Beranda / Romansa / Salahkah Aku Mencintaimu / 20. Melepas Rindu ke Jogja

Share

20. Melepas Rindu ke Jogja

Penulis: Roesaline
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-14 01:37:04

Setelah masuk ke lobi stasiun, Arjun berhenti, dia membuka masker dan kacamatanya.

"Arjun," panggilku lirih.

Dia hanya tersenyum dan memelukku sangat erat. Degup jantung kami menyatu, napas kami pun berpacu setelah berlarian.

"Aku tidak membawa mobil, kita naik kereta api saja, ya Zhee? Aku ingin  memelukmu sepanjang perjalanan," ujar Arjun berbisik.

"Lekas pakai lagi masker dan kacamatamu, Arjun! Bahaya kalau ada yang mengenali kita," usulku.

"Iya," jawabnya bergegas mengenakan kembali masker dan kacamata.

Tiba-tiba muncul ide ingin pergi ke Jogja. Kita asal memutuskan, yang penting kita bisa bertemu melepas rindu.

Naik kereta api kelas bisnis sangat nyaman, sepanjang jalan kita hanya melepas rindu dengan berpelukan dan berciuman.

"Zhee, berpisah tiga hari tersiksanya seperti ini, bagaimana kalau berpisah berhari-hari?" bisik Arjun.

"Bagaimana kalau kita lari saja, Arjun?" usulku asal nyeplos.

"Kam

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Salahkah Aku Mencintaimu   21. Ulang Tahun Arjun

    Aku sampai di stasiun pukul 00.30, Eko setia menungguku. "Maaf, Pak Eko!" ucapku menyesal. "Tidak apa-apa, Nyonya. Kalau Bos Reza marah akhirnya memecat saya, saya rela," jawab Eko sedih. "Jangan khawatir, aku yang akan bilang pada Bos Reza, ini semua salahku," sahut Arjun. Itu salah satu kepribadian yang aku suka dari Arjun, dia selalu berdiri di depan untuk pasang badan melindungi orang lemah. "Tidak perlu Mas Reza," sahut Eko. "Kalian suami istri hanya untuk bertemu seperti ini perjuangannya saya salut. Bahkan saya yang baik-baik saja tidak bisa mencintai pasangan sebesar cinta kalian," lanjutnya menggumam sedih. "Ayo keburu pagi!" ajak Arjun, kemudian membukakan pintu mobil untuk aku masuk. Tidak butuh waktu lama, mobil sudah masuk halaman. Reza sedang duduk di teras depan rumah sambil ngopi dan merokok. "Kita tidak perlu sembunyi-sembunyi, berlatih bicara jujur apa adanya," kata Arjun sebelum turun dari mobil begitu melihat Reza di teras. "Selamat malam, Bos!" sapa Arjun.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Salahkah Aku Mencintaimu   22. Hamilkah Aku?

    Aku terkejut begitu mendengar pernikahan Arjun dimajukan. Besuk status Diana resmi menjadi istri Arjun, bahkan menurut agama maupun tercatat di negara. (Zhee, aku menunggumu di depan stasiun! Ada banyak hal yang harus aku bicarakan kepadamu) begitu isi chat Arjun, saat keluar kamar mandi aku membacanya. (Iya, Arjun, aku pasti datang!) jawabku. Setelah berdandan aku menghampiri Reza di meja makan. Aku melirik Reza yang tersenyum sendiri fokus di layar ponselnya tanpa memperdulikan kedatanganku. "Asik sekali, kayak lagi kasmaran aja!" olokku. "Kalau aku sedang kasmaran, kamu pasti senang dong karena aku tidak lagi mengekangmu," kata Reza asal nyeplos. "Apa hubungannya? Emang benar kamu tidak akan mengekangku? Yakin?" kataku menggodanya. "Tidak bisa, Zhee. Kamu adalah nafasku, aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu," ujarnya sedih. "Sudah, duduklah! Kita sarapan dulu," ajaknya. Kita makan bersama. Sebentar-sebentar mataku melirik ke arah Reza, lelaki yang tampan dan gaga

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Salahkah Aku Mencintaimu   23. Pernikahan Arjun dan Diana

    "Zhee, aku jadi ragu menikahi Diana, tapi aku juga tidak bisa harus sembunyi-sembunyi terus menutupi pernikahan kita. Cintaku kepadamu begitu besar, Zhee," katanya mempererat pelukannya. "Kenapa aku semakin takut, bagaimana kalau Mas Reza tahu tentang cinta kita, apakah dia bisa menerimanya?" gumamku lirih. "Aku menghormati dia seperti kakakku, hidupku sebatang kara, Zhee. Dialah yang kupunya satu-satunya di dunia ini. Mamaku lari dengan lelaki selingkuhannya entah kemana? Papaku meninggal dunia saat mengejar mama. Saat itu hujan deras papa tertabrak mobil, Zhee. Darah yang mengalir terbawa air hujan bagai lautan merah, ngeri," ujarnya sambil menangis. "Andai saja mobil itu mau membawa papaku ke rumah sakit, tentu aku akan memaafkannya sekalipun papaku meninggal. Tapi dia tidak mau menolongnya justru pergi dan melarikan mobilnya dengan kencang. Aku benci dengan pembunuh papaku, aku harus menemukannya! Aku akan hancurkan juga anak gadisnya, aku akan renggut kebahagiaannya sebagaimana

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Salahkah Aku Mencintaimu   24. Ternyata Hamil

    Reza membopongku sambil berlari, aku setengah sadar dan di belakang Reza ada Arjun. Sesampai di rumah sakit dua orang perawat menyambutku dengan membawa brankar. Reza merebahkan tubuhku yang tersiksa sesak dan semakin lemah. Aku samar-samar melihat Arjun berlarian membantu Reza dan perawat mendorong brankar. Dalam hatiku berpikir, apakah ini artinya pernikahan tadi batal? Dokter datang memeriksaku dengan seksama, aku hanya melihat ada dokter dan perawat. "Nyonya harus banyak istirahat, tensi darah Nyonya naik, ini bahaya buat kandungan nyonya," ujar dokter. "Dokter apakah saya hamil?" tanyaku ragu. "Iya, apa nyonya belum tahu?" tanya dokter balik. "Saya tahu kalau sedang terlambat haid, tapi belum sempat tespack, Dok," kataku. "Nyonya jangan stres dan jaga emosinya, Nyonya!" pesan dokter. Tak lama dokter keluar meninggalkan aku di kamar. "Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Reza. "Sudah sadar, yang mana suam

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • Salahkah Aku Mencintaimu   25. Salahkah Aku Mencintaimu?

    "Pa, maafkan saya!" kata Arjun pelan. "Maksudmu?" tanya Samsul terkejut. "Saya tetap akan menikahi Diana, kita cari lagi hari yang baik," usul Arjun. "Apa besuk bukan hari baik? Apa kamu sekarang menjadi paranormal?" desak Samsul kecewa. "Mas Arjun, ada apa denganmu? Kita sudah menyiapkan pesta sedemikian mewahnya dan kamu tega menghancurkannya?" kata Diana dengan isak tangis. "Tolong Pak Reza dan Nyonya Zhee, beri pengertian kepada Arjun! Ini menghancurkan kehormatan keluargaku," pinta Samsul. "Arjun, coba kamu pikirkan lagi!" usul Reza. "Ayo Zhee, beri pengertian kepada Arjun, dia hanya mendengarkanmu!" pinta Reza kepadaku kemudian. Arjun mematapku, dia ingin mendengar apa yang akan aku katakan. Aku dilema, aku tidak tahu harus mengatakan apa. "Mas Reza, biarkan Arjun memutuskannya sendiri, kita jangan ikut campur!" ujarku berat. "Mas Reza, tolong ajak mereka semua keluar, bicarakan saja diluar aku ingin tidur," pinta

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19
  • Salahkah Aku Mencintaimu   26. Diana Mengancam

    Dret ... dret ... dret! Ponselku berdering, aku tidak mengenal nomer itu, tapi profilnya foto Diana berpelukan dengan Arjun. Aku yakin ini pasti Diana. "Assalamualaikum?" sapaku. "Nyonya, saya Diana," ujarnya disela isak tangisnya. "Iya Diana, ada apa? Kenapa menangis?" tanyaku penasaran. Dalam hatiku aku sudah bisa menebak kalau dia pasti akan mencurahkan kesedihannya kepadaku dan meminta aku mempengaruhi Arjun. "Nyonya, tolong bantu saya meyakinkan Arjun! Kita sudah menurut sekalipun pernikahan itu diundur sampai bulan depan. Tapi jangan sampai gagal lagi, tolong bantu saya, Nyonya!" pinta Diana memohon. "Apa yang bisa aku lakukan, Diana? Apa mungkin aku harus memaksanya? Kalian bukan anak-anak lagi, aku tidak berani mencampuri urusan kalian," kataku menghindar. Aku tidak mungkin memaksa Arjun melakukan itu, jelas saja ini akan membuatku sakit hati. Membayangkan Arjun mencintai orang selain aku sangat menyiksa apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Salahkah Aku Mencintaimu   27. Diam-diam Reza Sudah Sembuh

    Aku berlari tanpa ingat kalau aku sedang hamil. Tiba-tiba timbul pikiranku lewat pintu belakang yang otomatis langsung ke dapur. "Zhee ...!" teriak Reza dari lantai atas. Aku melihat Erna di dapur, segera aku memberi kode kepadanya agar bilang Mas Reza kalau aku sedang di kamar mandi. "Erna!" panggil Reza. "Iya Tuan," jawab Erna. "Mana nyonya?" tanyanya sambil clingukan. "Dia sedang di kamar mandi bawah, Tuan," jawab Erna. "Emangnya kenapa dengan kamar mandi atas?" tanya Reza seolah curiga. Aku segera keluar kamar mandi takut Erna salah bicara. Aku melihat mata Reza keluar jendela tertuju pada mobil Arjun yang terparkir di depan asrama. Pasti dia sedang berpikir aku ada di sana. "Kamu sudah pulang, Mas Reza?" tanyaku pura-pura. "Iya baru saja," jawabnya nyeplos. "Kenapa kamu pakai kamar mandi pembantu, Zhee?" tanya Reza balik. "Aku baru saja turun, pingin buang air kecil malas naik lagi, ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Salahkah Aku Mencintaimu   28. Reza Meminta Aku Kembali

    "Zhee, coba berikan ponselmu!" pinta Reza mengulangi. "Tidak, ini bukan ponselmu!" jawabku asal nyeplos. Aku tidak sadar dengan apa yang aku ucapkan. Bagaimana aku berani mengucapkan kalimat setegas itu? "Kamu takut kalau aku marah? Aku janji tidak akan memarahimu, Zhee!" ujarnya. Sambil menindih tubuhku dan tangannya meraba bawah pantatku. Wajah kami sangat berdekatan, aku bisa merasakan hangatnya hembusan napasnya. Matanya tajam menatap bibirku, Reza menelan dengan kasar salivanya. Dia mulai mendekatkan wajahnya dengan debar jantung yang terdengar jelas. Sontak aku teringat bahwa dia sudah sembuh dari sakit, bagaimana kalau dia mau melakukannya kepadaku? Bukankah sekarang aku bukan istrinya lagi? Aku mencengkal tubuh Reza, ada keberanian yang tiba-tiba datang begitu saja. Akhirnya Reza tersadar, dengan sigap dia menyambar ponselku yang dibelikan Arjun untukku. "Sidik jarinya dong!" pintanya untuk membuka kunci layar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25

Bab terbaru

  • Salahkah Aku Mencintaimu   86. Salahkah aku mencintaimu?

    Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu kamar berbunyi. Arjun segera mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil dompet. Aku hanya menatapnya dengan geram menahan emosi. Tak berselang lama dia sudah kembali dengan sebuah hem cantik dan celana dan satu lagi sebuah gaun indah. "Pilihlah yang kamu suka," tawar Arjun. "Kapan kamu memesannya? Aku salut kamu memang tahu kesukaanku," kataku sambil beranjak bangun dan menyambar gaun biru muda dari tangan Arjun. Bergegas aku berlari ke kamar mandi dan mandi besar. Saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat Arjun sedang mengamati ponselku. "Apa yang kamu lakukan, Arjun? Beraninya kamu menyentuh ponselku. Mas Reza saja tidak berani melakukannya," ketusku sambil merebutnya dari tangannya. "Aku hanya ingin melihat apakah masih ada fotoku di ponselmu," jawabnya. "Tidak ada, jangankan fotomu bahkan aku sudah menghapus namamu dari hidupku," ketusku sambil memasukkan ponsel ke tasku. Aku menatap wajahku di cermin dan Arjun datang memelukk

  • Salahkah Aku Mencintaimu   85. Dilema memilih

    Aku sengaja tidak mengunci kembali pintunya agar aku tidak kerepotan bila langsung ingin pergi keluar. Entah kenapa aku berpikiran tidak ingin berlama-lama di dekat Arjun. Aku takut tidak bisa mengendalikan sikapku saat bersama Arjun. Itu mungkin karena rasa rinduku yang sudah menggunung. Rasa benci dan cinta tersekat tipis sehingga aku tidak bisa membedakannya aku sedang cinta atau benci. "Kemarilah, Zhee! Tutup kembali pintunya," pinta Arjun. "Aku yakin kamu pasti datang menemui ku. Bukankah kamu juga merindukan aku, Zhee?" tanya Arjun menggoda, tatapannya tajam seolah hendak mengikutiku. "Kamu benar, Arjun, tidak dapat kupungkiri aku memang sedang merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Arjun," kataku tegas. Aku masih berdiri di depan pintu, Arjun pun menghampiriku dan memelukku kemudian tangannya menghempaskan pintu, "creg." Arjun dengan bernafsu mematuk bibirku dan mengulumnya. Ciuman penuh cinta dan kerinduan yang membara membakar birahi kami berdua. Aku menahan diri dengan si

  • Salahkah Aku Mencintaimu   84. Menentukan Pilihan

    Deg, jantungku rasanya mau copot. Bagaimana dengan tiba-tiba Mas Reza menghampiriku dan merebut ponselku. Apakah sebenarnya dia curiga kalau yang telepon Arjun. Dia menekan speaker seolah ingin menunjukkan kepadaku bahwa aku jujur atau tidak. "Nyonya Reza yang cantik, aku mohon kamu bisa hadir di pestaku ya? Teman-teman tim kita hadir semua, Nyonya Mayang eh keliru Nyonya Zhee," pinta Diah terdengar lantang di speaker. Aku tidak mengira ternyata telepon yang barusan berdering dari Diah dan benar dia memaksa aku menghadiri pestanya. Oh dewa penolong benar-benar sedang berpihak kepadaku. Bukan saja aku yang terbelalak terkejut tapi Mas Reza juga. Pasti yang ada di otaknya aku sedang teleponan dengan Arjun. Kenapa begitu kebetulan sekali Diah menelepon di saat yang tepat, bagai Dewi penyelamat bagiku. "Diah, dimana sih pesta kamu diadakan? Kok aku nggak diundang sih?" tanya Mas Reza. "Di restoran deket rumah saya, Pak CEO," jawabnya ragu. "Cuma pesta kecil kok tidak ada yang istimewa

  • Salahkah Aku Mencintaimu   83. Terjerat Rindu

    "Aku tidak mau kehilangan semuanya, Mas, aku bersedia menikah lagi secara agama denganmu," ujarku. Sebenarnya Mas Reza sudah tahu akan keberadaan Arjun tapi dia berpura-pura dan mengikuti sandiwaraku. Aku harus mengakhirinya, aku harus segera menentukan pilihan. Otak waras pasti akan memilih Mas Reza sebagai pendamping hidup. Aku berharap otakku waras sehingga bisa mengubur kenangan bersama Arjun. "Terima kasih, Sayang. Aku akan segera menyiapkan semuanya," kata Mas Reza. "Aku juga akan menyiapkan keperluanku, Mas Reza. Satu permintaanku kita ijab kabul sederhana saja di masjid," pesanku. "Aku setuju apapun permintaanmu, Zhee ... apapun!" janjinya menegaskan. Aku tahu betapa besar cinta Mas Reza kepadaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya lagi. Apalagi untuk kuserahkan kepada Putri, tidak akan pernah. "Apapun kebutuhanmu biar aku yang menyiapkan, Zhee," usul Mas Reza. "Baik, kita bicarakan lagi nanti di rumah! Aku permisi dulu, Pak CEO," pamitku menggoda. "Zhee, kamu ya?" sahut

  • Salahkah Aku Mencintaimu   82. Bercinta dengan sang mantan

    Sesaat kami saling berpandangan, Mas Reza menatap dalam mataku. "Zhee," panggilnya lembut. Tiba-tiba tangannya meraba laci nakas dan mengambil kotak kecil. Dia membukanya dan mengambil sebatang seperti permen dan mengulumnya. Entah apakah yang diambil dari laci nakas itu? Apakah itu permen ataukah obat perangsang? Ah masa bodoh, karena mabok mungkin juga itu obat pengar. Setelah dia mengulumnya dengan kasar menarik tubuhku kemudian mematuk bibirku dan akhirnya mengulumnya. Bibir saling bertemu dan Mas Reza melontarkan sesuatu yang dikulum itu ke dalam mulutku. Aku terkesiap, aku merasakan seperti aroma terapi yang mampu membuat mood ku membaik. Aku melontarkan kembali sesuatu itu ke dalam mulut Mas Reza. Ciuman kami berdua semakin membara. Lama kami berdua tidak melakukan ini. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Mas Reza setelah melepas sesaat ciumannya. "Aku juga, Mas Reza," jawabku dalam hati. Aku pasrah saat Mas Reza mulai menciumi leherku bahkan dengan lidahnya yang basah dan han

  • Salahkah Aku Mencintaimu   81. Sandiwaraku

    Tanganku mengepal kuat, ingin rasanya aku membalas dengan bogem mentahku kepada wanita licik di depanku. Tapi tidak, bekas tamparan ini akan membantuku menunjukkan seperti apa sifat Putri sebenarnya. Agar Mas Reza berpikir ulang bila berhubungan lebih jauh dengannya. "Zhee, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mas Reza yang terkejut melihat aku. Aku terkejut tapi aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak terkesan sebagai pendosa. Aneh memang kenapa aku ada di sini? Aku sengaja menutupi pipiku dengan kedua tanganku. Dengan meringis menahan kesakitan, ini sengaja aku lakukan untuk menunjukkan kepada Mas Reza agar mendapatkan simpatinya. "Kamu kenapa?" tanyanya penasaran sambil meraih tanganku. Aku membiarkan tangan Mas Reza menarik tanganku dan memeriksa pipiku. Dia tampak terperanjat dan memandang mataku tersirat banyak pertanyaan. Aku kenal sekali dengan Mas Reza dia tidak suka dengan banyak argumentasi yang berbelit-belit. Aku hanya diam dan menunjukkan bekas tamparan yang jelas

  • Salahkah Aku Mencintaimu   80. Telepon Putri membuat aku cemburu

    "Ma, Abim mau pipis," pinta Abim manja. "Diantar papa ya? Soalnya Abim harus ke toilet pria," jawabku memberi pengertian. "Ya iyalah sama papa Abim kan lelaki," sahut Mas Reza. Akhirnya Abim menurut saat Mas Reza menuntunnya ke toilet. Mas Reza menggandengnya dengan manja dan sayang. Aku hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Tit ... tit ... tit! Ponsel Mas Reza berbunyi tanda ada pesan masuk. Sekilas aku melirik dan ada notifikasi yang terbaca olehku. "Tolong antar aku periksa ke dokter kandungan, Pak..." Membaca notifikasi yang hanya sepenggal membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku nekad meraih ponsel Mas Reza di atas meja. Ternyata layar ponselnya terkunci. Karena rasa penasaran yang besar membuat aku terus berusaha agar bisa membuka kuncinya. Berkali-kali mencoba dari tanggal lahir Mas Reza, Abim dan Nayna tapi belum juga kebuka. Dengan geram aku mencoba dengan asal tanggal lahirku justru langsung terbuka. Oh, ternyata betapa istimewanya aku di mata Mas Reza.

  • Salahkah Aku Mencintaimu   79. Masih ada cinta buat Mas Reza dan Arjun

    "Om yang mana?" tanya Mas Reza terkejut."Itu," jawab Abim sambil menunjuk Arjun yang berdiri di taman agak jauh dari halaman sekolah.Mas Reza segera menengok dan mendapati Arjun yang spontan mengangguk sopan. "Kenapa aku merasa postur itu tidak asing bagiku," gumam Mas Reza."Dia om yang menolong aku waktu sakit kan, Pa?" tanya Abim meyakinkan."Iya, Sayang."Tiba-tiba Mas Reza menarik pundak Abim merangkul membawanya menghampiri Arjun. Hatiku berdebar-debar takut kalau Mas Reza bisa mengenalinya. Apalagi dia sudah menaruh curiga, maklumlah mereka tumbuh besar bersama sejak kecil."Kita mau kemana sih?" ceplos ku bertanya."Kita bertemu Juna sebentar, kenapa dia menemui Abim di sekolah, aku jadi penasaran?" ujarnya."Kenapa sih kamu jadi kepo, siapa tahu hanya kebetulan dia lewat di depan sekolah Abim," selaku mematahkan.Tanpa menjawab lagi dia dan Abim berjalan di depan ku melalui aku yang tertegun berdiri. Aku melihat Arjun yang menyambutnya dengan menganggukkan kepalanya. Dia m

  • Salahkah Aku Mencintaimu   78. Membakar Cemburu

    Arjun terpaku, dia tidak mengira aku akan senekat itu dengan memaksa membuka masker dan kacamatanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan menatap sayu ke arahku. "Siapa gadis kecil yang bersamamu tadi? Apakah dia anak kamu bersama Diana? Apa diam-diam kamu kembali dan hidup bersamanya? Padahal dulu kamu berjanji tidak memilih salah satu diantara kita berdua, tapi ternyata ...?" gerutuku meluapkan kekesalanku kepadanya. Betapa selama ini aku tersiksa tercekam sakit karena cinta dan rindu. Arjun diam tanpa sepatah kata pun, hanya air matanya meleleh, bukankah aku yang tersakiti harusnya aku yang menangis tapi kenapa dia ikutan meruraian air mata. Dengan meluapkan rasa sakit dan benci aku mulai bereaksi. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku, Arjun? Kenapa? Kamu lelaki brengsek sama hal Mas Reza!" ketusku berteriak. "Jadi kamu melihat kami bertiga?" tanyanya meyakinkan. "Zhee, anak kecil tadi Diana yang mengadopsinya dari panti asuhan. Dia tidak bisa memliki anak karena rahimnya harus diangkat.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status