“Assasins,” ucap Satria.
Sesaat sebelum asap ungu itu mengenai dirinya mendadak saja tubuh Satria lenyap saking cepatnya dia bergerak, namun Leviathan yang memiliki level 60 tampaknya masih bisa sedikit mengikuti pergerakannya. Dia langsung menggerakan mulutnya agar asap beracun yang keluar mengikuti Satria.
Tapi kecepatan Satria kini sudah lebih tinggi daripada saat dalam job class fighter, Satria langsung melesat ke belakang Leviathan dan melemparkan sebuah batang pohon yang tumbang. Tapi Leviathan dengan cepat mengibaskan ekornya menghantam batang pohon itu hingga hancur berkeping-keping.
“Dua detik lagi,” ucap Satria sambil kembali berlari menghindari asap beracun. Semua rumput dan batang pohon di sekitarnya langsung meleleh seketika.
“Quick attack!” ucap Satria yang tiba-tiba sudah ada di dekat leher Leviathan tepat setelah asap ungu miliknya berhenti keluar.<
“Aku menyetujuinya,” kata Satria sambil tersenyum.“Gven, apa yang kau lakukan?” tanya wizard.“Sebaiknya kita segera pergi dari sini,” jawab Gven sambil berbalik meninggalkan tempat Satria berada. Sembilan anggota squadnya juga terpaksa berjalan mengikutinya, sebelum pergi tampak mereka memberikan peringatan kepada Satria bahwa mereka tidak akan melupakan kejadian tersebut.“Kelihatannya pria bernama Gven itu adalah yang terkuat dari mereka,” ujar Satria sambil mulai berjalan meninggalkan rawa.“Kelihatannya aku harus bermalam di desa terdekat sebelum kembali ke Kota Lunar,” tambah Satria seraya menghela nafas dalam. Namun hari ini dia benar-benar merasa senang karena bisa bertarung secara nyata dengan salah satu bos lantai Dungeon.Sementara itu Gven dan squadnya terus berjalan menyusuri hutan untuk segera kembali ke K
“Minggu ini adalah waktu terakhir bagi kalian! Ingat itu!” terdengar suara bentakan seorang pria dari dalam toko.“Kelihatannya mereka datang lagi,” bisik seorang pedagang kepada temannya.“Iya, mereka benar-benar malang,” jawab temannya.Perhatian semua orang terus tertuju kepada toko yang gaduh. Saat Satria menatap nama toko itu dia sangat terkejut karena ternyata itu adalah pandai besi yang dia cari di sekitar sana. Perlahan Satria mulai berjalan mendekati toko pandai besi, namun serombongan pria berwajah sangar dan kekar keluar dari pintu sembari marah-marah.“Maaf tuan, kami pasti akan segera membayarnya,” ucap seorang wanita paruh baya sambil menangis, sementara seorang gadis dengan pakaian seperti pria ikut tertunduk bersama wanita tersebut.“Seminggu lagi kami akan ke sini, jika kalian tidak bisa membayarnya maka tuan
“Tapi satu hal yang ingin aku ingatkan kepada kalian. Jangan mengatakan kepada siapapun bahwa kalian sudah menjual toko ini kepadaku, jika ada yang menanyakan darimana kalian mendapatkan uang sebanyak itu katakan saja kalian mendapatkan pinjaman dari rentenir lain, itupun jika kalian sudah tidak bisa menutupinya lagi,” kata Satria.“Baik tuan,” jawab Miria.“Setelah ini aku akan langsung berangkat ke Ibukota. Apa kalian tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Ibukota?” tanya Satria.“Dulu suami saya biasanya tiga hari sampai ke Ibukota jika menggunakan kereta kuda. Tapi jika berjalan kaki akan lebih lama lagi,” jawab Miria.“Oh iya selagi aku pergi, aku ingin kamu memulai pekerjaanmu Lixia. Aku ingin kamu menempanya menjadi pisau, tapi jika ada pelanggan lain maka kerjakanlah milik mereka dahulu,” ucap Satria sambil menyerahka
“Apa kalian tidak melihat pakaianku? Apakah orang berpakaian lusuh seperti ini bisa memiliki banyak uang?” tanya Satria dengan santai.“Memang benar juga,” ujar pria yang tadi mendekati Satria, tatapannya kini tampak mengarah kepada gadis mungil bertelinga kucing.“Dia bohong. Dia punya banyak koin emas,” ucap gadis mungil itu dengan wajah ketakutan.“Wah kamu tahu darimana memangnya? Aku tadi tidak menunjukannya kepadamu loh,” tukas Satria sambil menatap gadis tersebut yang langsung tertunduk.“Hahaha.. kau sekarang tidak bisa berbohong lagi tuan, asal kau tahu penciuman gadis ini sangat tajam. Dia bahkan bisa mencium dan membedakan uang emas, perak dan perunggu. Lagipula jika kau tidak memiliki banyak uang mana mungkin dia membawamu kemari,” ucap pria yang membawa pisau.“Begitu rupanya. Aku akui, saat ini aku ma
“Oh, nanti saya akan mencarinya di dalam Dungeon,” jawab Satria. Di dalam Dungeon memang biasanya semua player kadang bekerjasama untuk menghadapi bos lantai meski mereka dari squad atau guild yang berbeda.“Oh jadi squadmu sudah ada di dalam Dungeon ya,” kata si pria mengambil kesimpulan yang berbeda dengan yang dimaksud oleh Satria.“Kalau begitu kamu sudah bisa memasuki Dungeon, di papan itu ada data tentang bos lantai mana saja yang sudah dikalahkan dan waktu hidunya (respawn) lagi. Bos lantai 10 kira-kira empat jam lagi respawn sedangkan bos lantai 20 dua puluh tiga jam lagi baru respawn,” tutur si wanita sambil menunjuk papan yang menunjukan data bos lantai Dungeon.“Setelah bos lantai dikalahkan kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mereka respawn kembali?” tanya Satria.“Semuanya tergantung level bos lantainya sendiri. Bos lant
Satria terus berjalan hingga akhirnya terowongan yang dia lalui berakhir setelah cukup lama berjalan, kini di depannya terdapat sepuluh pintu gua yang lebih lebar dan tinggi dari pintu masuk Dungeon. Satria hanya tersenyum sejenak karena dia masih ingat betul bahwa lantai 1 sampai lantai 10 Dungeon Luxurie adalah gua-gua besar seperti labirin, hanya ada satu gua yang terdapat jalan untuk ke lantai berikutnya.“Kalau tidak salah di dalam game juga pintu lantai berikutnya itu selalu berubah-ubah setiap waktunya,” gumam Satria sambil menatap tajam kesepuluh pintu gua yang ada di depannya.“Ranger,” ucap Satria mengubah job classnya. Api di tangannya juga langsung lenyap karena dia mengubah job classnya.“Apakah tidak ada satupun petualang yang sedang menjelajahi lantai satu ya?” gumam Satria sambil memfokuskan indera pendengarannya untuk mendengar suara dari semua gua.
Satria berjalan menuju kelima orang yang datang dari belakang monster skeleton raksasa. Dari penampilan dan senjatanya saja Satria langsung bisa menebak job class mereka. Seorang swordman pria yang tadi menghantam tulang skeleton terlihat berjalan menghampiri Satria.“Kami tidak menyangka jika kamu akan bisa mengalahkan skeleton raksasa itu dengan mudah,” ucap pria yang bernama Raven itu.“Lea tadi mendengar suara banyak monster di sini jadi kami kembali untuk mengeceknya,” ucap wania beranama Vi dari penampilannya dia adalah seorang archer.“Iya, aku juga mendengar hanya ada satu orang manusia saja di sini jadi aku meminta mereka kembali untuk menolongmu. Tapi aku tidak menyangka kamu akan mampu mengalahkannya,” timpal gadis bernama Lea dengan job class ranger.“Terima kasih, aku tidak tahu jika ada petualang lain di jalur yang aku ambil ini,” ucap Sat
Satria dan Squad Raven terus berjalan menyusuri jalur gua yang ada di lantai 2 Dungeon Luxurie. Beberapa kali mereka harus balik lagi karena jalur yang mereka pilih ternyata buntu. Tapi akhirnya mereka menemukan jalan menuju ke lantai 3. Semakin dalam lantainya monster yang mereka hadapi juga semakin tinggi levelnya, bahkan monster skeleton yang sangat lemah di lantai 1 bisa cukup merepotkan jika semakin dalam.“Kelihatannya jalur yang kita pilih memang tepat,” ucap Satria saat melihat di depan mereka muncul lima skeleton raksasa diiringi oleh skeleton-skeleton kecil.“Fireball!” ucap Zord menggunakan sihirnya mencoba menyerang skeleton raksasa yang mendekat tapi kekuatan sihirnya hanya mampu membuat tubuh skeleton raksasa itu oleng.“Cih, seperti biasa kelihatannya kita harus mengalihkan perhatian mereka saja dan berlari menjauh,” kata Raven sambil menghunuskan pedangnya. 
Selamat sore sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Hari ini novel Solo vs Squad (season 1) sudah tamat dan akan dilanjutkan ke season kedua. Perjalanan Satria di dunia game Mythical World RPG sudah mencapai setengahnya, petualangan, pengorbanan dan perjuangan yang dia lakukan saya harap berkesan bagi sobat semuanya. Novel ini hanyalah fiksi belaka, andaikan ada kesamaan nama tempat, tokoh dan yang lainnya itu hanya kebetulan semata. Saya harap ada hal-hal baik dari novel ini yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran, adapun hal-hal buruknya cukup kita jadikan pengetahuan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena di dalam novel ini masih banyak kekurangan, terutama kesalahan dalam penulisan atau kata yang diulang-ulang. Pengetahuan saya dalam dunia literasi belumlah seberapa, saya akan belajar lebih banyak lagi agar bisa membuat novel yang lebih baik lagi. Sekali lagi saya mohon maaf kepada sobat pembaca semuanya
Esok harinya setelah mereka bangun, mereka kembali bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang. Tapi sebelum itu mereka untuk pertama kalinya memasak dulu di dalam dungeon untuk sarapan. Sebab makanan yang sudah masak dibekal Satria juga sudah habis, kini hanya makanan mentah saja yang dibawa oleh Satria.Sebagai pengamanan, Satria memanggil dua archangel untuk menghabisi monster yang menghalangi jalan mereka. Setelah persiapan mereka selesai, barulah mereka melangkahkan kakinya keluar dari lantai 70. Raut wajah mereka semua terlihat cerah karena mereka akhirnya bisa pulang dari sarang monster mengerikan itu. Tadinya Satria berniat menggunakan item gate of teleportation, tapi ternyata item tersebut tidak bisa digunakan di dalam dungeon, jadi mau tidak mau mereka harus kembali berjalan kaki untuk keluar dari sana.“Oh iya, sekarang aku ingin tahu seberapa jauh level kalian meningkat,” tutur Satria seraya berjalan paling depan.&ld
“Kelihatannya Noir telah menyelamatkan nyawa kalian semua,” sambung Satria.“Ya. Dia merespon dengan cepat saat melihat pergerakan Pixie yang mencoba menggunakan skill healingnya, dia menggunakan skill khususnya untuk memaksa kami tiarap ke tanah yang telah menyebar dari skill gnome sebelumnya,” tutur Alexa.“Sekilas aku melihat dia telah putus asa mengingat kau terkena serangan telak dari Glace, tapi saat melihat seranganmu yang mengalihkan perhatian Glace tampaknya dia kembali punya harapan,” sambung Alexa.“Ya. Kelihatannya orang yang paling berjasa kali ini adalah Noir, tanpa ragu dia bahkan menggunakan skill ultimatenya untuk menjauhkan Glace dariku. Di saat yang bersamaan dia juga memecahkan healing potion menggunakan skillnya itu hingga bisa memulihkanku, aku tidak menyangka jika di situasi saat itu dia masih kepikiran rencana secerdik itu,” timpal Satria.“Kita benar-ben
Saat itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria bersamaan dengan bergetarnya permukaan es, mendadak saja pusaran api besar muncul mengelilingi tubuh Satria serta membakar habis akar-akar pohon besar yang ada di sekitarnya. Kini dengan jelas dia bisa melihat sosok Glace yang masih menapak di atap lantai dungeon.‘Beukh’Tiba-tiba saja tubuh Satria sudah ada di hadapan Glace menggunakan skill assassin miliknya meski tanpa mengubah job classnya dulu. Tinju tangan kanan Satria dengan telak menghantam tubuh Glace hingga dia terpental menghantam permukaan es hingga terdengar benturan yang amat keras. Satria segera menggenggam lagi invisible saber di tangan kanannya.“Top tier magic: thunder spear!”“Dimensional slash!” teriak Satria menggunakan dua skill serangan level 70 dari dua job class yang berbeda sekaligus.Tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh
Tubuh Satria tampak tergeletak tak berdaya di tengah-tengah kabut putih yang mengepul di cekungan permukaan es, darah tampak menetes dari luka di kepala dan tubuhnya. Seluruh armor hitam terkuatnya kini telah hancur berkeping-keping karena skill serangan milik Glace. Andaikan saja dia tadi tidak mengendalikan Pixie dari kejauhan untuk memberikan bantuan sihir healing dan penguat tubuh kepada tubuhnya, mungkin kini dia sudah tewas.“Kelihatannya aku masih selamat,” batin Satria saat samar-samar tatapannya yang kabur masih bisa melihat kabut putih tebal di sekitarnya. Tampaknya hanya mata kanannya saja yang masih bisa melihat agak baik, mata kirinya sendiri serasa begitu perih dan rasanya ada darah terus keluar dari luka di mata kirinya itu.“Tapi, kenapa sihir Pixie berhenti secara tiba-tiba?” gumam Satria seraya berusaha bangkit dengan nafas yang terengah-engah, tubuhnya kini serasa dipenuhi oleh rasa sakit. Jika orang biasa pasti su
“Kelihatannya aku harus mencoba beberapa rencana, meskipun resikonya serangan itu tidak akan berdampak lagi kepada Glace saat dia menggunakan skill ultimatenya nanti,” pikir Satria sembari mencabut invisible saber yang dia selipkan di pinggangnya.Melihat serangan cepat datang menuju ke arahnya, Glace kali ini dengan cepat menghindar hingga tubuhnya lenyap dari pandangan Satria. Tapi Satria segera tersenyum dan merubah job classnya menjadi seorang guardian, dengan cepat dia menggunakan skill tebasan angin untuk membelokan serangan gabungan salamander dan sylph yang malah menuju ke arahnya hingga berbelok menuju ke arah lintasan pergerakan Glace.‘Wwrrrr’‘Dhhaaaammrrr’Lagi-lagi serangan gabungan itu menghantam tubuh Glace yang segera merespon dengan skill assassin miliknya untuk menahan serangan yang datang. Satria sekencang mungkin berteriak memanggil nama archer Heptagram agar dia menjalankan
Rasanya memang lebih gampang menghadapi Skorpius, sebab meski levelnya 90 di atasnya, tapi dia adalah petarung jarak jauh dengan kecepatan lambat dan sangat mudah dihadapi oleh petarung jarak dengan dengan kecepatan tinggi. Sementara Glace merupakan petarung jarak dekat dengan job class yang memiliki kecepatan tertinggi diantara yang lainnya yakni assassin.“Untuk mengimbangi kecepatannya, aku harus memusatkan semua statistic di kecepatan. Tapi itu malah akan membahayakan diriku jika dia berhasil mendaratkan serangannya,” pikir Satria seraya melompat mundur lagi setelah beradu serangan. Pisau dari dreamer’s weapon miliknya segera dia selipkan di pinggangnya, dia kemudian mengeluarkan dua pisau yang sudah di enchant dengan elemen petir.“Kelihatannya aku memang memerlukan bantuan saat ini,” gumam Satria sembari menggenggam erat pisaunya. Saat itu juga salamander dan sylph yang ada di dekat rekan rekannya kini mulai bergerak mend
Satria dengan lihai meladeni setiap serangan yang dilakukan oleh kelelawar salju raksasa tersebut, pisau hitam yang dipegangnya tampak terus dia ayunkan dengan cepat meladeni setiap serangan dari kuku Glace de Rouge. Alexa dan yang lainnya memang tidak bisa melihat pergerakan cepat mereka secara langsung, namun jejak benturan serangan mereka masih tetap bisa mereka lihat dan dengar.“Kita harus cepat menghabisi setiap golem es yang ada di sini!” perintah Alexa. Saat itu juga rekan-rekannya yang lain segera bergegas menyerang semua golem es yang mendekat. Undead, archangel dan roh elemental yang dipanggil Satria juga ikut membantu setiap serangan yang mereka lakukan.Mereka tidak berani berjauhan sesuai arahan dari Satria, sebab mereka harus tetap saling melindungi dan jika dibutuhkan mereka akan segera melakukan serangan yang direncanakan oleh Satria. Lantai 70 Dungeon Luxurie seketika ramai oleh suara benturan hebat dan dentuman keras saat pert
“Tapi entah mengapa firasatku mengatakan jika aku akan menemukan jawabannya di dungeon ini. Terlebih setelah aku mendapatkan buku skill yang sebelumnya tidak pernah ada, aku yakin di dungeon ini menyimpan banyak jawaban dari pertanyaan yang belum bisa aku jawab selama ini,” gumam Satria sembari menggenggam erat senapan hitam di tangannya.“Sorcerer,” ucap Satria mengubah job classnya, saat itu juga senapan hitam di tangannya berubah bentuk menjadi tongkat sihir dengan Kristal hitam di atasnya.“Summon: undead king thunderia!”“Summon: undead king airia!”“Summon: undead king wateria!”“Summon: undead king fireia!”“Summon: undead king earthia!” ucap Satria menggunakan skill lima skill summon undead level 70 sekaligus.Seketika itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria, aura hitam mulai