"Ok Garry. Tapi ingat! Jangan membuat keributan di pesta itu. Hormatilah Leonard dan Tuan Winston, karena merekalah yang telah memfasilitasi kita selama ini," ujar Colby, mengingatkan petarung andalannya itu. "Aku mengerti Colby." *** Bara cs akhirnya tiba di bandara Seattle, Tacoma(SEA). Telah menanti mereka di sana orang-orang Leonard, yang ditugaskan menjemput mereka dengan 5 buah mobil berkelas. Dan mereka pun langsung menuju ke kediaman Leonard di Medina, Washington. Tak sampai setengah jam perjalanan, mereka pun telah sampai di tujuan. Tampak di depan pagar gerbang masuk area kediaman Winston, kini telah dihiasi dengan rangkaian bunga bernuansa flora. Mobil yang mengantar mereka juga melalui halaman luas dan asri. Halaman itu nampak telah terdekorasi sebagiannya, dengan meja-meja kecil mau pun panjang. Deretan payung-payung besar dan teratak mewah, juga terlihat menaungi meja-meja itu di atasnya. Semuanya bernuansa penuh dengan bunga putih, dan warna-warna lembut yang
"Sssshhhhhhh.....! Hupph...!" Seth..! Angga melepaskan rest dari olah energi di dalam tubuhnya. Lalu dia pun langsung melesat keluar dari ruang berbentuk pendopo itu, dan hinggap di tanah halaman vila. Begitu cepat, begitu ringan, namun juga penuh 'energi'. Begitulah hal yang di rasakan oleh Angga, setelah penyelarasan energinya telah selesai. Kini power Mustika Taring Singa telah 'menyatu' dengan diri Angga. Dan Angga merasakan daya pandang matanya menjadi lebih tajam dan jauh, lesatan ilmu meringankan tubuhnya juga semakin cepat, dan energi tenaga dalamnya juga meningkat dengan pesat. Rasa hangat dan terkadang panas bergantian dirasakan di simpul-simpul energinya. Hal yang menandakan, sedang terjadi penyesuaian dan penyelarasan secara alami di titik-titik itu. Luar biasa..! 'Seperti kata Ayah, sebaiknya nanti malam aku mencoba mempraktekkan aji 'Singa Langit' level pamungkasku', bathin Angga. Angga memang merasa penasaran sekali, dengan kedahsyatan pamungkas dari aji 'Singa L
Sementara itu, acara pernikahan Marsha yang dilaksanakan keesokkan harinya berjalan dengan lancar. Nampak area parkir di halaman depan kediaman Winston, penuh sesak dengan kendaraan para tamu yang hadir. Marsha nampak bagai ratunya para wanita, di hari pernikahannya itu, Marsha tampak begitu anggun dan jelita, dengan mengenakan gaun putih gading yang dipenuhi dengan sulaman-sulaman kecil dan rumit. Desain romantis, dengan applique tangan renda macrame Prancis pada korset hingga lengan, dan rok tulle Italia. Sedangkan Leonard memakai tuksedo klasik Armani, dan melengkapinya dengan kemeja putih dan dasi kupu-kupu. Sungguh pasangan yang serasi, dan menawan mata dan hati siapapun yang memandangnya. Di salah satu sisi taman juga di sediakan sebuah stand layanan, bagi orang atau tamu yang hendak memberikan, atau menyalurkan hadiahnya pada pengantin. Hal itu bukanlah atas permintaan pengantin ataupun keluarga Winston. Di adakannya stand khusus itu, hanya dimaksudkan bagi tamu yang b
"A-apa..?! Park Avenue 740..!" Glkk..! Felicialah sampai tersedak air liurnya sendiri. Karena rasa kaget bukan mainnya, mendengar hadiah yang diberikan oleh teman Marsha itu. Dan dia dan semua yang ada di situ rata-rata paham, berapa harga per unit rumah di kawasan Penthouse kota New York itu. "I-itu sangat gila..!" Jenifer ternganga. "Anna..! Anna..! Kau tak apa-apa kan..?!" Merry terkejut cemas. Melihat Anna yang tiba-tiba terdiam kaku di kursinya, dengan mata terbelalak. "Ibu..?!" Felicia juga jadi ikut cemas. Dia pun lalu mengguncang tubuh ibunya. "Ahh..! Ehh..! A-aku tak apa-apa," suara gugup Anna memberitahukan pada semuanya, bahwa dirinya masih bernafas. "Ini keren sekali Anna..! 35 juta dolar..! Fantastis..!" seru tajam Dorothy, dengan wajah histeris. "Rekeningnya..! Ya, rekeningnya..! Aku harus tahu jumlah rekening wanita itu..!" desis tajam Anna. Dia pun beranjak dari kursinya menuju stand pemberian hadiah. "Anna..! Apa yang akan kau lakukan..!" seru tertahan para r
"Silahkan lanjut menikmati pestanya Colby, Garry," ucap Bara tersenyum mempersilahkan. Bara pun kembali duduk bergabung dengan para sahabatnya. Hatinya sungguh merasa sebal, melihat keangkuhan yang baru saja di pertunjukkan Garry di depannya. "Baik Bara. Persiapkan dirimu baik-baik, untuk menghadapi Garry di kompetisi internasional nanti," ucap Colby, sebelum dia beranjak pergi. Sedangkan Garry hanya menatap tajam pada Bara, seraya mengikuti Colby menuju ke meja yang masih kosong. "Pasti Colby, saya menunggu waktunya tiba," sahut Bara tersenyum. "Sepertinya pria di belakang Colby itu sangat menyebalkan ya Mas Bara," ucap Resti, seraya menoleh sebal ke arah Garry. "Sudahlah Resti jangan hiraukan pria tak tahu etika itu," sahut Bara tenang. Bara sama sekali tak gentar dengan Garry. Walau dia merasakan power yang cukup besar dari telapak tangan Garry, saat mereka berjabatan tadi. *** Sementara pada pagi harinya di kediaman sang Jendral. Terjadi sedikit kehebohan di ruang pribadi
Sementara waktu terus berjalan dalam garis perputarannya yang angkuh. Yang tak bisa ditawar untuk dimundurkan, dihentikan, atau pun dimajukan! = DUA BULAN KEMUDIAN = "Bara. Besok malam adalah pertarungan final kompetisi wilayah. Apakah kita perlu ikut dalam pertaruhan khusus kali ini..?" tanya David pada Bara. Sementara Bara baru saja selesai melakukan olah nafas dan hening, di halaman belakang vila markas. "Sepertinya kita memang harus ikut, dalam taruhan khusus nanti David. Biaya operasional bisnis charter pesawat kita cukup besar. Ditambah lagi dengan biaya operasional Pasukan Super Level, yang kini sudah sampai pada level akhir latihan mereka. Tak sedikit memang pemasukkan awal dari bisnis kita. Namun kita memang masih harus memiliki dana cadangan operasional di rekening kas 'Bara Group' kita," ujar Bara, yang mengisyaratkan pada David. Artinya mereka akan kembali ikut bertaruh, di final pertarungan kompetisi antar penguasa wilayah itu. "Baik Bara. Berapa anggaran pertaruh
"Luar biasa Paman Drajat..! Dia berhasil meningkatkan levelnya dengan cepat sekali," seru Gatot takjub. "Ternyata kedahsyatan 'Naga Salju' bukan dongeng belaka. Hebat Paman Drajat..!" cetus Bara kagum. Ya, Bara bisa merasakan 'power' Drajat, yang telah meningkat pesat dan mengungguli 'power' semua sahabatnya saat itu. Kiranya level power Drajat kini tak jauh dari level Bara sendiri, sungguh peningkatan yang 'fantastis'. Melayang di ketinggian langit, penampakkan sosok Drajat kini begitu menggetarkan nyali. Sepasang mata birunya menyala terang, bagaikan mampu menembus di kedalaman hati. Sementara sekujur tubuh Drajat bagaikan cermin, yang pantulkan aneka cahaya menyilaukan. Dan Bara pun terkejut melihat perubahan sosok Naga Salju Drajat. Karena memang perubahannya sangat persis, dengan perubahan dirinya ke bentuk sisik Naga Emas. Ya, baik sosok Naga Emas mau pun Naga Salju, hanya berbeda dalam hal, lapisan warna sisik serta pancaran cahaya mata yang berbeda. Sungguh tak salah b
"Ada saatnya kita juga akan memberi pelajaran pada Winston, Angga..! Tak mungkin ayah akan tinggal diam, menerima pengkianatan dan penghinaannya, yang merendahkan martabat kita..! Ayah sudah memutuskan hubungan bisnis dengannya sekarang," sahut sang Jendral dengan nada geram. "Denta..! Pandu..! Kalian harus mengawasi dan bisa mengetahui markas Bara cs besok..! Tunggu hingga helikopternya tiba di arena gedung kompetisi. Lalu siapkan beberapa helikopter, untuk mengikuti ke mana mereka kembali..! Jangan sampai gagal..!" perintah sang Jendral tegas. "Baik Jendral..!" sahut Denta dan Pandu serentak. "Freedy ..! Kau cermati peserta taruhan kali ini bersama putriku Gayatri. Jangan sampai kita kecolongan oleh Bara cs, pada akhir kompetisi wilayah ini. Karena nilai omset pertaruhan pastinya akan meledak, di titik final kompetisi ini!" seru sang Jendral, memberi tugas pada Freedy. "Siap Jendral," sahut Freedy mantap. Dia sudah sangat paham, siapa-siapa saja orang-orang di lingkaran Bar
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kond
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme