"Tidak Bara sayang. Aku tak akan pernah menganggapmu sebagai lelaki tak bertanggung jawab. Justru sebaliknya, aku akan memberitahu pada anakmu kelak. Bahwa dia memiliki seorang ayah yang sangat penyayang dan berkemampuan hebat. Mmhh...," ujar Gayatri mesra, seraya mulai menciumi dada Bara. Sementara dengan lincah tangannya tetap bergerilya meremas, membelai, dan mengocok 'tonggak' milik Bara. "Akkhss...h, ini tak boleh Gayatri..!" seru Bara, dalam upaya menahan luapan hasratnya, yang makin terasa menenggelamkan. "Wahh..! Luar biasa milikmu ini Bara..hh..! Asal kau tahu saja Bara sayang, aku belum pernah beginian dengan seorang pria pun dalam hidupku. Aku masih perawan Bara," Gayatri terpekik kaget, saat melihat betapa 'size' milik Bara melebihi bayangannya. Ada rasa ngeri dalam dirinya, kala membayangkan 'size' sebesar itu akan menembus 'celah' miliknya, yang masih perawan itu. "Ahhhs..!" hanya erangan itu yang kini keluar dari mulut Bara. Ya, Bara sudah hampir sepenuhnya tengg
"Arghkssh... Gayatri .. Ak-ku..a..ku akhssh..!" Bara berseru tegang, seraya setengah mati menahan sesuatu yang hendak memancar dari tonggaknya. Bara merasakan sekali, tonggaknya yang kini berdenyut-denyut membesar maksimal itu. "Aduhhss Baraa..! Atri mau pipis enakhs..! Ohsghs..!" Gayatri juga meracau, dalam perjalanannya menuju tangga puncak klimaksnya. Tubuh Gayatri pun bergoyang semakin menggila, liukkan tubuhnya sungguh cepat dan ganas. Hentakkan pinggul dan desah nafasnya yang tertahan-tahan, menjadi tanda-tanda dirinya akan sampai pada klimaksnya. Senam unik yang dilakukannya rutin setiap pagi rupanya sangat bermanfaat. Karena terbukti meningkatkan sensasi menjepit dan meremas tonggak Bara, di dalam 'celah surga' miliknya. Celah yang baru saja kehilangan selaput keperawanannya. Akibat tertembus oleh tonggak Bara yang gagah perkasa. Gayatri bagai sedang menjadi rodeo, yang berusaha menjinakkan Bara sang kuda liar. Tubuhnya bergoyang dan meliuk lincah di atas tubuh Bara, ya
"Terimakasih semuanya telah menunggui Dimas. Maaf telah merepotkan kalian ya," sapa Retno tersenyum. "Ahh, tak ada yang direpotkan Ibu. Kami semua adalah sahabat baik Mas Dimas kok," sahut Resti membalas senyum Retno, mewakili para sahabatnya. "Terimakasih ya," sapa Dina yang juga tersenyum pada nereka. Dia pun langsung bergabung dengan Resti cs. "Bagaimana kondisimu Dimas..?" tanya Retno pelan, namun tajam pada Dimas. "Dimas agak membaik Ibu, sepertinya nanti sore Dimas sudah boleh rawat rumah saja," sahut Dimas tersenyum. "Dimas..! Kau dengarlah kata-kata ibu ini..! Mendiang Ayahmu juga adalah seorang prajurit lapangan. Namun dia tak pernah membawa seorang wanita, masuk ke medan yang berbahaya seperti kamu.!" seruan tajam sang ibu, terdengar begitu dalam penuh kemarahan pada putranya itu. Sontak semua yang berada di ruangan itu terdiam mendengar hal itu. Dimas adalah orang yang paling merasa terpukul dengan ucapan ibunya itu. Namun dia tahu, hubungan sang ibu sangat dekat den
'Luar biasa Angga..! Graito, kau pasti akan terkejut melihat power putramu sekarang..!' kejut bathin Haryo, merasa takjub sendiri. Padahal dia baru melihat kombinasi pembuka ajian gabungan itu, belum pada tahap damage serangannya. "Haaurrrmmshk.!!" Sethh..! Angga kembali mengeluarkan auman 'Senggoro Macan'nya. Dan area di sekitar bebatuan karang dan gua-gua di dalamnya bagai dihempas angin dan bergetar. Akibat pancaran energi dengan perbawa dahsyat, yang mampu menciutkan nyali siapapun yang mendengarnya. Bahkan puluhan walet yang beterbangan di sekitar pantai pun, banyak yang jatuh seketika ke atas karang dan permukaan laut, dalam keadaan mati.! Gilaa..!Auman itu diikuti melesatnya sosok Angga ke udara, hingga mencapai batas daya lentingnya. Lalu sosok Angga pun kembali menukik deras, dan hantamkan kedua tangan dan kakinya, bak seekor Singa menerjang di atas gunungan karang yang tadi di pijaknya. Daambhh..! Blaarghk..!! Gunungan batu karang itu pun amblas, ambyar, dan hancur
Klikh! David menutup panggilan Freedy, yang sangat menyebalkan baginya. Namun dari pembicaraan itu David bisa menarik kesimpulan, bahwa pihak penyelenggara sama sekali tak tahu dengan insiden penculikkan Bara. Itu adalah info penting bagi mereka semua..!*** Sementara keesokkan harinya di kediaman Gayatri. Kamar khusus yang digunakannya untuk mendapatkan benih Bara, bagaikan berubah menjadi kamar pengantin yang sedang berbulan madu. Sedangkan Bara hanya bisa mandah saja, menerima perlakuan Gayatri yang 'sangat liar' di atas ranjang itu. Termasuk menerima disuapi makan oleh Gayatri. Tentu saja Bara mendapatkan asupan makanan yang sangat baik dari Gayatri. Dari sop iga sapi hingga sate kambing, di sajikan full oleh Gayatri pada Bara. Gayatri juga dibekali oleh Tabib Chao dengan sebuah 'pil langka', warisan leluhur sang Tabib. Tentu saja dengan harga yang tak murah. Pil itu sudah dipegangnya, bahkan sebelum Bara tiba di kediamannya. Pil ajaib itu dapat membuat seorang pria bera
"Ahhh.. Baraa..! Tidakkk...!!" teriakkan keras bernada terkejut keluar dari mulut Gayatri. Matanya terbelalak tak percaya, dengan mulut ternganga lebar. Tagh..! Bara segera menetak sisi leher Gayatri, dan seketika Gayatri pun ambruk tak sadarkan diri. Bara segera meremas hancur ke empat gelang baja, yang masih melingkari pergelangan tangan dan kakinya itu dengan mudahnya. Melihat kondisi tubuhnya yang polos bugil bagai 'tuyul kesiangan' itu. Bara segera membuka sebuah lemari pakaian, yang terdapat dikamar itu. Namun betapa kecewanya dia, saat melihat isi lemari pakaian itu hanyalah gaun-gaun wanita. Tak mungkin dia mengenakan pakaian seperti itu. Akhirnya dengan rasa frustasi, dibukanya juga laci di lemari pakaian itu yang dikiranya hanya berisi perhiasan atau perlengkapan make up saja. Sreerrrt..!"Ahh..! Akhirnya..!" tak sadar Bara berseru gembira, saat melihat training pack berwarna hitam di dalam laci itu. Langsung dikenakannya training pack itu, walau bagian ujung celan
Cittttt....!! "Mas Bara...!!" seruan senang terdengar, bersamaan dengan Cabrio merah yang tiba-tiba direm dengan mendadak oleh pengemudinya. Dan mobil itu pun langsung menepi di depan Bara. Ya, pengemudi itu tak lain adalah Marsha. Marsha memang sengaja memilih jalan melewati kediaman Bara. Untuk bernostalgia melepas rasa rindunya, melihat rumah yang sangat familiar dengannya itu. Maka betapa terkejutnya Marsha, saat melihat sosok yang tengah dicari oleh seluruh sahabatnya itu tiba-tiba mewujud dihadapannya yang melintas. Reflek kakinya langsung menginjak dalam rem mobilnya hingga berdecit, seraya berseru memanggil pria di hatinya itu. "A-apa..?! Marsha..?!" Bara pun tak kalah berseru kaget. Saat melihat Marsha yang tiba-tiba saja berada di depannya. Karena dia menganggap Marsha masih berada di Amerika bersama Leonard. Klek.! Pintu mobil terbuka, dan Marsha bergegas berlari ke arah Bara. Hatinya diliputi rasa emosi dan kerinduan bercampur kecemasan. Bunga-bunga di hatinya ya
"Mas Bara, mari kita minum dan bicara. Mas Bara belum lengkap menceritakan apa yang terjadi kemarin," sapa Marsha, seraya meletakkan dua kaleng soft drink itu di meja sofa. Bara pun menoleh ke arah Marsha, dia pun menghampiri sofa dan ikut duduk di sana. "Marsha. Sebetulnya yang terjadi pada diriku dalam dua hari ini, adalah hal yang tak pantas kuceritakan pada siapapun," Bara berkata pelan, seraya meraih kaleng soft drink di atas meja. "Lho, tak pantas kenapa Mas Bara..? Apakah masih perlu ada rahasia di antara kita Mas Bara..?" tanya Marsha, yang kini malah semakin penasaran dengan hal yang di alami Bara. "Hhh, ternyata apa yang terjadi padaku kemarin, kiranya sudah direncanakan oleh Gayatri. Putri Jendral Graito brengsek itu Marsha..!" seru Bara penuh emosi. Ya Bara memang merasa perlu mengungkapkan kisah itu pada seseorang. Agar tekanan di bathinnya tak terlalu membuncah. Dan Bara merasa Marsha cukup bisa dipercaya, untuk mendengar cerita yang sebenarnya. "A-pa..?! Putri Je
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kondisi Bara.
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme