Esok harinya Satria dan Nekora sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Kota Lunar. Petugas penginapan bahkan heran sebab masa sewa kamar Satria masih tersisa dua hari lagi. Tapi Satria bilang bahwa dia tetap akan pergi dan penginapan tidak perlu mengembalikan uangnya, Satria rasa uang sebesar itu tidaklah apa, toh itu juga pilihannya sendiri yang pergi saat masa sewanya masih ada.
Satria membawa Nekora ke sebuah toko pakaian untuk membelikannya pakaian baru dengan sisa uangnya kini. Awalnya Nekora sempat ragu karena tidak enak jika merepotkan Satria, namun Satria bilang dia tidak mau kalau Nekora dianggap sebagai budaknya. Nekora akhirnya mau menuruti perkataannya.
Setelah selesai barulah Satria pergi ke toko Rubx melalui jalan yang kemarin dia lewati. Ternyata hari itu anak laki-laki yang kemarin dia temui di jalanan kini sudah tidak ada di tempatnya. Satria pikir mungkin kalau siang hari dia bekerja di tempat lain. Saat sampai di toko Rubx t
Bandit lancer langsung menusukan tombaknya mengincar dada Satria, tapi dengan cepat dia langsung menghindar dan melompat ke belakang menjauhi kereta kuda tempat Nekora berada. Bandit yang memegang kapak langsung maju melesat dan mengayunkan kapaknya sekuat tenaga, Satria langsung menangkisnya dengan bilah tombak di tangannya.Percikan api tampak muncul saat kapak itu menghantam tombak hitam yang dipegang Satria. Bandit lancer langsung melompat dari balik tubuh bandit yang membawa kapak, dia dengan cepat mengarahkan tombaknya kepada Satria.“Matilah!” teriak bandit lancer sambil melemparkan tombaknya melesat menuju Satria.Tapi Satria langsung memutarkan tangannya di tombak yang dia pegang, tombaknya langsung ikut berputar hingga kapak bandit yang masih menekan juga terpental. Tombak di tangan Satria berputar cepat tepat saat tombak yang dilemparkan lawannya datang.‘Trang’
“Spring slash!” teriak bandit swordman sambil menebaskan pedangnya yang diselimuti oleh cahaya berwarna hijau.Seketika itu juga riuh angin bergemuruh membentuk tekanan udara yang memadat serta melesat menuju ke arah Satria yang masih melayang jatuh dari udara. Seketika itu juga Satria memutarkan tongkatnya ke belakang punggung lalu tiba-tiba saja tongkat hitam yang dipegang Satria langsung diselimuti oleh sinar gradasi berwarna merah membara.“Flame..” teriak Satria. Api langsung membara menyelimuti tongkat hitam yang dipegang oleh Satria, riuh angin langsung bergemuruh seakan udara berguncang. Tanah terasa mulai bergetar membuat para bandit panik.“Clash!” sambung Satria sembari menghantamkan tongkatnya mengarah kepada tebasan jarak jauh yang datang kearahnya.‘Bbbhhhaaammmrrr’Suara dentuman keras langsung terdengar saat tongkat
Suara dentuman dahsyat langsung terdengar saat serangan para bandit menghantam hujan anak panah petir, api dan es yang Satria lepaskan. Letupan-letupan hebat terlihat jelas di udara seiring dengan gemuruh guntur yang terus bertiup. Riuh angin yang bertiup terasa begitu kencang hingga bergemuruh bagaikan ombak di lautan.Tanah yang mereka pijak terasa bergetar terlebih setelah Satria menggunakan skill archer Darkest Nightmare miliknya. sihir tingkat empat yang digunakan para wizard bandit hanya mampu meredam sampai hujan anak panah es yang turun dari langit. Tebasan api membara yang tadi dilesatkan oleh bandit swordman langsung melesat menuju ke panah hitam mengerikan yang meluncur ke bawah.‘Ddddhhhhoooommmrrrrr’Ledakan sangat keras bisa terdengar jelas, kuda-kuda yang sejak tadi diam saja langsung riuh bersuara karena terkejut. Semua orang yang ada di sana langsung menutup telinganya dan memejamkan mata, sejenak tanah terasa bergu
Setelah Satria ambruk ke tanah tiba-tiba saja bayangan seorang pria langsung muncul dari balik batu. Memakai jubah khas sorcerer dan membawa tongkat sihir dengan Kristal merah di atasnya. Seringai puas terlihat jelas dari wajahnya sambil menatap Satria yang terduduk di tanah bersama para petualang dan penumpang lainnya.“Tuan!” tiba-tiba saja Nekora berteriak dan keluar dari kereta kudanya untuk menghampiri Satria.“Absolute fear aura!” ucap pria tersebut sambil menghantamkan tongkat sihirnya ke tanah. Saat itu juga Nekora dan beberapa penumpang lainnya yang ada di dalam kereta langsung ambruk lemas tak berdaya.“Hahaha… tadinya aku sempat khawatir kau akan bisa menangkalnya tapi ternyata di tempat ini tidak ada yang jauh lebih kuat dariku!” ucap pria tersebut sambil tertawa puas. Sementara Satria terus menatapnya dengan tajam.“Siapa kau?” tanya Satria sambil terbata-bata.
“Flame!” ucap Borox sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke bawah.“Burst!” kata Satria seraya menggerakan tongkatnya mengarah kepada Borox.Saat itu juga udara di sekitar Borox terasa sangat panas, di atasnya langsung tercipta kobaran api yang membara dan melesat menuju Satria bagaikan ombak di lautan yang bergulung-gulung memancarkan cahaya gradasi merah membara.Sementara itu udara di sekitar Satria terasa sedingin es, titik-titik es muncul di udara di sekitar tempat mereka berdua berdiri. Saat itulah Borox terkejut dan baru sadar kalau sihir yang akan digunakan oleh Satria adalah sihir tingkat ketujuh. Dia benar-benar bingung bagaimana seorang swordman bisa menggunakan sihir setinggi itu.‘Bbbhhhooommrrr’Suara dentuman dahsyat terdengar saat sihir tingkat tujuh Satria menghantam sihir tingkat enam yang digunakan oleh Borox. Kini tanah langsung berguncang hebat, bongkahan-bongkaha
“Eh? Apa tuan serius?” tanya Lixia.“Ya. Meskipun mungkin penyelesaiannya akan membutuhkan waktu lama. Tapi itu akan menjadi awal jalan bagi kita,” jawab Satria sambil mengeluarkan uang 600 koin emas yang sudah dia siapkan.“Kalian bisa memberikan ini kepada rentenir, untuk masalah renovasi aku akan menjelaskannya lagi nanti sebab kita membutuhkan tempat tinggal sementara selagi tempat ini direnovasi. Aku akan menemui Alexa dan Trixi di gedung asosiasi petualang, aku titip Nekora di sini dulu,” kata Satria.“Oh iya tuan. Apa tuan tidak mau melihat pisau yang sedang aku tempa?” tamua Lixia dengan berbinar-binar.“Oh taring yang aku berikan waktu itu ya, baiklah. Aku juga sudah penasaran sampai sejauh mana kamu bisa mengolahnya,” kata Satria seraya berjalan menuju tempat menempat.Lixia langsung menunjukan taring Leviathan yang sudah dia tempa meskipun baru sete
Setelah berbincang agak lama dengan Alexa tiba-tiba saja di lantai bawah terdengar suara keributan. Satria dan Alexa langsung melihat ke bawah, ternyata ada beberapa petualang demi human yang sedang ribut dengan petualang manusia di sana. Para petugas asosiasi terlihat kerepotan untuk melerainya, mereka terdengar memperebutkan quest yang akan mereka ambil.Barulah setelah petugas asosiasi mengancam mereka dengan sanksi akhirnya pertengkaran itu berhasil dihentikan. Satria dan Alexa kembali duduk di kursinya, saat itulah Alexa baru ingat kalau kartu petualang milik Satria sudah ada padanya. Dia buru-buru kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil kartu tersebut.“Maaf Satria, aku baru ingat kalau kartumu sudah ada padaku,” ucap Alexa sambil menyerahkan kartu petualang milik Satria.“Terima kasih, kalau begitu aku mau pamit dahulu. Nanti kalau ada kabar tentang rumah yang mau dijual itu beritahu saja ya,” tukas Satria.
Esok paginya Satria, Nekora, Lixia dan Miria sarapan bersama dengan makanan yang dimasak oleh Miria. Karena Satria merasa tidak enak akhirnya dia memberikan uang 40 koin emas untuk makan mereka selama sebulan. Sebenarnya Miria menolaknya, tapi Satria tetap membujuknya hingga dia mau menerimanya.Sesuai rencananya, setelah Satria sarapan dia meminta Nekora untuk membantu Lixia dan Miria di toko ataupun di rumahnya. Satria juga memberikan Nekora uang sebagai imbalannya bekerja, setelah itu Satria langsung buru-buru keluar dari kediaman Lixia untuk memulai rencananya.Satria berjalan menuju ke tempat yang sepi dan menggunakan job class ranger agar bisa mendeteksi keberadaan orang di sekitarnya. Setelah dirasa tidak ada orang yang melihatnya dia langsung mengganti pakaiannya dengan perlengkapan yang ada di slot tas miliknya. Dia memakai armor swordman yang menutupi seluruh tubuhnya, kualitasnya juga sengaja dia pilih yang SR agar lebih meyakinkan.
Selamat sore sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Hari ini novel Solo vs Squad (season 1) sudah tamat dan akan dilanjutkan ke season kedua. Perjalanan Satria di dunia game Mythical World RPG sudah mencapai setengahnya, petualangan, pengorbanan dan perjuangan yang dia lakukan saya harap berkesan bagi sobat semuanya. Novel ini hanyalah fiksi belaka, andaikan ada kesamaan nama tempat, tokoh dan yang lainnya itu hanya kebetulan semata. Saya harap ada hal-hal baik dari novel ini yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran, adapun hal-hal buruknya cukup kita jadikan pengetahuan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena di dalam novel ini masih banyak kekurangan, terutama kesalahan dalam penulisan atau kata yang diulang-ulang. Pengetahuan saya dalam dunia literasi belumlah seberapa, saya akan belajar lebih banyak lagi agar bisa membuat novel yang lebih baik lagi. Sekali lagi saya mohon maaf kepada sobat pembaca semuanya
Esok harinya setelah mereka bangun, mereka kembali bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang. Tapi sebelum itu mereka untuk pertama kalinya memasak dulu di dalam dungeon untuk sarapan. Sebab makanan yang sudah masak dibekal Satria juga sudah habis, kini hanya makanan mentah saja yang dibawa oleh Satria.Sebagai pengamanan, Satria memanggil dua archangel untuk menghabisi monster yang menghalangi jalan mereka. Setelah persiapan mereka selesai, barulah mereka melangkahkan kakinya keluar dari lantai 70. Raut wajah mereka semua terlihat cerah karena mereka akhirnya bisa pulang dari sarang monster mengerikan itu. Tadinya Satria berniat menggunakan item gate of teleportation, tapi ternyata item tersebut tidak bisa digunakan di dalam dungeon, jadi mau tidak mau mereka harus kembali berjalan kaki untuk keluar dari sana.“Oh iya, sekarang aku ingin tahu seberapa jauh level kalian meningkat,” tutur Satria seraya berjalan paling depan.&ld
“Kelihatannya Noir telah menyelamatkan nyawa kalian semua,” sambung Satria.“Ya. Dia merespon dengan cepat saat melihat pergerakan Pixie yang mencoba menggunakan skill healingnya, dia menggunakan skill khususnya untuk memaksa kami tiarap ke tanah yang telah menyebar dari skill gnome sebelumnya,” tutur Alexa.“Sekilas aku melihat dia telah putus asa mengingat kau terkena serangan telak dari Glace, tapi saat melihat seranganmu yang mengalihkan perhatian Glace tampaknya dia kembali punya harapan,” sambung Alexa.“Ya. Kelihatannya orang yang paling berjasa kali ini adalah Noir, tanpa ragu dia bahkan menggunakan skill ultimatenya untuk menjauhkan Glace dariku. Di saat yang bersamaan dia juga memecahkan healing potion menggunakan skillnya itu hingga bisa memulihkanku, aku tidak menyangka jika di situasi saat itu dia masih kepikiran rencana secerdik itu,” timpal Satria.“Kita benar-ben
Saat itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria bersamaan dengan bergetarnya permukaan es, mendadak saja pusaran api besar muncul mengelilingi tubuh Satria serta membakar habis akar-akar pohon besar yang ada di sekitarnya. Kini dengan jelas dia bisa melihat sosok Glace yang masih menapak di atap lantai dungeon.‘Beukh’Tiba-tiba saja tubuh Satria sudah ada di hadapan Glace menggunakan skill assassin miliknya meski tanpa mengubah job classnya dulu. Tinju tangan kanan Satria dengan telak menghantam tubuh Glace hingga dia terpental menghantam permukaan es hingga terdengar benturan yang amat keras. Satria segera menggenggam lagi invisible saber di tangan kanannya.“Top tier magic: thunder spear!”“Dimensional slash!” teriak Satria menggunakan dua skill serangan level 70 dari dua job class yang berbeda sekaligus.Tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh
Tubuh Satria tampak tergeletak tak berdaya di tengah-tengah kabut putih yang mengepul di cekungan permukaan es, darah tampak menetes dari luka di kepala dan tubuhnya. Seluruh armor hitam terkuatnya kini telah hancur berkeping-keping karena skill serangan milik Glace. Andaikan saja dia tadi tidak mengendalikan Pixie dari kejauhan untuk memberikan bantuan sihir healing dan penguat tubuh kepada tubuhnya, mungkin kini dia sudah tewas.“Kelihatannya aku masih selamat,” batin Satria saat samar-samar tatapannya yang kabur masih bisa melihat kabut putih tebal di sekitarnya. Tampaknya hanya mata kanannya saja yang masih bisa melihat agak baik, mata kirinya sendiri serasa begitu perih dan rasanya ada darah terus keluar dari luka di mata kirinya itu.“Tapi, kenapa sihir Pixie berhenti secara tiba-tiba?” gumam Satria seraya berusaha bangkit dengan nafas yang terengah-engah, tubuhnya kini serasa dipenuhi oleh rasa sakit. Jika orang biasa pasti su
“Kelihatannya aku harus mencoba beberapa rencana, meskipun resikonya serangan itu tidak akan berdampak lagi kepada Glace saat dia menggunakan skill ultimatenya nanti,” pikir Satria sembari mencabut invisible saber yang dia selipkan di pinggangnya.Melihat serangan cepat datang menuju ke arahnya, Glace kali ini dengan cepat menghindar hingga tubuhnya lenyap dari pandangan Satria. Tapi Satria segera tersenyum dan merubah job classnya menjadi seorang guardian, dengan cepat dia menggunakan skill tebasan angin untuk membelokan serangan gabungan salamander dan sylph yang malah menuju ke arahnya hingga berbelok menuju ke arah lintasan pergerakan Glace.‘Wwrrrr’‘Dhhaaaammrrr’Lagi-lagi serangan gabungan itu menghantam tubuh Glace yang segera merespon dengan skill assassin miliknya untuk menahan serangan yang datang. Satria sekencang mungkin berteriak memanggil nama archer Heptagram agar dia menjalankan
Rasanya memang lebih gampang menghadapi Skorpius, sebab meski levelnya 90 di atasnya, tapi dia adalah petarung jarak jauh dengan kecepatan lambat dan sangat mudah dihadapi oleh petarung jarak dengan dengan kecepatan tinggi. Sementara Glace merupakan petarung jarak dekat dengan job class yang memiliki kecepatan tertinggi diantara yang lainnya yakni assassin.“Untuk mengimbangi kecepatannya, aku harus memusatkan semua statistic di kecepatan. Tapi itu malah akan membahayakan diriku jika dia berhasil mendaratkan serangannya,” pikir Satria seraya melompat mundur lagi setelah beradu serangan. Pisau dari dreamer’s weapon miliknya segera dia selipkan di pinggangnya, dia kemudian mengeluarkan dua pisau yang sudah di enchant dengan elemen petir.“Kelihatannya aku memang memerlukan bantuan saat ini,” gumam Satria sembari menggenggam erat pisaunya. Saat itu juga salamander dan sylph yang ada di dekat rekan rekannya kini mulai bergerak mend
Satria dengan lihai meladeni setiap serangan yang dilakukan oleh kelelawar salju raksasa tersebut, pisau hitam yang dipegangnya tampak terus dia ayunkan dengan cepat meladeni setiap serangan dari kuku Glace de Rouge. Alexa dan yang lainnya memang tidak bisa melihat pergerakan cepat mereka secara langsung, namun jejak benturan serangan mereka masih tetap bisa mereka lihat dan dengar.“Kita harus cepat menghabisi setiap golem es yang ada di sini!” perintah Alexa. Saat itu juga rekan-rekannya yang lain segera bergegas menyerang semua golem es yang mendekat. Undead, archangel dan roh elemental yang dipanggil Satria juga ikut membantu setiap serangan yang mereka lakukan.Mereka tidak berani berjauhan sesuai arahan dari Satria, sebab mereka harus tetap saling melindungi dan jika dibutuhkan mereka akan segera melakukan serangan yang direncanakan oleh Satria. Lantai 70 Dungeon Luxurie seketika ramai oleh suara benturan hebat dan dentuman keras saat pert
“Tapi entah mengapa firasatku mengatakan jika aku akan menemukan jawabannya di dungeon ini. Terlebih setelah aku mendapatkan buku skill yang sebelumnya tidak pernah ada, aku yakin di dungeon ini menyimpan banyak jawaban dari pertanyaan yang belum bisa aku jawab selama ini,” gumam Satria sembari menggenggam erat senapan hitam di tangannya.“Sorcerer,” ucap Satria mengubah job classnya, saat itu juga senapan hitam di tangannya berubah bentuk menjadi tongkat sihir dengan Kristal hitam di atasnya.“Summon: undead king thunderia!”“Summon: undead king airia!”“Summon: undead king wateria!”“Summon: undead king fireia!”“Summon: undead king earthia!” ucap Satria menggunakan skill lima skill summon undead level 70 sekaligus.Seketika itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria, aura hitam mulai