"Jarot..! Sang Kaisar datangg..!" Dakk..! Dok..! Dokk..!" Amir si gempal berteriak keras, seraya menggedor pintu jamban umum dekat taman. Di mana saat itu Jarot sedang 'fokus' pada satu titik, dalam posisi berjongkok di atas kloset. "Inna ....!" Braghh..! Jarot langsung tersentak kaget dan terjengkang. Hingga punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Saat dia mendengar gedoran keras si Amir di pintu jamban."Keparathh kau Amir..! Awas jika kau bohong..!" Jarot pun memaki Amir, dan mengancamnya. Namun tak urung dia pun buru-buru menuntaskan hajatnya. Taman Blok D yang sebenarnya cukup luas itu. Bahkan tak mampu menampung desakkan para napi dari blok lain. Yang nekat masuk ke blok D, tanpa bisa dicegah oleh petugas sipir mereka. Suasana taman blok D penuh sesak, bagaikan sedang ada kampanye akbar saja layaknya. Karena bukan lagi ratusan napi beserta para petugas penjara yang berkumpul. Tetapi sudah mencapai ribuan orang napi, yang memenuhi area blok D. Sungguh luar biasa khari
'Sepertinya sisa hidupku di penjara ini akan kelam. Baiklah jika hal itu harus kulakukan ...' bathin Samuel, seraya memikirkan suatu hal. Ya, Samuel akhirnya menyadari, hanya satu hal yang bisa dilakukannya pada titik batasnya nanti. *** "Jarot, apakah ada seseorang bernama Samuel di blok D ini..?" tanya Bara, di tengah obrolannya dengan rekan-rekan lamanya itu. "Siapa Bara..? Samuel..? Bukankah itu napi yang belum lama masuk ke gang 3 blok D ini. Bagaimana Rojak..?" sahut Jarot seraya bertanya pada Rojak. "Benar Jarot. Aku ingat sekali pada orang itu..!" seru Rojak membenarkan. "Ada apa dengan orang bernama Samuel itu Bara..?" tanya Jarot heran. Hatinya bertanya-tanya ada hubungan apa Bara dengan Samuel itu. "Biar David saja yang menjawab pertanyaanmu, Jarot," ucap Bara seraya melirik pada David. "Samuel adalah dalang di balik pembunuhan Ayah dan Ibuku, Jarot," David berkata dengan wajah mengelam. Dia memang selalu emosi jika berbicara soal Samuel, orang yang telah membuatny
Seth..! Hanya dengan sedikit lesatan saja, sosok Bara telah berada di puncak landai undakan batu itu. Bara pun langsung duduk bersila di atasnya. Bulatnya bulan purnama di langit malam itu, seolah mendukung niat Bara melakukan penyelarasan energinya. Perlahan Bara mengeluarkan bungkusan kain putih, yang menyelimuti benda bulat di dalamnya. Bara segera mengatur nafasnya terlebih dulu, dan menetralkan energi dalam dirinya. Kemudian dengan menghirup nafas panjang dan lama. Sreth. ! Secepat kilat Bara membuka selimut kain putih yang membungkus Mustika Naga Salju, dan tanpa ragu menelan mustika itu pada ujung tarikan nafasnya. Dan perlahan Bara mengatur posisinya pada posisi meditasi teratai, sepasang matanya pun ikut terpejam perlahan. Bara pun mulai mengolah energi di dalam tubuhnya. Blaasshhp..! Nampak uap putih mulai keluar dari seluruh pori-pori di tubuh Bara. Semakin lama uap putih yang menguarkan hawa sangat dingin itu semakin meraja, mengepul, dan menyelubungi sosok Bar
"Ssshhh...!" Bara melepaskan rest pernafasan dalam dirinya. Perlahan sosoknya yang bersila dalam posisi melayang itu kembali ke wujud normalnya, lalu turun kembali ke atas dataran batu di bawahnya. Namun saat kedua matanya terbuka perlahan, masih nampak cahaya merah di mata kanan dan cahaya biru di mata kirinya. Secara berangsur pula kedua cahaya di matanya itu menghilang. Kini Bara telah benar-benar kembali dalam wujud normalnya. Di usapnya guliran darah yang sudah membeku di kedua sudut bibirnya, dengan kain putih selimut Mustika Naga Salju tadi. Kini barulah terasa, betapa lelah dan lemah staminanya pasca penyelarasan energi selesai dilakukan. Akhirnya Bara memutuskan langsung melakukan 'hening' di situ, hingga pagi hari nanti. Ya, Bara memang harus segera kembali memulihkan stamina, dan merecovery energinya. Perlahan kembali Bara memejamkan kedua matanya, lalu lenyap ... lenyep ... dan sirna ... sirna raga ... sirna rasa ... sirna rupa .. Niiinngg..! Bara pun masuk ke da
"Halah kamu ini Tot! Masih pagi bukannya olahraga dulu, malah makan gorengan. Sehatnya di mana coba..?!" seru David agak keki juga, pembicaraannya dengan Bara di dengar si jahil Gatot. Sementara Bara hanya tersenyum kecut saja, memandang Gatot yang memang 'kepo'an itu. Tak lama kemudian datanglah bi Tarni, dengan membawa sepiring besar pisang goreng, yang langsung di letakkannya di atas meja teras. "Ini nih yang suka main comot di dapur, pisang goreng masih di pendaringan dah di sabet ajah. Huh..!" seru bi Tarni, seraya memandang Gatot dengan wajah sebal namun bercampur rasa geli. "Habis masakan bi Tarni enak sih..!" seru Gatot cuek. Hal yang membuat bi Tarni nggak bisa ngomel lagi pada Gatot. Dia pun kembali ke dapur dengan perasaan senang, namun juga gondok pada Gatot. Siapa sih wanita yang nggak senang dipuji masakannya enak..? Tapi caranya itu lho. Hehe. "David, Gatot. Sepertinya aku memerlukan waktu sekitar sebulan lebih. Untuk mempelajari dan menggabungkan ilmu, dalam Kit
"Baiklah. Kalau begitu, kita akan berangkat ke Pantai Rancabuaya, setelah kedatangan Marsha dan Leonard saja," akhirnya Bara memutuskan. "Benar, sebaiknya kita memang menunggu mereka datang ke sini terlebih dulu," Dimas menyetujui. Akhirnya mereka pun kembali sepakat, untuk berangkat berlatih setelah kedatangan Marsha dan Leonard ke vila. Bara baru saja masuk ke kamarnya untuk mandi , saat ponselnya yang berada di meja kamar berdering... Tutt ... Tutt ... Tutt.!Klik.! "Ya Resti." "Mas Bara, Resti mau kevila nanti agak siangan, sekalian mengantarkan logistik untuk kalian." "Baik Resti. O ya Resti, Mas dan semua sahabat di sini hendak menggelar latihan bersama selama sebulan lebih di Pantai Rancabuaya. Kita akan berangkat setelah kedatangan Marsha dan Leonard ke vila." "Wah..! Begitu tiba-tiba Mas. Resti ikut lho." "Baik Resti, jika memang kau ingin kau boleh ikut." "Asikk..! Resti akan kabarkan hal ini pada Revina dan yang lainnya nanti. O ya, kapan Kak Marsha dan Leonard d
Hong Cheng memiliki tiga orang murid, yang di asuhnya sejak kecil. Kesemua muridnya itu adalah anak-anak terlantar, yang ditemukannya saat dia berjalan-jalan keluar dari tempat tinggalnya. Ketiga muridnya itu adalah, Chen Sang si 'Naga Bumi' sebagai muridnya yang tertua, dan terdaftar sebagai peserta kompetisi internasional tahun ini. Cin Hai si 'Kipas Neraka sebagai murid kedua, dan terakhir Han Jian si ''Naga Terbang'.Ilmu-ilmu kelas atas yang diturunkannya pada ketiga muridnya itu, mampu menjadikan diri Hong Cheng bak raja kecil. Asset kekayaannya saat ini pastilah akan mencengangkan orang, jika diuraikan satu persatu. Karena di samping saldo rekeningnya yang dihiasi deretan angka yang panjang. Hong Chen juga memiliki beberapa tempat tinggal mewah, yang tersebar di beberapa kota. Namun yang mengherankan, adalah dia lebih sering berada di 'kuil terlarang'nya itu, daripada tinggal di rumah mewahnya. Demikianlah sekelumit kisah, tentang guru dari tiga tokoh yang nantinya akan
"Hmm. Jika kau katakan kemampuan Chen Sang hanya setara dengan Bara, maka dia bukanlah ancaman bagiku Freedy. Karena dua bulan mendatang, akulah yang akan lebih dulu menghabisi Bara. Dan lanjut akan menghabisi Cheng Sang itu...!" seru Angga, dengan nada yang sangat pongah. Freedy hanya mengangguk dan terdiam saja mendengar ucapan Angga. Dia memang mengakui kemampuan Angga saat ini, yang bahkan telah berada diatas kemampuan sang Jendral sendiri. Sedangkan Pandu langsung menoleh ke arah lain. Hatinya menjadi jengah dan sebal mendengar kesombongan Angga, yang dinilainya terlalu meremehkan kemampuan lawan. Dia sudah merasakan sendiri kemampuan Bara yang berada di atasnya. Dan andaipun Angga sudah menguasai pamungkas aji Singa Langit level ke 7 sekalipun, kiranya tak semudah itu Angga bisa menundukkan Bara. Karena Pandu sudah menyaksikan dan membuktikan sendiri. Betapa pukulan 'Singa Memecah Langit' miliknya pun bagai tak memiliki damage apa-apa, saat menghantam sosok Bara yang diseli
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa
"Haishh..! Dasar wong gemblung.! Lagi bahas Non Marsha malah ngomongin makanan," sentak bi Tarni kesal pada Gatot. Segera ia melepaskan pelukannya dari Gatot, seraya mengusap air matanya. Lalu dia pun berbalik melangkah kembali ke dalam vila, tanpa menoleh lagi. Tentu saja bi Tarni hendak membuatkan masakan terenak, khusus buat 'tuyul dapur'nya itu. "Lho..?! Salah saya di mana Bi Tarni yang cantik..?" protes Gatot, sambil memasang wajah bingung.Ya, dibalik sikap jutek bi Tarni pada Gatot, sesungguhnya dia sudah menganggap Gatot bagai ponakannya sendiri. Para sahabat lainnya hanya tertawa saja, melihat adegan rutin cekcok Gatot dan bi Tarni itu. Mereka pun akhirnya berkumpul dan ngobrol di teras vila dalam suasana yang penuh kekeluargaan. *** Dua hari kemudian. Sang Jendral sedang termenung di 'ruang rahasia'nya. Tampak emas batangan bertumpuk-tumpuk membentuk sebuah gunungan setinggi 3 meteran. Beberapa brankas besi pun tampak berjajar, di sekitar ruangan yang luas tersembun
"Terimakasih Mas Bara, Mas Dimas, Mas Gatot, Mas David, Mas Sandi, Brian, dan semuanya. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik seumur hidupku," ucap serak Marsha, penuh perasaan terimakasih dan keharuan mendalam. "Bukan apa-apa Marsha, kau juga kerap membantu kami semua. Istirahatlah, yakinlah hari esok pasti lebih baik Marsha," sahut Bara tersenyum menenangkan. Ditatapnya Marsha dengan pandangan penuh prihatin dan juga sayang, pada sahabat wanitanya ini. Marsha pun tertunduk, dengan buliran air mata mengalir di pipinya. Lalu dia pun beranjak melangkah menuju ke kamarnya, dengan dirangkul oleh Leonard. "Mas Bara, David, dan semuanya. Atas nama keluarga Winston Group, saya mengucapkan banyak terimakasih atas pertolongan dan penghiburan kalian. Di saat keluarga kami mengalami musibah yang menyedihkan dan membingungkan ini. Kalian datang dan memberi titik terang atas masalah kami. Dengan ini, 'Winston group' telah menganggap kalian sebagai bagian dari keluarga besar kami. Kami tak
Slaph..!! Wurrsh..! Bara membuka jalan dengan melesat keluar dari heli, seraya hantamkan pukulan jarak jauhnya dengan energi terukur, ke arah kaca jendela kamar hotel. Pyaarsshk..!! Taph!Kaca jendela pecah dan Bara langsung melesat masuk ke dalamnya. Slaph..! ... Slaph..! Tiga sahabat Bara ikut melesat cepat, dan mendarat masuk ke dalam kamar itu. "Hahh..!!" "Aihh..!!" Betapa terkejutnya Kuzma dan juga Marsha yang berada dalam kamar itu. Nampak Kuzma tengah bertelanjang dada, sedangkan di ranjang saat itu nampak Marsha yang terikat kedua tangannya di sisi ranjang. Kuzma memang sengaja mengikat Marsha. Karena Marsha kepergok nekat hendak bunuh diri, dengan cara meloncat dari jendela kamar hotel yang terbuka. Beruntunglah Kuzma melihatnya, dan menggagalkan niat Marsha. Dia pun langsung mengikatnya di ranjang. Tubuh Marsha dalam keadaan polos, dan hanya di tutupi dengan sehelai selimut setengah badan saja. Karuan Leonard yang melihat hal itu jadi murka bukan main terhadap K
"Bos Besar bahkan jatuh hati padanya Barton. Bos Besar hendak membawanya besok ke Rusia, untuk di jadikan wanitanya. Sekarang mereka masih asik berbulan madu di Hotel Canabis," ujar pelan Jacob, seraya kembali melihat ke sekiitaran lokasi balkon. Dia takut ada Sergei memergokinya, saat dia tengah membuka kedok bos mereka, lalu melaporkannya pada Kuzma. Namun tentu saja suaranya masih bisa jelas terdengar oleh Bara dan Brian, yang berada di atap balkon tersebut. Bara segera memberi isyarat pada Brian, untuk segera bergerak cepat. Seth..! Seth..! Sosok Bara dan Brian melesat cepat turun ke balkon. Lalu ... "Hei .. Tagh..! Tagh..! Hanya sebatas itu suara yang keluar dari bibir Jacob, saat Bara menetak cepat sisi lehernya dan juga Barton. Keduanya pun langsung pingsan seketika. Brian langsung menyambar tubuh Jacob dan... Slaph..! Slaph..! Sosok Bara dan Brian kembali melesat cepat menuju ke mobil Herbert, yang menunggu di sudut blok kawasan itu. Herbert saat itu tengah asik me