Hong Cheng memiliki tiga orang murid, yang di asuhnya sejak kecil. Kesemua muridnya itu adalah anak-anak terlantar, yang ditemukannya saat dia berjalan-jalan keluar dari tempat tinggalnya. Ketiga muridnya itu adalah, Chen Sang si 'Naga Bumi' sebagai muridnya yang tertua, dan terdaftar sebagai peserta kompetisi internasional tahun ini. Cin Hai si 'Kipas Neraka sebagai murid kedua, dan terakhir Han Jian si ''Naga Terbang'.Ilmu-ilmu kelas atas yang diturunkannya pada ketiga muridnya itu, mampu menjadikan diri Hong Cheng bak raja kecil. Asset kekayaannya saat ini pastilah akan mencengangkan orang, jika diuraikan satu persatu. Karena di samping saldo rekeningnya yang dihiasi deretan angka yang panjang. Hong Chen juga memiliki beberapa tempat tinggal mewah, yang tersebar di beberapa kota. Namun yang mengherankan, adalah dia lebih sering berada di 'kuil terlarang'nya itu, daripada tinggal di rumah mewahnya. Demikianlah sekelumit kisah, tentang guru dari tiga tokoh yang nantinya akan
"Hmm. Jika kau katakan kemampuan Chen Sang hanya setara dengan Bara, maka dia bukanlah ancaman bagiku Freedy. Karena dua bulan mendatang, akulah yang akan lebih dulu menghabisi Bara. Dan lanjut akan menghabisi Cheng Sang itu...!" seru Angga, dengan nada yang sangat pongah. Freedy hanya mengangguk dan terdiam saja mendengar ucapan Angga. Dia memang mengakui kemampuan Angga saat ini, yang bahkan telah berada diatas kemampuan sang Jendral sendiri. Sedangkan Pandu langsung menoleh ke arah lain. Hatinya menjadi jengah dan sebal mendengar kesombongan Angga, yang dinilainya terlalu meremehkan kemampuan lawan. Dia sudah merasakan sendiri kemampuan Bara yang berada di atasnya. Dan andaipun Angga sudah menguasai pamungkas aji Singa Langit level ke 7 sekalipun, kiranya tak semudah itu Angga bisa menundukkan Bara. Karena Pandu sudah menyaksikan dan membuktikan sendiri. Betapa pukulan 'Singa Memecah Langit' miliknya pun bagai tak memiliki damage apa-apa, saat menghantam sosok Bara yang diseli
Sementara di kediamannya, sang Jendral saat itu sedang berkumpul dengan orang-orang kepercayaannya. Nampak Angga, Freedy, Pandu, Cin Hai, dan Han Jian, duduk di ruang tamu sang Jendral. Mereka sedang membicarakan soal kelompok Bara cs, yang semakin lama semakin meresahkan bagi kelangsungan bisnis sang Jendral. Disamping ternyata ada topik cukup mengejutkan, yang juga mereka bahas malam itu. "Baiklah. Untuk sementara urusan Bara cs kita kesampingkan dulu. Ada hal yang lebih mendesak saat ini, untuk kita mengambil tindakan..!" seru sang Jendral, seraya menatap semua orangnya yang berada di ruang tamu itu. "Hal apakah itu Ayah..?" tanya Angga penasaran. 'Hal apa yang lebih penting dibanding mengurus Bara cs itu..?' bathin Angga bertanya-tanya. "Kalian dengarlah..! Aku mendapat kabar dari orang kepercayaanku di dalam kepolisian. Keadaan dan status kita saat ini berada dalam pengawasan kepolisian. Dan tadi pagi tak sengaja ku melihat sebuah mobil di kejauhan, saat aku sedang mener
Spratzzh..!! Cahaya merah pekat berwujud lingkaran, keluar melesat dari kedua tangan Chen Sang. Nampak semakin ke bawah, lingkaran cahaya pukulan itu semakin membesar. Hingga pada saat diameter cahaya pukulan itu mencapai 15 meter... Blaammpshsk ... !!! Grgghhk..! Greegrrghk..!! Bumi di sekitar area titik pukulan itu nampak berguncang hebat. Semua satwa yang berada di sekitar lembah itu keluar berlarian kencang, terbang, atau merayap cepat menjauh. Pusaran angin dahsyat terbentuk seketika, membawa serta debu dan kerikil ikut naik masuk dalam arus pusaran. Namun tak lama kemudian pusaran angin itu pun terhenti. Kerikil-kerikil serta daun dan ranting, yang ikut terbawa naik oleh pusaran kembali berjatuhan dan berserakan di atas bumi. Kini nampaklah sebuah lubang besar di permukaan bumi lembah itu. Lubang melingkar berdiameter 15 meteran telah Amblass..!! Melesak sedalam 5 meteran ke dalam bumi. Bagaikan kolam renang yang kosong, tanpa air berbentuk lingkaran. Dahsyat..!! Subggu
"Kyaarrgghks..!!" Byaarrshk..!! Pekikkan menggetarkan yang berasal dari dalam Gua Kelelawar itu. Bagai hendak meruntuhkan karang-karang tinggi dan terjal, yang mengurung sosok Bara di dalamnya. Lalu diikuti dengan meledaknya hawa energi dari tubuh Bara, yang langsung memancarkan dua energi ajaib Naga Emas dan Naga Salju dalam dirinya. Perubahan wujud sosok Bara pun seketika terjadi.!Wujud bersisik emas berkilau berada di bagian kanan tubuhnya, dan bagian tubuh kirinya bersisik seputih salju dengan kilauan bak intan. Kedua matanya pun berlainan warna. Mata kanannya merah semerah saga, dengan kemilau keemasan mengelilingi tepian bola matanya. Sementara mata kirinya biru terang menyala. Indah namun pancarkan aura dingin mengerikkan..! Slaphh...! Melesat secepat kilat sosok bercahaya kemilau putih keemasan terang menyilaukan mata. Bak sebuah meteor yang melesat keluar, dari lubang Gua Lalai yang berada di pantai Rancabuaya itu. Sosok perwujudan Bara yang diselimuti cahaya itu te
"Mas Bara, apakah sudah selesai latihannya..?" tanya Resti, seraya berlari kecil menghampiri kekasihnya itu. "Sudah Resti. Ayo kita kembali ke vila. Hawa malam tak baik buatmu Resti," ajak Bara, yang langsung merengkuh Resti dalam dekapannya, seraya mengajaknya ke villa. Bara tak ingin kekasihnya itu masuk angin malam. Resti menyandarkan tubuhnya ke pundak Bara, dirinya merasa sangat nyaman bila berada dekat kekasihnya itu. Sejak tadi, dia memang tengah menanti Bara selesai latihan. Karena malam itu Resti ingin ngobrol berdua saja dengan kekasihnya. Ya, hanya berdua. Karenanya Resti langsung menggandeng tangan Bara. Menuju ke taman yang cukup indah di belakang vila, yang ditempati oleh para sahabat wanita. Temaramnya lampu taman, bagai menguarkan kesan romantis tanpa disengaja, bagi sepasang kekasih itu. Bimo dan Resti pun duduk bersebelahan, di bangku taman yang terbuat dari beton yang dilapisi keramik itu. "Mas Bara, bolehkah Resti meminta satu hal pada Mas Bara..?" ucap Rest
"Bodoh kalian..! Persilahkan mereka masuk..!" semprot sang Jendral, pada para penjaga pagar gerbangnya. Namun dalam hati sebenarnya dia mentertawakan para petugas itu. 'Biar kalian rasakan sekarang! Tak bisa kalian sembarangan masuk ke kediamanku ini..!' bathin sang Jendral puas. Akhirnya, ketiga petugas kepolisian yang memegang surat perintah pemeriksaan dan penggeledahan itupun masuk, ke dalam kediaman sang Jendral. "Maaf Pak Graito. Kami hanya menjalankan perintah, untuk menanyakan beberapa hal pada Bapak. Dan juga memeriksa rumah pak Graito..!" ucap tegas sang petugas. "Silahkan saja tanyakan apa yang ingin ditanyakan," ucap sang Jendral tenang. Beruntung dia telah memindahkan seluruh pasukkan Harimau Besi, serta semua senjata di gudangnya ke kediaman Freedy. Karenanya sang Jendral bisa bersikap santai, dalam menghadapi para petugas itu. Sementara seorang menginterogasi sang Jendral. Dua orang petugas lainnya menggeledah ke sekeliling kediaman sang Jendral. Nampak raut wa
"Hhhh..! Ada saja perkara yang datang dan pergi. Cari masalah rupanya kau Freedy..!' desis bathin Bara, merasa kesal pada Freedy. Namun Bara berniat mendatangi warung bang Madi, dan nongkrong di sana bersama David besok. *** Sementara di kediaman Freedy. Saat itu Freedy sedang duduk bersama Angga, di teras kediaman bekas ayahnya itu. "Bagaimana Freedy, apakah Cin Hai dan Han Jian sudah mendapatkan info dari rumah Bara itu..?" "Hingga saat ini belum ada kabar menggembirakan dari mereka Angga. Tapi biarkan saja mereka mengawasi beberapa hari lagi. Jika masih belum ada hasil, maka akan kupindahkan mereka mengawasi kantor David," sahut Freedy menjelaskan rencananya. "Bagus Freedy! Mengetahui keberadaan salah satu saja dari mereka. Maka otomatis kita akan dapatkan mereka semua. Aku sudah rindu sekali memandang wajah Resti yang jelita itu Freedy." "Bersabarlah Angga. Toh tak lama lagi kau akan bisa menghabisi Bara di arena." "Justru itu Freedy. Aku ingin Resti tahu dan melihat s
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa
"Haishh..! Dasar wong gemblung.! Lagi bahas Non Marsha malah ngomongin makanan," sentak bi Tarni kesal pada Gatot. Segera ia melepaskan pelukannya dari Gatot, seraya mengusap air matanya. Lalu dia pun berbalik melangkah kembali ke dalam vila, tanpa menoleh lagi. Tentu saja bi Tarni hendak membuatkan masakan terenak, khusus buat 'tuyul dapur'nya itu. "Lho..?! Salah saya di mana Bi Tarni yang cantik..?" protes Gatot, sambil memasang wajah bingung.Ya, dibalik sikap jutek bi Tarni pada Gatot, sesungguhnya dia sudah menganggap Gatot bagai ponakannya sendiri. Para sahabat lainnya hanya tertawa saja, melihat adegan rutin cekcok Gatot dan bi Tarni itu. Mereka pun akhirnya berkumpul dan ngobrol di teras vila dalam suasana yang penuh kekeluargaan. *** Dua hari kemudian. Sang Jendral sedang termenung di 'ruang rahasia'nya. Tampak emas batangan bertumpuk-tumpuk membentuk sebuah gunungan setinggi 3 meteran. Beberapa brankas besi pun tampak berjajar, di sekitar ruangan yang luas tersembun
"Terimakasih Mas Bara, Mas Dimas, Mas Gatot, Mas David, Mas Sandi, Brian, dan semuanya. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik seumur hidupku," ucap serak Marsha, penuh perasaan terimakasih dan keharuan mendalam. "Bukan apa-apa Marsha, kau juga kerap membantu kami semua. Istirahatlah, yakinlah hari esok pasti lebih baik Marsha," sahut Bara tersenyum menenangkan. Ditatapnya Marsha dengan pandangan penuh prihatin dan juga sayang, pada sahabat wanitanya ini. Marsha pun tertunduk, dengan buliran air mata mengalir di pipinya. Lalu dia pun beranjak melangkah menuju ke kamarnya, dengan dirangkul oleh Leonard. "Mas Bara, David, dan semuanya. Atas nama keluarga Winston Group, saya mengucapkan banyak terimakasih atas pertolongan dan penghiburan kalian. Di saat keluarga kami mengalami musibah yang menyedihkan dan membingungkan ini. Kalian datang dan memberi titik terang atas masalah kami. Dengan ini, 'Winston group' telah menganggap kalian sebagai bagian dari keluarga besar kami. Kami tak
Slaph..!! Wurrsh..! Bara membuka jalan dengan melesat keluar dari heli, seraya hantamkan pukulan jarak jauhnya dengan energi terukur, ke arah kaca jendela kamar hotel. Pyaarsshk..!! Taph!Kaca jendela pecah dan Bara langsung melesat masuk ke dalamnya. Slaph..! ... Slaph..! Tiga sahabat Bara ikut melesat cepat, dan mendarat masuk ke dalam kamar itu. "Hahh..!!" "Aihh..!!" Betapa terkejutnya Kuzma dan juga Marsha yang berada dalam kamar itu. Nampak Kuzma tengah bertelanjang dada, sedangkan di ranjang saat itu nampak Marsha yang terikat kedua tangannya di sisi ranjang. Kuzma memang sengaja mengikat Marsha. Karena Marsha kepergok nekat hendak bunuh diri, dengan cara meloncat dari jendela kamar hotel yang terbuka. Beruntunglah Kuzma melihatnya, dan menggagalkan niat Marsha. Dia pun langsung mengikatnya di ranjang. Tubuh Marsha dalam keadaan polos, dan hanya di tutupi dengan sehelai selimut setengah badan saja. Karuan Leonard yang melihat hal itu jadi murka bukan main terhadap K
"Bos Besar bahkan jatuh hati padanya Barton. Bos Besar hendak membawanya besok ke Rusia, untuk di jadikan wanitanya. Sekarang mereka masih asik berbulan madu di Hotel Canabis," ujar pelan Jacob, seraya kembali melihat ke sekiitaran lokasi balkon. Dia takut ada Sergei memergokinya, saat dia tengah membuka kedok bos mereka, lalu melaporkannya pada Kuzma. Namun tentu saja suaranya masih bisa jelas terdengar oleh Bara dan Brian, yang berada di atap balkon tersebut. Bara segera memberi isyarat pada Brian, untuk segera bergerak cepat. Seth..! Seth..! Sosok Bara dan Brian melesat cepat turun ke balkon. Lalu ... "Hei .. Tagh..! Tagh..! Hanya sebatas itu suara yang keluar dari bibir Jacob, saat Bara menetak cepat sisi lehernya dan juga Barton. Keduanya pun langsung pingsan seketika. Brian langsung menyambar tubuh Jacob dan... Slaph..! Slaph..! Sosok Bara dan Brian kembali melesat cepat menuju ke mobil Herbert, yang menunggu di sudut blok kawasan itu. Herbert saat itu tengah asik me