"Keparath..!" Graito berteriak marah entah memaki siapa, seraya menghantam meja. Braakhh..!!Namun yang pasti ... again.! Sebuah meja jati ukir harus segera dibeli. Untuk menggantikan meja jati ukir yang ambyar dan hancur, di ruang pribadinya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Kembali ponsel sang Jendral berdering. Klik.! "Ya Angga..!" seru sang Jendral, yang masih merasa emosi dengan kabar dari Atri tadi. "Ayah. ! Paman Denta telah tewas, helikopter yang dinaikinya jatuh semalam." "A-apa..?! Siapa yang menjatuhkan helikopternya..?!" seru sang Jendral terkejut bukan main, mendengar kabar buruk itu. Sang Jendral pun langsung menduga, jika helikopter pasti jatuh akibat sesuatu hal. "Itu gara-gara pukulan Bara, Ayah! Bara yang melakukannya," sahut Angga cepat. "Bedebah Bara..! Kau lagi .. kau lagi..! Baik Angga..! Ayah akan segera ke sana. Dan kau Angga..! Persiapkan dirimu untuk menghabisi Bara, di pertandingan tantangan pada sang Penguasa Wakil Negeri dua bulan mendatang..!" Kl
"Dahsyat..!" seru Sandi takjub. Melihat kedahsyatan energi Mustika Naga Salju, yang baru saja disaksikannya"Edan..!" Gatot pun berseru terkejut. Lalu Bara meraih kitab tebal, yang ternyata terpisah menjadi dua bagian. Kitab dengan tulisan dan bahan yang sama. Namun sayangnya Bara sama sekali tak bisa membaca dan memahami makna, dari huruf-huruf serta beberapa gambar yang tergurat di buku berbahan kulit berwarna kuning kecoklatan itu. "Aku tak bisa membaca dan memahaminya," keluh Bara dengan wajah agak kecewa. "Wah, sayang sekali Bara," ujar David menyayangkan hal itu. "Mas Bara, ada satu pesan lagi dari paman Drajat yang harus kaujalani," ucap Dimas, yang sejak tadi terdiam dan terkesima, melihat hal yang terjadi pada Mustika Naga Salju itu. "Apa itu Mas Dimas..?" tanya Bara, yang kini merasa penasaran dengan maksud Drajat memberikan kitab yang sama sekali tak mampu dibaca dan dipahaminya itu. "Paman Drajat meminta kau menelan Mustika Naga Salju itu," sahut Dimas. "Hei..! Bu
"Sudah lama kita tak bertemu mereka David. Bagaimana ya keadaan rekan-rekan kita sekarang di sana..?" Bara berkata sekaligus bertanya, seolah pada dirinya sendiri. Ya, Bara memang memiliki kenangan tersendiri di Penjara Kota itu. Tempat yang merupakan 'titik awal' dari perjalanannya, menjadi seorang petarung kompetisi. Sebuah titik tolak yang seketika merubah kehidupannya 180 derajat. Sehingga pada akhirnya uang bukanlah masalah lagi, dalam kehidupannya. Namun di sisi lain. Hal itu juga merupakan titik pahit dalam hidupnya. Di mana sebuah kemelut terjadi, yang menyebabkan tewasnya kedua orangtuanya tercinta. Sungguh sebuah harga yang teramat mahal bagi Bara. Namun hal itu memang sudah menjadi garis-NYA..! Akhirnya mereka pun tiba di Penjara Kota. Suasana di luar area penjara saat itu tak begitu ramai. Bara teringat kebiasaannya dahulu, di jam-jam seperti ini. Biasanya dia dan rekan-rekannya sedang asik nongkrong dan ngobrol, di Taman blok penjara. Akhirnya Bara dan David turun
"Jarot..! Sang Kaisar datangg..!" Dakk..! Dok..! Dokk..!" Amir si gempal berteriak keras, seraya menggedor pintu jamban umum dekat taman. Di mana saat itu Jarot sedang 'fokus' pada satu titik, dalam posisi berjongkok di atas kloset. "Inna ....!" Braghh..! Jarot langsung tersentak kaget dan terjengkang. Hingga punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Saat dia mendengar gedoran keras si Amir di pintu jamban."Keparathh kau Amir..! Awas jika kau bohong..!" Jarot pun memaki Amir, dan mengancamnya. Namun tak urung dia pun buru-buru menuntaskan hajatnya. Taman Blok D yang sebenarnya cukup luas itu. Bahkan tak mampu menampung desakkan para napi dari blok lain. Yang nekat masuk ke blok D, tanpa bisa dicegah oleh petugas sipir mereka. Suasana taman blok D penuh sesak, bagaikan sedang ada kampanye akbar saja layaknya. Karena bukan lagi ratusan napi beserta para petugas penjara yang berkumpul. Tetapi sudah mencapai ribuan orang napi, yang memenuhi area blok D. Sungguh luar biasa khari
'Sepertinya sisa hidupku di penjara ini akan kelam. Baiklah jika hal itu harus kulakukan ...' bathin Samuel, seraya memikirkan suatu hal. Ya, Samuel akhirnya menyadari, hanya satu hal yang bisa dilakukannya pada titik batasnya nanti. *** "Jarot, apakah ada seseorang bernama Samuel di blok D ini..?" tanya Bara, di tengah obrolannya dengan rekan-rekan lamanya itu. "Siapa Bara..? Samuel..? Bukankah itu napi yang belum lama masuk ke gang 3 blok D ini. Bagaimana Rojak..?" sahut Jarot seraya bertanya pada Rojak. "Benar Jarot. Aku ingat sekali pada orang itu..!" seru Rojak membenarkan. "Ada apa dengan orang bernama Samuel itu Bara..?" tanya Jarot heran. Hatinya bertanya-tanya ada hubungan apa Bara dengan Samuel itu. "Biar David saja yang menjawab pertanyaanmu, Jarot," ucap Bara seraya melirik pada David. "Samuel adalah dalang di balik pembunuhan Ayah dan Ibuku, Jarot," David berkata dengan wajah mengelam. Dia memang selalu emosi jika berbicara soal Samuel, orang yang telah membuatny
Seth..! Hanya dengan sedikit lesatan saja, sosok Bara telah berada di puncak landai undakan batu itu. Bara pun langsung duduk bersila di atasnya. Bulatnya bulan purnama di langit malam itu, seolah mendukung niat Bara melakukan penyelarasan energinya. Perlahan Bara mengeluarkan bungkusan kain putih, yang menyelimuti benda bulat di dalamnya. Bara segera mengatur nafasnya terlebih dulu, dan menetralkan energi dalam dirinya. Kemudian dengan menghirup nafas panjang dan lama. Sreth. ! Secepat kilat Bara membuka selimut kain putih yang membungkus Mustika Naga Salju, dan tanpa ragu menelan mustika itu pada ujung tarikan nafasnya. Dan perlahan Bara mengatur posisinya pada posisi meditasi teratai, sepasang matanya pun ikut terpejam perlahan. Bara pun mulai mengolah energi di dalam tubuhnya. Blaasshhp..! Nampak uap putih mulai keluar dari seluruh pori-pori di tubuh Bara. Semakin lama uap putih yang menguarkan hawa sangat dingin itu semakin meraja, mengepul, dan menyelubungi sosok Bar
"Ssshhh...!" Bara melepaskan rest pernafasan dalam dirinya. Perlahan sosoknya yang bersila dalam posisi melayang itu kembali ke wujud normalnya, lalu turun kembali ke atas dataran batu di bawahnya. Namun saat kedua matanya terbuka perlahan, masih nampak cahaya merah di mata kanan dan cahaya biru di mata kirinya. Secara berangsur pula kedua cahaya di matanya itu menghilang. Kini Bara telah benar-benar kembali dalam wujud normalnya. Di usapnya guliran darah yang sudah membeku di kedua sudut bibirnya, dengan kain putih selimut Mustika Naga Salju tadi. Kini barulah terasa, betapa lelah dan lemah staminanya pasca penyelarasan energi selesai dilakukan. Akhirnya Bara memutuskan langsung melakukan 'hening' di situ, hingga pagi hari nanti. Ya, Bara memang harus segera kembali memulihkan stamina, dan merecovery energinya. Perlahan kembali Bara memejamkan kedua matanya, lalu lenyap ... lenyep ... dan sirna ... sirna raga ... sirna rasa ... sirna rupa .. Niiinngg..! Bara pun masuk ke da
"Halah kamu ini Tot! Masih pagi bukannya olahraga dulu, malah makan gorengan. Sehatnya di mana coba..?!" seru David agak keki juga, pembicaraannya dengan Bara di dengar si jahil Gatot. Sementara Bara hanya tersenyum kecut saja, memandang Gatot yang memang 'kepo'an itu. Tak lama kemudian datanglah bi Tarni, dengan membawa sepiring besar pisang goreng, yang langsung di letakkannya di atas meja teras. "Ini nih yang suka main comot di dapur, pisang goreng masih di pendaringan dah di sabet ajah. Huh..!" seru bi Tarni, seraya memandang Gatot dengan wajah sebal namun bercampur rasa geli. "Habis masakan bi Tarni enak sih..!" seru Gatot cuek. Hal yang membuat bi Tarni nggak bisa ngomel lagi pada Gatot. Dia pun kembali ke dapur dengan perasaan senang, namun juga gondok pada Gatot. Siapa sih wanita yang nggak senang dipuji masakannya enak..? Tapi caranya itu lho. Hehe. "David, Gatot. Sepertinya aku memerlukan waktu sekitar sebulan lebih. Untuk mempelajari dan menggabungkan ilmu, dalam Kit
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kondisi Bara.
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme