menarik nafas dalam-dalam untuk mengendalikan dirinya. "Nah, begitu kan lebih baik," ucap si pemilik restoran."Sekarang aku minta penjelasan dari anda tuan," ujar Arkan. "Sebelum menjawab pertanyaanmu itu, aku ingin menanyakan satu hal. Ini bukan hal yang berat. Ini sesuatu yang santai tapi, aku harap kau serius," ucap si pemilik restoran. "Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Arkan keheranan. "Kira-kira berapa umurku saat ini?" ucap si pemilik restoran. Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh si pemilik restoran membuat Arkan seketika tertawa terpingkal-pingkal."Eh! Hahahaha, hahahahaha, apa kau tidak salah bertanya?" sahut Arkan sembari tertawa. "Seperti yang ku katakan sebelumnya, ini adalah pertanyaan yang santai dan terkesan sepele. Akan tetapi, kau tadi sudah me

  • Sang Ksatria Malam   Bab 60: Kunci Berlian

    *** Seiring berjalannya waktu, Arkan dan Singh mulai menjadi teman akrab. Hanya beberapa hari berpatroli bersama, kedua bocah itu sudah dekat seperti keluarga. Tidak ada tanda-tanda Singh yang curiga dengan penyamaran yang dilakukan oleh Arkan. Singh hanya tau, teman patroli barunya bernama Raka yang sebenarnya adalah seorang penyusup bernama Arkan. "Singh, kita hendak ke mana lagi sekarang?" tanya Arkan. "Hmmm, sepertinya aku lupa menjelaskan di awal. Jadi, selain kita harus bergantian berpatroli sama seperti murid lainnya, ada tugas lainnya yang dikhususkan untuk kita berdua. Nanti, aku akan menjelaskan lebih lanjut tentang tugas yang harus kau emban," jawab Singh. "Aku ada satu pertanyaan lagi," ucap Arkan. "Silahkan, tanyakan saja. Selagi aku mampu menjawab, aku akan menjawabnya," balas Singh mempersilahkan. "Beberapa waktu lalu ketika aku sedang berjaga dan kau tertidur, ada beberapa orang memakai setelan berwarna hitam legam menemui Joe. Kelihatannya mereka sedang berbicara

  • Sang Ksatria Malam   Bab 59: Rencana Penaklukan

    Setelah berbicara cukup panjang, Wei Fang mengalami sesak nafas yang luar biasa. Seluruh prajurit Bayangan Singa yang ada di sekelilingnya hanya bisa terpana, sambil tak sadar meneteskan air mata. Begitu pula dengan prajurit Naga Langit yang ada, mereka mulai merasa iba terhadap keadaan yang menimpa pasukan Bayangan Singa. Dari kejauhan nampak Batakhu yang meronta-ronta menahan sakit menghampiri Wei Fang. "Master! Master! Anda tidak apa-apa kan?" ucap Batakhu dengan penuh gelisah. "Batakhu, nak. Kau masih selamat, syukurlah. Aku punya satu permintaan kepadamu, uhuk... uhuk...," ucap Wei Fang sambil menahan tekanan darah yang terus keluar. "Permintaan! Apa maksudmu Master!? Aku yakin kau akan baik-baik saja. Perang telah usai! Biarkan kami Pasukan Bayangan Singa sebagai pihak yang kalah untuk mundur! Atau kalian bisa menawan kami sebagai budak!" teriak Batakhu. "Nak, uhuk... uhuk..., sudahlah. Aku ingin kau membeberkan seluruh rencana kita. Aku sudah tidak bisa banyak bicara. Ku harap

  • Sang Ksatria Malam   Bab 58: Awal Kehancuran

    "Xi Zhang, apa kau berpikir bahwa Qing Ho melakukan semua ini dengan terpaksa?" tanya si prajurit. "Aku tidak dapat menyimpulkan seperti itu. Intinya, dia tidak akan pernah menyesali apapun yang telah diperbuatnya. Satu hal lagi, sebenarnya, Qing Ho juga telah memberi ku sebuah isyarat. Dia seperti memberiku aba-aba kalau dia adalah seorang penyusup. Mungkin, ini agak aneh, tapi itulah yang kurasakan," ujar Xi Zhang. "Dia memberimu aba-aba seperti itu. Berarti secara tidak langsung, dia memang berniat untuk mencegah ayahnya, agar gagal menaklukkan Padepokan Naga Langit?" tanya si prajurit. "Kemungkinan seperti itu, aku juga baru sadar kalau dia punya kedekatan seperti itu dengan Wei Fang yang keparat. Jadi, seperti ini ya takdir berjalan. Huuu," ucap Xi Zhang sembari menghembuskan nafas pelan. Di saat si prajurit dan Xi Zhang sedang enak mengobrol dan bersembunyi. Tiba-tiba, terdengar sebuah hantaman keras dan udara menjadi penuh dengan bumbungan asap. Master Li Mo dan Wei Fang yang

  • Sang Ksatria Malam   Bab 57: Kenangan Qing Ho

    "Sudahlah Wei Fang, hentikan semua ini! Aku tidak ingin menelan lebih banyak lagi korban jiwa. Lihatlah sekelilingmu, sudah banyak jiwa-jiwa yang tak berdosa tumbang sia-sia. Lagipula, kita bisa membicarakan ini baik-baik," tutur Master Li Mo. "Hahahaha, bisa diselesaikan baik-baik katamu?" ejek Wei Fang. "Aku mohon Wei Fang, aku mohon sekali. Aku tau bagaimana perasaanmu ketika kehilangan anakmu. Satu hal yang kau ingat, yang namanya penghianat merupakan penyakit bagi setiap kelompok, bangsa, negara. Jika bukan karena kelalaianmu dalam mendidiknya ini tidak akan berakhir seperti ini," ujar Master Li Mo. "Memang apa yang kau tahu tentang cara mendidik seorang anak? Apa yang kau tau tentang keadilan? Apa yang kau tahu tentang dosa-dosa? Apa kau pikir kau bisa menangani semuanya sekaligus ha!?" bentak Wei Fang. Suasana di sekitar yang semula kacau dengan perang mulai reda. Seluruh prajurit yang saling baku hantam mulai mendengar dengan seksama percakapan antara Master Li Mo dengan Wei

  • Sang Ksatria Malam   Bab 56: Energi Murni

    "Itu dia! Master Wei Fang! Rasakan kalian Naga Langit, kalian akan hancur berkeping-keping karena berani mencari masalah dengan Padepokan Bayangan Singa! Hancurlah kalian!" teriak salah seorang prajurit Bayangan Singa. "Apa-apaan dengan tubuhnya Wei Fang itu?" gumam Master Su Tzu dengan terkejut. "Apakah itu salah satu jurus kutukan?" sambung Master Tung. "Ya, itu adalah salah satu jurus kutukan. Ditambah itu bukanlah jurus kutukan biasa," jelas Master Lee. "Apa maksudmu Master Lee? Pasti yang namanya jurus kutukan itu berbahaya. Kenapa kau berkata itu bukan jurus kutukan biasa? Memang apa yang istimewa dengan jurus kutukan itu?" tanya Master Su Tzu dengan penasaran. "Maksudku dengan bukan jurus kutukan biasa. Karena itu adalah jurus kutukan kuno. Aku tidak salah melihatnya, karena di kitab seni bela diri hitam yang ada di perpustakaan pusat negara jurus itu dijelaskan. Tapi tidak ada seseorang yang diketahui bisa membangkitkan jurus itu. Tidak lain, karena jurus itu memang berbahaya,

  • Sang Ksatria Malam   Bab 55: Aura Iblis

    Pertarungan sengit antara Batakhu dengan Santoso pun tidak terelakkan lagi. Santoso bertarung layaknya ninja menggunakan dua buah belati. Dengan gerakan lincahnya, Santoso berhasil memojokkan Batakhu. "uhhh, uhhh, uhhh, siapa kau sebenarnya?" tanya Batakhu dengan napas terengah-engah. "Kurasa, kau harusnya memikirkan bagaimana nasibmu, daripada ingin mengetahui tentang siapa diriku. Aku tidak akan menahan diri untuk melawan mu, majulah, Jenderal Batakhu!" bentak Santoso. "hahahaha, kurasa kau memang tidak berasal dari padepokan Naga Langit, aku akan menebasmu, sama seperti aku menghilangkan kaki bocah itu," ujar Batakhu. "Cobalah kawan," tantang Santoso. Gerbang padepokan Naga Langit telah dibuka lebar-lebar, seluruh pasukan bertempur antara hidup dan mati di luar benteng. Bala bantuan dari Naga Langit pun segera menghampiri Bajulgeni. Bajulgeni yang nampak sekarat, segera dibawa masuk ke dalam benteng."Anda hendak ke mana Master Li Mo?" tanya Master Su Tzu. "Ada urusan yang harus

  • Sang Ksatria Malam   Bab 54: Nyawa Dibalas Nyawa

    "Tidakkkk!" teriak Wei Fang mengguncang seluruh kancah peperangan. Salah satu petinggi Padepokan Bayangan Singa, General Batakhu pun maju untuk mencoba menenangkan Wei Fang. "Tuan, mohon anda bersabar dengan apa yang menimpa tuan muda. Yang harus kita lakukan adalah membalaskan dendam apa yang telah terjadi dengan tuan muda, bukan malah meratapinya, seakan-akan kematiannya sia-sia. Mata dengan mata, telinga dengan telinga, tangan dibalas tangan, begitu juga dengan nyawa, nyawa harus dibalas dengan nyawa. Sadarlah tuan," tutur Batakhu. "Keyyyy Fangggg! Kenapa harus kau yang pergi duluan! Kenapa!" teriak Wei Fang histeris. Ucapan Batakhu seperti sebuah hembusan angin di hadapan Wei Fang yang sedang berada dalam ruang antara hidup dan mati. Wei Fang tidak mempedulikan apa yang ada di sekitarnya. Wei Fang hanya meratapi penuh pada penggalan kepala Key Fang. Air terus mengalir membasahi wajah Wei Fang sampai menggenang airnya di bawah. "Sekarang apa yang harus kita lakukan jenderal?" t

DMCA.com Protection Status