Sementara waktu terus berjalan dalam garis perputarannya yang angkuh. Yang tak bisa ditawar untuk dimundurkan, dihentikan, atau pun dimajukan! = DUA BULAN KEMUDIAN = "Bara. Besok malam adalah pertarungan final kompetisi wilayah. Apakah kita perlu ikut dalam pertaruhan khusus kali ini..?" tanya David pada Bara. Sementara Bara baru saja selesai melakukan olah nafas dan hening, di halaman belakang vila markas. "Sepertinya kita memang harus ikut, dalam taruhan khusus nanti David. Biaya operasional bisnis charter pesawat kita cukup besar. Ditambah lagi dengan biaya operasional Pasukan Super Level, yang kini sudah sampai pada level akhir latihan mereka. Tak sedikit memang pemasukkan awal dari bisnis kita. Namun kita memang masih harus memiliki dana cadangan operasional di rekening kas 'Bara Group' kita," ujar Bara, yang mengisyaratkan pada David. Artinya mereka akan kembali ikut bertaruh, di final pertarungan kompetisi antar penguasa wilayah itu. "Baik Bara. Berapa anggaran pertaruh
"Luar biasa Paman Drajat..! Dia berhasil meningkatkan levelnya dengan cepat sekali," seru Gatot takjub. "Ternyata kedahsyatan 'Naga Salju' bukan dongeng belaka. Hebat Paman Drajat..!" cetus Bara kagum. Ya, Bara bisa merasakan 'power' Drajat, yang telah meningkat pesat dan mengungguli 'power' semua sahabatnya saat itu. Kiranya level power Drajat kini tak jauh dari level Bara sendiri, sungguh peningkatan yang 'fantastis'. Melayang di ketinggian langit, penampakkan sosok Drajat kini begitu menggetarkan nyali. Sepasang mata birunya menyala terang, bagaikan mampu menembus di kedalaman hati. Sementara sekujur tubuh Drajat bagaikan cermin, yang pantulkan aneka cahaya menyilaukan. Dan Bara pun terkejut melihat perubahan sosok Naga Salju Drajat. Karena memang perubahannya sangat persis, dengan perubahan dirinya ke bentuk sisik Naga Emas. Ya, baik sosok Naga Emas mau pun Naga Salju, hanya berbeda dalam hal, lapisan warna sisik serta pancaran cahaya mata yang berbeda. Sungguh tak salah b
"Ada saatnya kita juga akan memberi pelajaran pada Winston, Angga..! Tak mungkin ayah akan tinggal diam, menerima pengkianatan dan penghinaannya, yang merendahkan martabat kita..! Ayah sudah memutuskan hubungan bisnis dengannya sekarang," sahut sang Jendral dengan nada geram. "Denta..! Pandu..! Kalian harus mengawasi dan bisa mengetahui markas Bara cs besok..! Tunggu hingga helikopternya tiba di arena gedung kompetisi. Lalu siapkan beberapa helikopter, untuk mengikuti ke mana mereka kembali..! Jangan sampai gagal..!" perintah sang Jendral tegas. "Baik Jendral..!" sahut Denta dan Pandu serentak. "Freedy ..! Kau cermati peserta taruhan kali ini bersama putriku Gayatri. Jangan sampai kita kecolongan oleh Bara cs, pada akhir kompetisi wilayah ini. Karena nilai omset pertaruhan pastinya akan meledak, di titik final kompetisi ini!" seru sang Jendral, memberi tugas pada Freedy. "Siap Jendral," sahut Freedy mantap. Dia sudah sangat paham, siapa-siapa saja orang-orang di lingkaran Bar
"Hiaahh..!" Slaph..! Dengan diiringi teriakan kerasnya, yang memecah suara deburan ombak. Sosok Dayat pun melesat cepat ke arah laut. Lalu ... "Hiaahh.!" Byaarsh..! Byaarshk.! ... Byaarshk..!!Sosok Dayat menghantam permukaan laut dan gelombang yang berada di bawahnya secara beruntun, dengan kedua tapak tangannya yang berselimutkan cahaya biru.Setiap kali tapak biru itu menghantam permukaan laut, maka saat itu juga sosoknya melenting ke angkasa dan lakukan gerak jurusnya di udara. Lalu sosok Dayat turun lagi, dan kembali tapaknya menghantam permukaan laut, lalu melenting dan bersalto lagi. Begitu seterusnya..! Byaarrsh..!! Badai gelombang berpencaran, dan menghantam tepi dinding lapisan batu-batu besar yang terjal di sekitar area itu. Area pantai di bawahnya pun bagai berubah menjadi badai gelombang tak beraturan. Gelombang menghempas melingkar ke segala arah dan kembali bergulung, lalu terhantam lagi dan menghempas lagi semakin tinggi. Hingga di puncak powernya. Sosok Dayat
"Sepertinya memang masuk akal Mas Bara. Besok akan Dewi kabarkan perihal Tim Khusus ini, pada Mas Bara dan semuanya," ucap Dewi berjanji. Dan akhirnya diputuskan, bahwa besok malam mereka akan kembali ke gedung arena kompetisi dengan dua buah helikopter. Sebuah helikopter akan standby di sekitar area tersembunyi, tak jauh dengan gedung kompetisi. Untuk berjaga-jaga dari segala kemungkinan terburuk. Perubahan rencana itu menjadikan Drajat, menambah seorang sniper dari Pasukan Super level dan Gatot. Keduanya akan berada di helikopter yang standby tersebut, bersama pilot yang adalah bekas anak buah Drajat. Sementara Bara, David, Sandi, dan Brian, tetap pada helikopter utama. *** Suasana malam di kediaman Winston sangat tenang dan damai. Barisan lampu taman yang bercahaya temaram, di sekitar bangunan megah berbentuk kastil itu. Bagai menambah suasana syahdu di sekitar kediaman keluarga Winston. Dan di sebuah kamar lux yang terdapat di dalam kediaman megah itu. Dua insan nampak me
"Bagaimana jika kita memakai jasa atau tangan orang lain, untuk melakukannya Paman. Memakai tangan pengunjung atau tamu pada pertarungan nanti malam misalnya. Tentunya pihak mereka tak akan mencurigai orang, yang bukan dari pihak penyelenggara, saat mendekati helikopter mereka," usul Pandu. Denta dan Freedy sejenak merenung memikirkan usul dari Pandu tersebut. "Baik..! Usulan yang patut untuk di coba Pandu. Adalah lebih baik mencoba daripada tidak melakukan satu hal pun. Dan andai pun ini gagal, toh mereka tetap tak bisa menuduh kita sebagai pelakunya," ujar Denta akhirnya, setuju dengan usulan Pandu. "Freedy..! Siapkan alat pemancar sinyal mini, lalu perintahkan salah satu orang kita. Untuk berpura-pura sebagai pengunjung," seru Denta pada putranya. "Baik Ayah." *** Sementara di sebuah ruangan dalam kantor kepolisian. Kombes Prayitno sebagai atasan langsung dari Dewi, saat itu tengah melakukan pembicaraan serius bersama Dewi dan beberapa anggota Tim Khusus. "Dewi, menurut
"Bagus. ! Setelah urusan pertarungan final kompetisi wilayah ini selesai. Kita akan berkunjung ke Penjara Kota David..! Kita akan 'menitipkan' Samuel pada para rekan-rekan kita di sana," seru Bara yang juga merasa puas, atas keberhasilan rencana mereka. "Semoga arwah Papah dan Mamah bisa tenang di sana," ucap David pelan. "Aamiin David," sahut Bara meng'aminkan harapan David. Sore itu di markas Bara cs. Sebuah helikopter telah mengudara ke arah kepulauan Seribu. Nampak Drajat, Gatot, Dimas, dan seorang sniper, berada di dalam helikopter yang mengudara itu. Gatot ditunjuk menjadi pemandu sang pilot helikopter. Karena dia pernah menyusup dan tinggal beberapa hari, di pulau lokasi gedung kompetisi itu. Gatot pun langsung mengarahkan sang pilot, untuk menuju lokasi pendaratan helikopter yang aman dan tersembunyi, di sekitar area gedung kompetisi. Hingga akhirnya helikopter itu tiba di tempat yang ditunjukkan oleh Gatot. Sebuah lokasi yang cukup tersembunyi, karena berada di tenga
"Sepertinyq aku juga harus masuk sekarang Sandi, Brian," ucap David tersenyum, seraya beranjak menuju ke arah pintu masuk gedung arena. Sandi dan Brian segera juga beranjak pindah. Kini mereka berdua duduk di kursi dekat area parkir helikopter, untuk berjaga-jaga. Sementara dari lokasi persembunyiannya. Drajat cs sedang mengawasi keadaan di sekitar gedung kompetisi, dan juga area parkir helikopter tempat rekan mereka mendarat. Sejauh ini Drajat merasa situasi masih aman terkendali. Sniper yang mengamati keadaan di sana dengan teleskop senjatanya, dia juga merasa tak ada yang mencurigakan. Situasi di bawah mau pun di atap gedung arena kompetisi itu, berada dalam kondisi terpantau aman. *** Sementara di kediaman Denta. Nampak Denta, Pandu, Freedy, dan Angga, yang datang bergabung belakangan sore tadi. Mereka kini tengah serius membicarakan rencana final, yang akan mereka lakukan setelah pertarungan final kompetisi wilayah usai nanti. "Angga. Mengapa kau tak menyaksikan saja per
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa
"Haishh..! Dasar wong gemblung.! Lagi bahas Non Marsha malah ngomongin makanan," sentak bi Tarni kesal pada Gatot. Segera ia melepaskan pelukannya dari Gatot, seraya mengusap air matanya. Lalu dia pun berbalik melangkah kembali ke dalam vila, tanpa menoleh lagi. Tentu saja bi Tarni hendak membuatkan masakan terenak, khusus buat 'tuyul dapur'nya itu. "Lho..?! Salah saya di mana Bi Tarni yang cantik..?" protes Gatot, sambil memasang wajah bingung.Ya, dibalik sikap jutek bi Tarni pada Gatot, sesungguhnya dia sudah menganggap Gatot bagai ponakannya sendiri. Para sahabat lainnya hanya tertawa saja, melihat adegan rutin cekcok Gatot dan bi Tarni itu. Mereka pun akhirnya berkumpul dan ngobrol di teras vila dalam suasana yang penuh kekeluargaan. *** Dua hari kemudian. Sang Jendral sedang termenung di 'ruang rahasia'nya. Tampak emas batangan bertumpuk-tumpuk membentuk sebuah gunungan setinggi 3 meteran. Beberapa brankas besi pun tampak berjajar, di sekitar ruangan yang luas tersembun
"Terimakasih Mas Bara, Mas Dimas, Mas Gatot, Mas David, Mas Sandi, Brian, dan semuanya. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik seumur hidupku," ucap serak Marsha, penuh perasaan terimakasih dan keharuan mendalam. "Bukan apa-apa Marsha, kau juga kerap membantu kami semua. Istirahatlah, yakinlah hari esok pasti lebih baik Marsha," sahut Bara tersenyum menenangkan. Ditatapnya Marsha dengan pandangan penuh prihatin dan juga sayang, pada sahabat wanitanya ini. Marsha pun tertunduk, dengan buliran air mata mengalir di pipinya. Lalu dia pun beranjak melangkah menuju ke kamarnya, dengan dirangkul oleh Leonard. "Mas Bara, David, dan semuanya. Atas nama keluarga Winston Group, saya mengucapkan banyak terimakasih atas pertolongan dan penghiburan kalian. Di saat keluarga kami mengalami musibah yang menyedihkan dan membingungkan ini. Kalian datang dan memberi titik terang atas masalah kami. Dengan ini, 'Winston group' telah menganggap kalian sebagai bagian dari keluarga besar kami. Kami tak
Slaph..!! Wurrsh..! Bara membuka jalan dengan melesat keluar dari heli, seraya hantamkan pukulan jarak jauhnya dengan energi terukur, ke arah kaca jendela kamar hotel. Pyaarsshk..!! Taph!Kaca jendela pecah dan Bara langsung melesat masuk ke dalamnya. Slaph..! ... Slaph..! Tiga sahabat Bara ikut melesat cepat, dan mendarat masuk ke dalam kamar itu. "Hahh..!!" "Aihh..!!" Betapa terkejutnya Kuzma dan juga Marsha yang berada dalam kamar itu. Nampak Kuzma tengah bertelanjang dada, sedangkan di ranjang saat itu nampak Marsha yang terikat kedua tangannya di sisi ranjang. Kuzma memang sengaja mengikat Marsha. Karena Marsha kepergok nekat hendak bunuh diri, dengan cara meloncat dari jendela kamar hotel yang terbuka. Beruntunglah Kuzma melihatnya, dan menggagalkan niat Marsha. Dia pun langsung mengikatnya di ranjang. Tubuh Marsha dalam keadaan polos, dan hanya di tutupi dengan sehelai selimut setengah badan saja. Karuan Leonard yang melihat hal itu jadi murka bukan main terhadap K