Joshua menggulir galeri ponsel duplikat adiknya. Tangannya tak berhenti bergetar memandangi satu persatu foto dalam album gambar.Jemarinya berhenti di sebuah gambar yang menunjukkan Rena tengah memeluk buah hati mereka. Ia mengusap foto itu dengan lembut.Ponsel yang lain berbunyi. Anak buah Joshua melapor, "Tuan, baru saja hujan lebat di titik koordinat. Helikopter tidak bisa mengudara malam ini. Jalur laut juga sepertinya akan lebih sulit dilalui.""Segera hubungi aku kalau cuaca di sana sudah membaik.""Baik, Tuan."Joshua membuka pesan baru dari Rena.[Ethan sudah tidur lelap, Liam. Panasnya sedikit turun. Felix baru saja memberinya obat. Jangan khawatir, keponakanmu baik-baik saja.]Rena mengirim pesan lainnya. Video singkat yang menunjukkan Felix tengah menepuk lembut bayi kecilnya, darah daging yang selama ini tidak ia ketahui keberadaannya.Bukan, lebih tepatnya, ia tak mau mendengar penjelasan Rena. Sampai ia tak mengakui darah dagingnya sendiri. Ia termakan bualan Billy Vol
Listrik seluruh pulau mati. Seakan-akan pulau itu tak berpenghuni. Angin semakin kencang, gemuruh bagai genderang perang, tak luput dari kilatan petir yang menyambar.Rena memeluk Ethan agar bayinya tak terbangun. Untung saja Felix tidur di sofa kamarnya. Menjaga mereka berdua.Ethan menangis kecil. Rena menepuk-nepuk bayi itu sampai kembali tidur. Rena lega, demam Ethan sudah menurun drastis. Meskipun masih terasa sedikit hangat dari suhu tubuh normal.Walaupun sudah tengah hari, langit masih gelap. Hujan tak juga reda. Felix pun masih tidur pulas.Rena berjingkit-jingkit agar tak membangunkan Ethan dan Felix. Sebelum ia menyiapkan makanan, Padma yang jarang memasak itu telah membuat hidangan lengkap."Tumben, Kak.""Dibantu Rio, Ren. Dia pintar masak. Selama Ethan belum sembuh, biar kami berdua yang mengurus rumah.""Terima kasih, Kak.""Bangunin Dokter Felix, Ren. Ajak makan bareng sekalian.""Biarin sampai bangun sendiri saja, Kak. Dia begadang semalaman. Kasihan."Padma mengikik
"Gimana? Kamu suka, bukan?"Rena melihat tulisan itu sekali lagi. Kalau kalau ia salah membacanya.Sayangnya tidak! Rena tak salah membacanya!Nama Ethan Samudra di akte kelahiran itu berubah menjadi Ethan Samudra Volker. Dan di bagian nama ayah, telah terisi dengan Billy Volker.Kepala Rena berdenyut-denyut. "Bukankah ini keterlaluan?""Kamu nggak suka?" Billy menghela nafas. "Jangan kekanak-kanakan, Sayang. Kamu nggak boleh memperlihatkan akte orang tua tunggal kepada Ethan. Pikirkan perasaannya nanti!""Itu bukan urusanmu, Bill! Dia anakku!""Dan juga anakku!""Kamu gila, Billy Volker!" pekik Rena.Walaupun tak terlihat, Billy sebenarnya sakit hati, sedih dan marah. Awalnya, ia pikir akan mudah menerima Rena dan bayinya. Tak jadi masalah meskipun Ethan bukan anak kandungnya.Ketika menjemput Rena pun, Billy langsung meraih bayi mungil yang masih terbuai mimpi indah itu. Menjaga Ethan dari percikan air hujan yang masuk dari sela payung.Namun kasih sayang itu tiba-tiba memudar ketik
"Aku mohon, Billy. Jangan melakukan ini padaku." Rena memohon."Dadaku semakin bertambah sakit setiap harinya, Sayang. Aku hanya ingin kamu menyembuhkanku.""Bukan seperti ini caranya. Aku mohon, Bill."Rena memberontak mencari celah. Tapi Billy terlalu kuat. Billy telah bertekad untuk mendapatkannya saat ini juga dan tak bisa dihentikan lagi.Bahkan Billy tak sadar dengan keributan di luar sana. Ketika anak buahnya kewalahan menghadapi bawahan Joshua yang dua kali lipat lebih banyak jumlahnya.Joshua mendobrak pintu depan. Mencari di setiap ruangan. Ia tak mendengar suara-suara yang dibuat Rena dan Billy karena mereka berada di dalam kamar kedap suara.Satu pintu terbuka dengan mudah. Joshua mendekati bayinya. Dengan tangan yang bergetar, ia memberanikan diri untuk menyentuh wajah mungilnya."Ethan," bisiknya.Ethan membuka sedikit mata kemudian mengerjap perlahan. Dua pasang bola mata berwarna sama itu kini saling menatap dalam diam. Ethan lalu tersenyum pada ayah yang baru pertama
Rena merasa hangat di punggungnya. Rasa nyaman yang telah lama tak ia rasakan. Meskipun masih setengah tidur, ia yakin Joshua tengah memeluk dirinya."Maaf, Rena. Aku seharusnya mempercayaimu," bisik Joshua.Joshua membelai rambut dan mengecup bahunya berulang kali. Membangkitkan hasrat yang lama ia pendam. Tapi Rena tetap pura-pura tidur.Rena tak ingin Joshua dengan mudahnya kembali setelah apa yang telah pria itu lakukan di belakangnya. Sementara ia dan Ethan kesusahan sendirian selama ini."Bangun, Rena. Ayo kita bicara sebentar."Joshua membelai perut Rena. Hampir saja membuatnya mengikik geli.Mendadak Joshua berpindah ke depan. Tangan pria itu dengan tak tahu malunya menaikkan kaos Rena. "Kenapa dia selalu berbuat nakal waktu aku tidur!" teriak Rena dalam hati.Rena ingin bangun tapi masih belum mau bicara dengan Joshua. Ia pun terpaksa membuka mata ketika Joshua berusaha membuka kaitan dalamannya."Mau apa kamu?" hardik Rena."Oh, aku pikir kamu masih tidur," jawab Joshua den
"Lita, jangan menggangguku bekerja.""Oh, ayolah, sudah dua minggu Bapak nggak ikut acara karyawan. Kita kangen sama Bapak.""Turun dari mejaku kalau masih mau bekerja di sini, Lita." Joshua mengancam dengan nada lembut.Lita buru-buru berdiri dan mencari tempat duduk di depan Joshua. Ia tahu, semakin pelan dan lembut Joshua bicara maka semakin serius dirinya.Joshua sendiri jengah dengan sikap para karyawan wanita yang semakin kurang ajar. Namun itu semua salahnya sendiri yang menggoda mereka satu persatu di pesta mingguan para karyawan."Aku akan menghapus kegiatan itu segera," batin Joshua.Alexa membuka pintu dengan kasar. Lita pun segera keluar karena tahu Alexa yang posisinya lebih tinggi akan merundungnya kalau ketahuan menggoda Joshua."Nih, berkas dari Papamu!" Alexa melempar tumpukan berkas di atas meja sambil mengerucutkan bibir."Oke, terima kasih."Alexa tetap diam sambil berkacak pinggang. Joshua tak bisa mengusir Alexa seperti Lita
"Seminggu lagi Kakek Oliver mau mengadakan pesta syukuran Ethan, Rena. Kamu sudah menulis semua yang harus dipersiapkan?""Sudah, Ma," jawab Rena lesu, "Aku masuk dulu ya. Selamat malam."Anggota keluarga yang masih di meja makan saling bertanya-tanya. Kebetulan William dan istrinya yang mampir ikut makan malam sudah tahu apa yang dilihat Rena di kantor tadi. Namun mereka tetap bungkam seperti permintaan Rena.Joshua yang tak tahu menahu menyusul Rena ke kamar. "Rena, kamu kenapa? Ada yang sakit?""Jangan berisik, Ethan sudah tidur."Joshua mematikan lampu kamar lalu pergi. Rena semakin kesal dengan sikap Joshua.Akhirnya Rena bangkit lalu menuju kamar Joshua. Tanpa mengetuk, ia membuka pintu lebar-lebar.Joshua tiduran bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek. Pria itu tengah bersantai-santai melihat ponselnya. Entah apa yang dilihat Joshua sampai tersenyum-senyum sendiri."Rena? Ada apa?" tanya Joshua tanpa beranjak dari tempatnya."Sed
"Nggak tahu sejak kapan aku selalu memikirkanmu. Rasa itu semakin besar setiap kali bersamamu. Dan sejak malam pertama kita, aku sangat yakin dengan perasaanku sendiri.""Kenapa baru bilang?" Rena mengecup jemari suaminya."Itu karena kamu.""Kenapa jadi nyalahin aku?"Joshua menyisir rambut Rena sehingga menampilkan leher jenjang wanita itu. Ia pun mengecupnya dalam."Karena kamu nggak mengingat malam pertama kita.""Siapa bilang aku nggak ingat? Aku ingat setiap detailnya kok." Rena terkekeh-kekeh.Joshua membalik Rena sampai menghadapnya. "Lalu kenapa tiap hari kamu tanya terus?" Ia mencubit gemas pipi istrinya."Kamu sendiri kenapa nggak mau jawab dan malah kabur?""Aku malu, Rena! Itu yang pertama untukku. Aku jadi nggak tahu harus gimana. Kalau aku jawab nanti aku jadi ingin lagi! Sedangkan kamu pelit sekali!""Hahaha. Bohong, nggak mungkin itu pertama kalinya kamu...""Serius. Aku baru sekali itu sama kamu. Ah, bukan, kita melakukannya berkali-kali. Pertama kali maksudku." Josh
"Nggak... Itu nggak mungkin.""Apanya yang nggak mungkin? Kenapa kamu ke sini?""Aku pikir ada masalah karena Billy meliburkan semua orang. Ternyata bukan hanya masalah. Tetapi masalah besar!" Kilatan di mata Aurora berubah. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu situasi."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" Billy muncul dari pintu."Kamu juga ada di sini? Jangan bilang... Kamu nggak mengejar Rena lagi karena...." Aurora kehilangan kata-kata."Apa yang mau Mama katakan?""Nggak, itu nggak mungkin." Aurora menggeleng-geleng tak percaya.Ingatan Aurora kembali ke malam itu. Ketika ia menemui Widya untuk mengatakan jika ia telah memenangkan David.Widya tengah menunggu di seberang jalan stasiun yang saat itu belum begitu ramai. Wanita itu terkejut melihatnya alih-alih David yang telah lama dinanti."Mau apa kamu ke sini, Aurora?""Untuk membayar kesalahan suamiku padamu.""Apa maksudmu?""David nggak akan pernah kembali padamu, Widya. Dia nggak akan mau meninggalkan semua fasilitas yang ia milik
Rena gemetaran dalam dekapan Joshua di sampingnya. Ia takut menunggu reaksi ayah kandungnya.David hanya membuka mulut tak begitu percaya kata-kata Billy. Kemudian Billy menyodorkan hasil tes DNA yang diberikan Oliver saat di pulau waktu itu.Semua orang bisa tahu, Billy lah yang meremas-remas kertas itu sampai kusut dan sobek di beberapa bagian. Untungnya, hasil tes DNA masih bisa terbaca.Probabilitas David Ethan sebagai ayah biologis dari Renata Cahyani adalah 99,999%."A-apakah ini nyata?" David berdiri sambil memandangi Rena."Si tua Oliver itu yang melakukan tes DNA diam-diam. Nggak tahu dapat sampel dari mana."Air mata David kembali meleleh. "Kamu... Rena... Kamu anakku dan Widya? Oh Tuhan, ini pasti keajaiban!" David bersimpuh seperti orang yang sedang berdoa.Reaksi David membuat hati Rena bergejolak. Ia menyembunyikan wajah ke dalam jaket suaminya. Ada rasa senang sekaligus malu."Jadi... Bayi ini cucuku?""Iya, Pa. Tadinya dia akan menjadi anak tiriku, ternyata malah jadi
"Papa menyesal selama ini hanya diam saja, sedangkan papa tahu semua perbuatan burukmu." Mata David berkaca-kaca. "Papa merasa gagal sebagai seorang ayah. Maafkan papa, Bill."Mulut Billy sedikit terbuka, hampir mengucap sesuatu. Tapi David lebih cepat memotongnya."Papa tahu perbuatanmu dan Aurora demi untuk mendapatkan keinginan kalian. Tapi ini nggak benar, Billy. Belum ada sejarahnya seorang pria di keluarga kita menjadi suami kedua."Billy terkekeh-kekeh. "Aku hampir tergoda dengan usulmu, Pa.""Maaf, mengecewakan, Om. Tapi saya nggak akan pernah rela membagi istri saya dengan lelaki lain," tegas Joshua."Lalu..."Rena segera memotongnya, "Mari kita selesaikan makanannya dulu. Setelah ini baru bicara."Tiga puluh menit kemudian, di atas meja makan hanya tersisa minuman. Tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan.Suara khas bayi milik Ethan dari dalam kereta dorong bayi memecah keheningan. Joshua menirukan suara anaknya. Lagi-lagi sibuk memeriksa gigi Ethan dan tak m
Joshua mencengkeram kemudi dengan erat ketika melihat istrinya memeluk pria lain. Meskipun tahu siapa Billy bagi istrinya."Ah, bikin nggak tenang."Joshua membanting pintu mobil dengan kencang. Ia pun berjalan menghampiri mereka berdua yang tak sadar oleh kehadirannya.Setelah mendengar pengakuan Billy dan Rena, Joshua mundur teratur agar tak ketahuan mencuri dengar. Ia menyesal sudah marah-marah dan curiga berlebihan."Mereka lagi shooting sinetron? Mantan pacarku tercinta ternyata anak kandung Papaku?" Joshua terkekeh oleh leluconnya sendiri."Itu sama sekali nggak lucu, Josh! Istrimu sedang sedih!" Ia membentak dirinya sendiri.Sementara itu, Rena tengah menyeka air mata Billy. "Sudah, jangan menangis lagi.""Apa yang kamu inginkan sekarang, Rena?""Maksudmu? Tentang apa?""Mamaku. Dia yang sudah...""Aku nggak tahu, Bill. Aku marah sekali waktu tahu ibuku meninggal karena mamamu. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya dan memanggilnya ibu." Rena kembali terisak."Katanya janga
Tangan Rena bergetar hebat dan hampir menjatuhkan satu ikat kertas di tangannya. Joshua sigap menggenggam kedua tangan istrinya."I- ini... I -ini pasti salah. Nggak mungkin mereka orang tuaku, Josh!""Shhh, shhh... Mau dibaca dulu keterangan di belakangnya? Haruskah aku yang membacakannya untukmu?"Rena mengangguk.Joshua mengambil kertas itu dengan posisi duduk yang masih sama. Membalik foto pernikahan Aurora dan David, lalu mulai membaca isi dalam dokumen itu."Nama ayah kandungmu David Ethan dan nama ibumu Widya Cahyani."Rena membungkam mulut dengan kedua tangannya sendiri. "Apa ibuku...." Rena terisak."25 tahun yang lalu, David melayangkan gugatan perceraian kepada Aurora. Karena David mengetahui perselingkuhan Aurora dengan..." Joshua tiba-tiba mengumpat."Dengan siapa, Josh?""Aditya Wijaya, ayah Gladis."Rena menatap sang suami tak percaya."Sejak itu, David sering tak pulang. Dia bahkan membeli rumah sendiri. Dan selama satu tahun, David diam-diam berhubungan dengan Widya,
Di ruang keluarga Gavin, para anggota keluarga masih berbincang-bincang. Kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tak terduga."Aurora Volker! Bagaimana dia bisa masuk ke sini?!" Teriak James."Aku nggak pernah mengundangmu ke rumahku, Nyonya Volker," kata Peter."Aku yang menyuruhnya datang!" Seruan Oliver membuat semua orang terdiam. "Ikut aku, Nyonya Volker."Aurora membuntuti Oliver ke arah ruang kerja Peter. Wanita itu sama sekali tak memandang satu pun anggota keluarga Gavin yang lain. Jika bukan karena Oliver memiliki kartunya, mana sudi ia menginjakkan kaki di tempat ini."Langsung saja, katakan apa yang ingin Anda sampaikan," kata Aurora dengan sikap menantang."Kamu memang Volker sejati. Nggak terlihat gentar walaupun dalam hati ketakutan." Oliver terkekeh-kekeh."Aku sibuk, Tuan Besar Gavin. Kalau hanya mau basa basi, bilang saja ke sekretarisku.""Baik, baik." Oliver duduk berhadapan dengan Aurora. "Aku sudah memberi tahu Billy Volker tentang rahasiamu.""
Meskipun hari mulai gelap, para tamu masih memenuhi hotel. Tempat acara diperluas sampai ke dalam karena semakin banyak tamu yang datang. Sebab beberapa orang mendapat undangan di jam yang berbeda.Di sebuah layar di dalam hotel, rekaman Joshua dan Rena tadi diputar berulang-ulang. Orang yang baru datang pun bisa tahu acara yang sesungguhnya bukan hanya ulang tahun perusahaan.Rena dan Joshua duduk di sofa paling depan. Memberi salam dan berjabat tangan dengan para tamu silih berganti. Seperti pengantin baru pada umumnya.Kelompok yang pernah bertemu Rena di bar dulu ikut bergabung. Berfoto-foto lalu mengobrol seru."Ya ampun, aku nggak pernah menyangka kamu mau sama dia, Ren!""Iya, astaga! Kasihan sekali hidupmu!""Kalian mau dipecat, hah?!" Sentak Joshua.Para pria dan wanita itu cukup dekat dan terbiasa bersikap kurang ajar pada atasannya di luar kantor. Tapi mereka cukup sopan dan tahu posisi masing-masing saat bekerja.Mereka terus saja menggoda Joshua sampai wajah suami Rena it
Seminggu berlalu, pesta pun tiba. Hari ini tepat satu tahun ulang tahun pernikahan Rena dan Joshua. Sekaligus merayakan kelahiran Ethan meskipun telah 3 bulan berlalu.Acara diselenggarakan di halaman belakang Hotel Gavin sore ini. Para tamu undangan telah memenuhi area hotel.Oliver dan para tetua Gavin yang memasuki area diiringi tepuk tangan para undangan. Banyak karyawan yang belum tahu sosok Oliver Gavin itu. Sebab Oliver jarang sekali keluar pulau."Wah, kakeknya Pak Josh tampan sekali," ujar Cynthia."Betul... betul... Aku mau tuh jadi istri kedua," tukas wanita lainnya."Itu Alexa ada di belakang mereka. Dengar-dengar acara ini juga untuk merayakan pesta cucunya. Jangan-jangan beneran tuh Pak Josh mau menikah dengan Alexa."Sabrina mengerutkan kening tak suka. "Aku nggak pernah dengar tuh. Lagi pula di undangan cuma merayakan hari jadi Gavin Corp saja. Jangan banyak gosip kalian!""Eciee, yang tiap hari masakin calon suami," goda Ririn, teman Sabrina.Karyawati di Gavin Corp t
"Kamu mau bilang dia istrimu?""Siapa lagi kalau bukan dia?""Jangan gila, Josh! Tadi bilang kalau kamu tahu aku mau ke sini, bukan?""Aku bilang, mungkin tahu tujuanmu ke sini. Mana aku tahu kamu mau datang.""Nggak, nggak. Aku yakin kamu tahu. Lalu kamu mau membuatku cemburu dengan pura-pura tidur dengan perempuan ini, bukan?"Joshua menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia sudah berusaha menjelaskan sebaik mungkin tapi lawan bicaranya tak juga mengerti."Jawab, Josh!""Kamu tunggu di luar saja. Aku mau pakai baju dulu."Alexa menangis tapi Ethan menangis lebih keras. "B- bayi siapa itu?""Itu anakku, Lexa."Rena membuai tempat tidur Ethan tapi ia terus menangis keras. Disusui pun tak mau.Rena bisa melihat Alexa terus menangis sambil menatap dirinya. Ia pun menuju ke arahnya. Memamerkan muka Ethan agar Alexa tahu bahwa Joshua tak bohong. Alexa menyumpal mulutnya ketika menatap Ethan."Gendong dia, Josh. Aku pusing," perintah Rena."Sebentar, Mamah. Aku pakai baju dulu." Joshua